Monday, May 16, 2016

IBNU FARIDH, SUFI CINTA ILAHI

Ibnu Faridh yang mempunyai nama lengkap Syarifuddin ‘Umar Abu a-Hassan ‘Ali. Ibn al-Faridh adalah seorang sufi  yang  lebih mengutamakan cintanya  kepada Ilahi Robbi,  ini pula yang menjadi theme dalam puisi-puisi Ibnu Faridh. Mengenai karya-karyanya akan ada di artikel tersendiri Ibnu Faridh, Puisi-Puisi Cinta. Beliau lahir di Kairo tahun 576 H,  ayahnya berasal dari Hammah Syria, ayahnya adalah seorang Faridh, ahli dalam ilmu hukum kewarisan dalam Islam. Ibnu Faridh belajar ilmu hadist kepada Ibn ‘Asakir dan al-Hafizh al-Mundziri. Ibnu Faridh  lebih menyukai jalan sufi , dengan jalan zuhud seperti yang dilaksanakan oleh ayahnya.

Dikisahkan ketika dia sedang sholat Jum’at, sang khotib  sedang mendendangkan sebuah puisi, dalam hatinya Ibnu Faridh  menentang hal itu dan berniat akan menegurnya. Ketika sholat  Jumat sudah selesai, Ibnu Faridh  akan keluar dari masjid, sang khotib memanggilnya, serta mendendangkan puisi: “Di antara hamba-Nya jua Dia menetapkan karunia-Nya. Maka riak airpun Nyanyi dan lengangpun tasbih kepadanya.  Sungguh, tasbih itu ibadah terbaik bagi sufi, Bahkan bagi suatu kaum pun ia memperbaiki“

Sejak peristiwa itu, Ibnu Faridh mengarah pada kehidupan sufi dengan merantau dari keramaian hiruk pikuk masyarakat, dengan tujuan untuk membersihkan jiwa serta menyempurnakan ruh. Ketika Beliau kembali dari perantauannya, memasuki Perguruan al-Suyufiyah di Kairo, tiba-tiba penjual buah yang renta menghampirinya dan berkata: “Umar! Kalbumu tidak akan terbuka di Mesir ini. Di Makkah-lah kalbumu akan terbuka. Pergilah ke sana, kini saatnya kalbumu terbuka!”.

Tahun 613 H, Beliau pergi ke Hijaz dan tinggal di Makkah sampai tahun 628 H, di Makkah -lah tersingkapnya berbagai pengetahuan maupun rahasia dan terbukanya kalbu Ibnu Faridh . Tahun 628 H Ibnu Faridh kembali ke Mesir, tetapi di sini ia begitu sedih karena kalbunya kembali tertutup. Raja al-Kamil al-Ayyubi menunjungi Ibnu Faridh , di masjid al-Azhar. Tetapi begitu mengetahuinya, Ibnu Faridh pergi lewat pintu belakang masjid. Ini menunjukkan kezuhudan Ibnu Faridh dan tidak ingin mendekati penguasa. Ibnu Faridh meninggal tahun 632 H di Qarafah di atas bukit Mukattam, dibawah sebuah masjid. Makam Ibnu Faridh masih terpelihara sampai sekarang. Semoga kita dituntun oleh Allah menuju jalan yang diridoiNya, amiin.

No comments:

Post a Comment