Sunday, May 15, 2016

FUDHAIL BIN IYADH, SEORANG PEROMPAK TAUBAT YANG MENJADI SUFI

Fudhail bin Iyadh berasal pula  dari Khurasan dan meninggal di Mekkah Saudi Arabia, tahun pada 187 H. Sebelumnya Fudhail ibn ‘Iyadh adalah per4mpok dan bertaubat, dan kemudian menjauhi duniawi. Fudhail bin Iyadh pernah berkata, “Andaikan dunia dengan isinya ditawarkan kepadaku. Pasti aku akan menilainya sebagaimana kalian menilai bangkai yang akan mengotori baju ketika kalian melewatinya.” Fudhail bin Iyadh. Mengenai Riya’, Fudhail bin Iyadh ber kata, “Membiarkan amal demi manusia adalah riya’. “Tentang Ma’rifa Fudhail  berpendapat, “Orang yang patut menerima keridhoan Allah adalah yang mengenal Allah. Dan tentang Zuhud Beliau, berkata: “Sumber zuhud adalah keridhoan Allah.”

PESAN IBNU QAYYIM RAHIMAHULLAH

1). Jika Allah membukakan untukmu pintu sholat malam, janganlah kau memandang orang yang tidur dengan pandangan merendahkan.

2). Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa, jangan kau memandang orang yang tak berpuasa dengan pandangan merendahkan.

3). Jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, jangan kau memandang orang yang tak berjihad dengan pandangan merendahkan.

4). Bisa saja orang yang tidur, yang tak berpuasa dan yang tak berjihad lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu.”

Kemudian beliau melanjutkan, Engkau berpagi hari bangun dari tidur lalu menyesal lebih baik dari pada berpagi hari dalam keadaan terjaga lalu berbangga. Karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah.” Sumber: (Madarijus Salikin:1/177)

TERKUAKNYA KEWALIAN KYAI HAMID

Terkuaknya Kewalian Kyai Hamid Pasuruan Dan Kisah Salamnya Kyai Hamid kepada ‘Wali Gila’ di Pasar Kendal. Suatu ketika seorang Habib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), diijazahi sebuah doa oleh al-Ustadzul Imam Al-Habr al-Quthb al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih, Habib Abdulqadir Bilfaqih berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa, orang atau bukan. Suatu kesempatan datanglah Habib Baqir menemui seorang waliyullah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan. Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang sowan kepada beliau, meminta doa atau keperluan yang lain.

MAKHRUF AL-KHARKHI, KAROMAH-KAROMAHNYA

Makruf al-Karkhi, ada yang menyebutnya Ma’ruf al-Kurkhi. Menurut Makruf al-Karkhi tasawuf ialah menimba hakikat realitas2dan berputus asa terhadap apapun yang di tangan mahluk. Tasawuf menurut Makruf al-Karkhi, didasarkan pada syariah dan tuntutan2 amal ibadah maupun ketaatannya. Sekalipun  tasawuf menafikan perbantahan secara teoritis tentang persoalan agama (Islam) serta lebih menekankan pelaksanaan ibadah dalam hal ini al-Sulami berpendapat,: “Jika Allah menghendaki kebaikan atas seorang hamba-Nya, maka dia bukakan baginya pintu gerbang amal serta Dia tutupkan baginya pintu gerbang perbantahan. Dan jika Allah menghendaki keburukan atas seorang hamba-Nya, maka Dia tutupkan baginya pintu gerbang amal serta Dia bukakan baginya pintu gerbang perbantahan.

ALBUSTHOMI DILIPUTI KEADAAN FANA DAN PENYATUAN

Abu Yazid Al Busthomi yang nama lengkapnya Thaifur ibn ‘Isa ibn Sarusyan, Beliau berasal dari Bustham. meninggal pada tahun 261 H  (riwayat lain 264 H ). Beberapa Kitab yang mengisahkan tentang Al Busthomi diantaranya: Thabaqat al-Shufiyyah karya dari al-Sulami, al-Luma’ karya dari al-Thusi, al-Risalah al-Qusyairiyyah karya al-Qusyairi.

ABU SAID AL-KHARROZ, SERING DITEMUI RASULULLAH

Abu Said al-Kharroz, yang meninggal pada tahun 279 Hijriyyah. Beliau adalah sebagai sufi yang  banyak menaruh perhatiannya pada tingkatan-tingakatan dan keadaan-keadaan dalam perjalanan menuju Allah. Hal ini diuraikan Abu Said al-Kharroz dalam Kitab karya nya yang berjudul Thoriq ila Allah wa Kitab al-Shidq.Abu Said al-Kharroz. Dalam kitab karangannya Thoriq ila Allah wa Kitab al-Shidq, Abu Said al-Kharroz menguraikan tingkatan2 tentang Ikhlas, kesabaran, kerendahan hati, Zuhud atau asketisme, tawakal, rasa takut, rasa malu, syukur, ridha, rasa rindu kepada Allah, dan rasa akrab. Abu Said al-Kharroz, mendirikan Thariqot sufi, yaitu al-Kharroziyyah, yang dinisbatkan kepada beliau.

RABI IBN KHATSIM, TOKOH SUFI PADA MASA MUAWIYYAH

Rabi ibn Khatsim, yang meninggal pada 67 H. Beliau berasal dari Kufah, Beliau adalah tokoh Zuhud pada abad pertama, masa pemerintahan Muawiyyah. Di Kuffah cenderung pada aliran Syi’ah dan Raja’iyyah. Al-Sya’rani mengutip perkataan Rabi bin Khatsim: “Duh saudaraku! Jadilah pelindung bagi dirimu sendiri kalau tidak kamu akan hancur.” Juga ucapannya: “Segala sesuatu, yang tidak mengharap karunia Allah, akan hancur lebur.” Kata Beliau: ” Aku akan menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup.”

IBNU KLAHDUN, LATIHAN ROHANIAH DENGAN RASA

Ibnu Khaldun Tersingkapnya hakikat realitas yang wujud, iluminasi, Ibnu Khaldun mengungkapkan bahwa, para sufi melakukan latihan rohaniah dengan mematikan kekuatan syahwat serta menggairahkan ruh dengan jalan menggiatkan zikir. Dengan zikir, jiwa bisa mengalami hakikat realitas tersebut, jika hal ini tercapai, maka yang wujud pun telah terkonsentrasikan dalam  dalam pemahaman seseorang, yang berarti ia berhasil menyingkap seluruh realitas yang wujud.

AL-GHAZALI: PERGULATAN DALAM DIRI SEBELUM MEMASUKKI TASAWWUF

Al Ghazali , atau Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad, beliau digelari “Hujjatul Islam” . Nama al Ghazali diambil dari pekerjaan ayahnya sebagai pemintal wol. Lahir di Thus di kawasan Khurasan tahun 450H. Al Ghazali kecil belajar fiqih pada Ahmad al-Radzkani ketika masih belia dilanjuntukan belajar kepada Imam Abu Nashr al-Isma’ili di Jurjan. al Ghazali belajar kepada Abu al-Ma’ali al-Juwaini yang bergelar Imam al-Haramain. Kemudian beliau mengajar di Baghdad pada tahun 484 H. Dalam karyanya al-Munqidz min-al-Dhalal, diuraikan kegelisahan jiwa al Ghazali yang menggelora sampai al Ghazali tertimpa krisis psikis yang kronis. Akibat krisis ini al Ghazali mulai meninggalkan jabatannya sebagai pengajar pada Perguruan al-Nizhamiah di Baghdad.

KESASAR DI SYURGA?

Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Quran, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya. Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.