Friday, January 1, 2016

PERJALANAN TASAWUF DALAM KAITAN TAKHALLI, TAHALLI DAN TAJALLI

Dalam pandangan Kaum Sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Ia cenderung ingin menguasai dunia atau berusaha agar berkuasa di dunia. Menurut Imam Al-Ghazali, cara hidup seperti ini akan membawa manusia ke jurang kehancuran moral. Kenikmatan hidup di dunia telah menjadi tujuan umat pada umumnya. Pandangan hidup seperti ini menyebabkan manusia lupa akan wujudnya sebagai hamba Allah yang harus berjalan di atas aturan-aturan-Nya.

Untuk memperbaiki keadaan mental yang tidak baik tersebut, seseorang yang ingin memasuki kehidupan Tasawwuf harus melalui beberapa tahapan yang cukup berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu sampai ketitik terendah dan bila mungkin mematikan hawa nafsu itu sama sekali. Tahapan tersebut terdiri atas tiga tingkatan iaitu Takhalli, Tahalli dan Tajalli.

1) Takhalli: Takhalli, berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelazatan kehidupan duniawi. Dalam hal ini manusia tidak diminta secara total melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh menghilangkan hawa nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekadar sebagai keperluannya dengan menekan dorongan nafsu yang dapat mengganggu kestabilan akal dan perasaan. Ia tidak menyerah kepada setiap keinginan, tidak mengumbar nafsu, tetapi juga tidak mematikannya. Ia menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tahapnya, sehingga tidak memburu dunia dan tidak terlalu benci kepada dunia. Jika hati telah dihinggapi penyakit atau sifat-sifat tercela, maka ia harus diubati. Ubatnya adalah dengan melatih membersihkannya terlebih dahulu, iaitu melepaskan diri dari sifat-sifat tercela agar dapat mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

2) Tahalli: Setelah melalui tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang tidak baik dapat dilalui, usaha itu harus berlanjut terus ke tahap kedua yang disebut Tahalli. Yakni, mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir dan batin. Dalam hal ini Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS 16:90)

Dengan demikian, tahap Tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan tadi. Sebab, apabila satu kebiasaan telah dilepaskan tetapi tidak segera ada penggantinya maka kekosongan itu dapat menimbulkan kekecewaan. Oleh kerana itu, setiap satu kebiasaan lama ditinggalkan, harus segera diisi dengan satu kebiasaan baru yang baik. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan akan menghasilkan keperibadian. Jiwa manusia, kata Imam Al Ghazali, dapat dilatih, dapat dikuasai, dapat diubah dan dapat dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.

Sikap mental dan perbuatan luhur yang sangat penting diisikan ke dalam jiwa seseorang dan dibiasakan dalam kehidupannya adalah taubah, sabar, kefakiran, zuhud, tawakkal, cinta, ma’rifah, dan kerelaan. Apabila manusia mampu mengisi hatinya dengan sifat-sifat terpuji, maka ia akan menjadi cerah dan terang. Manusia yang mampu mengosongkan hatinya dari sifat-sifat yang tercela ( Takhalli ) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji (Tahalli ), segala perbuatan dan tindakannya sehari-sehari selalu berdasarkan niat yang ikhlas. Seluruh hidup dan gerak kehidupannya diikhlaskan untuk mencari keredhaan Allah semata. Kerana itulah manusia yang seperti ini dapat mendekatkan diri kepada-Nya.

3) Tajalli: Untuk pemantapan dan pendalaman perkara perkara yang telah dilalui pada fasa Tahalli, maka tahapan pendidikan mental itu disempurnakan pada fasa Tajalli. Tajalli berarti terungkapnya 'Nur Ghaib' untuk hati. Dalam hal ini Kaum Sufi mendasarkan pendapatnya pada firman Allah SWT : "Allah adalah Nur (Cahaya) langit dan bumi." (QS 24:35). Para Sufi sependapat bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan kesucian jiwa itu hanya dengan satu jalan, iaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu. Dengan kesucian jiwa ini, barulah akan terbuka jalan untuk mencapai Tuhan. Tanpa jalan ini tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan itu dan perbuatan yang dilakukan tidak dianggap perbuatan yang baik. Untuk melestarikan dan memperdalam 'Rasa Ketuhanan', ada beberapa cara yang diajarkan Kaum Sufi, antara lain :

a) Munajat: Secara sederhana kata ini mengandungi arti melapurkan diri ke hadhirat Allah atas segala aktiviti yang dilakukan. Ini adalah salah satu bentuk doa yang diucapkan dengan sepenuh hati disertai dengan deraian air mata dan dengan bahasa yang puitis. Doa dan air mata itulah munajat sebagai manifestasi dari rasa cinta dan rindu kepada Allah. Latihan dengan ibadah seperti itu adalah cara memperdalam penghayatan Rasa Ketuhanan.

b) Muraqabah dan Muhasabah: Menurut Abu Zakaria Ansari, muraqabah adalah sentiasa memandang dengan hati kepada Allah dan selalu memperhatikan apa yang diciptakan-Nya. Jadi, sesuai dengan pengertian ini bahawa muraqabah itu merupakan suatu sikap mental yang sentiasa melihat dan memandang baik dalam keadaan bangun/tidur, bergerak/diam, dan di waktu lapang maupun susah.

Itulah beberapa tahapan dalam pembinaan Tasawwuf. Mudah-mudahan dengan melakukan proses tahapan tersebut, manusia dapat mengenal kehidupan Tasawwuf yang sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment