Monday, May 16, 2016

TOKOH-TOKOH SUFI ABAD KE ABAD

Fase awal perkembangan dunia tasawuf dirintis oleh Tokoh Sufi , tumbuh dari abad pertama dan kedua Hijriyah. Pada jaman ini Pula dikalangan Muslim sudah terdapat individu-individu yang lebih memusatkan dirinya pada ibadah, tidak mementingkan makanan, pakaian maupun tempat tinggal. Mereka lebih memusatkan diri pada jalur kehidupan dan tingkah laku yang asketis dan Zuhud. diantara tokoh-tokoh sufi pada zaman ini adalah Hasan al-Bashri (meninggal pada 110 H) ,  Rabi’ah al-Adawiyah  (meninggal pada 185 H). Sufyan -al-Tsauri .

WALISONGO TERNYATA JUMLAHNYA TIDAK SEMBILAN

Walisongo Ternyata jumlahnya tidak hanya sembilan. Bila ada seorang anggota majelis WaliSongo ada yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya. Mereka satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan guru-murid.

ZIKIR IMAM AL-GHAZALI

Imam  Al Ghozali berkata: Pertama-tama saya berupaya menempuh jalan tasawuf  dengan banyak wirid, zikir, puasa, dan sholat. Kemudian ketika Tuhan melihat ketulusan niat-niat saya, Dia memerintahkan agar mengunjungi salah seorang wali Nya, beliau berkata kepada saya ( Al Ghozali ), ” Jauhkan dirimu / hatimu , dari segala keterikatan, kecuali keterikatan kepada Allah. Dan menyendirilah seraya mengucapkan dengan kekuatan konsentrasimu, Allah….. Allah….. Allah…..”

MAKNA GETARAN HATI

Suhrowardi al Baghdadi Pendiri Tariqoh Suhrawardiyyah dengan anak saudaranya, Syihabuddin Abu Hash ‘Umar Suhrowardi alBaghdadi (539-632H). Tokoh yang terakhir ini pula yang menyusun kitab ‘Awarif al-Ma’arif, yang berisi aturan-aturan tariqot tersebut, dan Suhrowardi al Baghdadi dipandang sebagai pendiri tariqot yang sebenarnya. Beliau juga dipandang sebagai guru yang berpengaruh besar pada masanya, tidak hanya terhadap para murid dan pengikutnya, tetapi juga  terhadap  para sufi yang lain. Beliau menganut aliran sunni, seperti halnya Imam Ghozali. Diantara para sufi Persia yang terpengaruh ajarannya Suhrowardi al Baghdadi adalah  Sa’di Syirazi. Dalam kitab ‘Awarif al-Ma’arif, Beliau memperbincangkan  latihan-latihan rohaniah praktis, kehidupan para sufi, hidup menyendiri dan mengenai getaran hati. Beliau juga sangat menaruh perhatian terhadap masalah-masalah tingkatan dan keadaan, ma’rifat, dan sebagainya.

RAHSIA MAKRIFAT KEFANAAN DARI SYEIKH AHMAD RIFAI SANG WALI QUTUB

Syekh Ahmad Rifai berasal dari kabilah Arab, yaitu Bani Rifa’ah dikawasan al-Bathaih, Syekh Ahmad Rifai meninggal dunia tahun 578 H di Batha’ih pula. Tariqot Rifa’iyyah tersebar luas ke berbagai kawasan Islam dan sampai sekarang tetap berkembang di Mesir maupun dunia Islam lainnya. Toriqot Rifaiyyah juga berkembang di wilayah Indonesia. Mengenai Syekh Ahmad Rifai , Ibnu Khallikan berkata,  “Dia adalah orang yang sholeh, faqih dan menganut madzab syafi’i.” Sedangkan Asy-Sya’roni berkata, ” Dia adalah seorang tokoh dalam ilmu tasawuf, mengenal berbagai keadaan kaum sufi, dan banyak menyingkap masalah-masalah posisi mereka. Seandainya ia keluar, dia selalu diikuti orang banyak dan dia mempunyai banyak murid.”

ZUN NUN AL MISHRI, MEMADUKAN SYARIAT DAN MAKRIFAT

Zun Nun al Mishri, lahir di Akhwim kawasan Mesir Hulu tahun 155 H meninggal pada tahun 245 H. Menurut beberapa riwayat, Zun Nun al Mishri adalah seorang sufi yang terkenal dengan keluasan ilmunya, kerendahan hatinya, dan budi pekertinya yang baik. Zun Nun al Mishri cenderung mengaitkan ma’rifat dengan syari’at, seperti katanya berikut: ” Tanda seorang arif itu ada tiga : cahaya ma’rifa-nya tidak memudarkan cahaya kerendahan hatinya, secara batiniah tidak mengukuhi ilmu yang menyangkal hukum lahiriah dan banyaknya karunia allah tidak menjadikannya melanggar tirai-tirai larangan-Nya.”

RABIAH AL-ADAWIYYAH: MAHABBAH CINTA

Banyak Ajaran sufi yang diriwayatkan berasal dari Rabiah al-Adawiyyah, yang seterusnya menjadi perbincangan para sufi setelahnya. Rabiah al-Adawiyyah berkata pula: ” Amalan yang timbul dari diriku tidak berarti bagiku”. Dlm al-Bayan wa al-Tabyin, suatu ketika ditanya Rabiah al-Adawiyyah: “Apakah suatu amal yg kau lakukan itu dipandang diterima?” Jawabnya: “Seandainya amal itu ada artinya justru aku takut itu dikembalikan padaku. Mengenai riya, Rabiah al-Adawiyyah berkata: “Sembunyikan kebaikan2mu, sebagaimana kau sembunyikan keburukan2mu.”

ABU HAFSH SYIHABUDDIN AL-SUHRAWARDI AL-BAGHDADI

Suhrawardi al Maqtul, Yang mempunyai nama lengkap, Abu al-Futuh Yahya bin Habsy bin Amrak, bergelar Syihabuddin. Dikenal pula sebagai al-Hakim (Sang Bijak). Berasal dari Suhraward, yang lahir pada 550 Hijriyah. Beliau meninggal dengan cara dibunuh di Halb (Aleppo), atas perintah Shalahuddin al-Ayyubi, pada tahun 587 Hijriyyah. Karena peristiwa itu ia diberi gelar al-Maqtul (yang dibnh). Ada Sufi lain yang mempunyai nama hampir sama yaitu Abu Najib al-Suhrowardi  (wafat 563 H) dan Abu Hafsh Syihabuddin al-Suhrawardi al-Baghdadi (wafat 632 H), penyusun kitab Awarif al-Ma’arif.

IBNU TAYMIYYAH SETELAH TAUBAT, HAKIKAT WALI ALLAH

Ibnu Taymiyyah  Nama lengkapnya adalah Taqiuddin Abu al-‘Abbas Ahmad ibn ‘Abdil Halim ibn Abdissalam ibn ‘Abdillah ibn Taymiyah al-Haran al-Hanbal. Ibnu Taymiyyah dilahirkan di kota Harran pada hari Senin 10 Rabiul Awwal tahun 661 Hijjriyah. Ayahnya membawanya ke Damascus pada 667 Hijjriy ketika kotanya di serang bangsa TarTar (Gengis Khan dari Mongol). Ibnu Taymiyyah banyak belajar hadist-hadist Nabi Muhammad, kitab hadist yang Ibnu Taymiyyah kaji adalah al-Musnad, al-Kutub as-Sittah, Mu’jam ath-Thabarani al-Kabir. Ibnu Taymiyyah belajar ushul fiqih dari ayahnya dan mumpuni dalam ilmu tersebut,  jenius juga dalam bahasa Arab, menonjol dalam menguasai tafsir al-Quran dan ilmu agama Islam serta ahli dalam berbagai fatwa dan pengajaran, semua itu dikuasai ketika Ibnu Taymiyyah berusia dua puluh tahun. Pada tahun  726 H beliau di tahan di  penjara di kota Damascus. Kemudian sakit selama dua puluh hari dan meninggal pada bulan Zulqo’dah tahun 728 Hijriyyah.

IBNU FARIDH, SUFI CINTA ILAHI

Ibnu Faridh yang mempunyai nama lengkap Syarifuddin ‘Umar Abu a-Hassan ‘Ali. Ibn al-Faridh adalah seorang sufi  yang  lebih mengutamakan cintanya  kepada Ilahi Robbi,  ini pula yang menjadi theme dalam puisi-puisi Ibnu Faridh. Mengenai karya-karyanya akan ada di artikel tersendiri Ibnu Faridh, Puisi-Puisi Cinta. Beliau lahir di Kairo tahun 576 H,  ayahnya berasal dari Hammah Syria, ayahnya adalah seorang Faridh, ahli dalam ilmu hukum kewarisan dalam Islam. Ibnu Faridh belajar ilmu hadist kepada Ibn ‘Asakir dan al-Hafizh al-Mundziri. Ibnu Faridh  lebih menyukai jalan sufi , dengan jalan zuhud seperti yang dilaksanakan oleh ayahnya.