Sunday, May 15, 2016

ABU SAID AL-KHARROZ, SERING DITEMUI RASULULLAH

Abu Said al-Kharroz, yang meninggal pada tahun 279 Hijriyyah. Beliau adalah sebagai sufi yang  banyak menaruh perhatiannya pada tingkatan-tingakatan dan keadaan-keadaan dalam perjalanan menuju Allah. Hal ini diuraikan Abu Said al-Kharroz dalam Kitab karya nya yang berjudul Thoriq ila Allah wa Kitab al-Shidq.Abu Said al-Kharroz. Dalam kitab karangannya Thoriq ila Allah wa Kitab al-Shidq, Abu Said al-Kharroz menguraikan tingkatan2 tentang Ikhlas, kesabaran, kerendahan hati, Zuhud atau asketisme, tawakal, rasa takut, rasa malu, syukur, ridha, rasa rindu kepada Allah, dan rasa akrab. Abu Said al-Kharroz, mendirikan Thariqot sufi, yaitu al-Kharroziyyah, yang dinisbatkan kepada beliau.

Abu Said Al-Kharraz adalah orang yang pertama  kali berbicara tentang keadaan Fana dan Baqa dalam pengertian mistis, merangkum keseluruhan doktrinnya dalam dua istilah tersebut. Abu Said Al-Kharraz  dijuluki sebagai lidahnya Sufi. Dalam perjalanan spiritualnya Abu Said telah bertemu dengan Nabi Muhamad SAW, malaikat, Iblis, dan Anaknya didalam mimpi-mimpinya. Abu Said bertemu dengan Nabi Muhamad SAW. Suatu waktu saat Abu Said telah  berada di Damaskus, Abu Said bermimpi bertemu dengan Nabi SAW dan berkata: Beliau mendekati diriku. Ketika aku tengah membaca sebuah bait syair sambil menepuk-nepuk dadaku dalam keadaan lapar. Nabi SAW lalu bersabda: “Keburukannya lebih besar daripada kebaikannya”.

Di lain waktu Abu Said bertemu kembali dengan Nabi SAW dan berkata kepada Abu Said: “Apakah engkau mencintaiku?” Dengan penuh kesadaran Abu Said lalu menjawab: “Maafkan aku ya Rasulullah, cintaku hanya kepada Allah yang telah menyibukkanku”. Lalu Nabi SAW berkata: “Siapa yang mencintai Allah berarti dia juga telah mencintaiku”. Abu Said bertemu dengan Malaikat. Suatu kali Abu Said pernah bertemu dengan dua Malaikat turun dari Surga dan bertanya kepada Abu Said: “Apa arti kejujuran?”.  Dengan bijak Abu said menjawab: “Menepati janji”.  Malikat itu berkata: “Engkau telah berkata benar”. Lalu mereka kembali ke surga.

Abu Said bertemu dengan Iblis. Pada kesempatan yang lain Abu Said bermimpi bertemu dengan Iblis. Abu Said lalu mengambil tongkat untuk memukulnya. Abu Said mendengar sebuah suara berkata: “Ia tidak takut pada tongkat, ia hanya takut pada cahaya yang ada dalam hatimu”. Lalu Abu Said berkata kepada Iblis: “Kemarilah”.  Iblis berkata kepada Abu Said: “Apa yang dapat aku lakukan kepadamu? Engkau telah menolak apa yang ada dengannya aku menggoda manusia”. Abu Said lalu bertanya: “Apakah itu?”. Iblis menjawab: “Dunia”.

Abu Said bertemu dengan Anaknya Yang Telah Tiada. Abu Said  mempunyai dua orang anak laki-laki. Salah seorang dari mereka telah meninggal dunia mendahuluinya. Suatu malam Abu Said bermimpi bertemu dengan anaknya yang telah meninggal dunia itu. Abu Said bertanya: “Anakku, apa yang telah Allah lakukan padamu?”. Anaknya menjawab: “Dia mendakatkanku pada-Nya dan meninggikan derajatku”. Abu Said lalu berkata: “Anakku, nasehatilah ayahmu ini”. 

Anaknya menjawab: “Duhai Ayahku,  Janganlah engkau pernah berperasangka buruk terhadap Allah”. Abu Said kemudian  berkata lagi: “Nasihati ayahmu lagi!”. Anaknya menjawab: “Ayah, jika aku berbicara, maka ayah tidak akan sanggup menanggungnya”. Abu Said lalu berujar: “Aku memohon kepada Allah semoga Dia memberikan pertolongan padaku”. Anaknya menjawab: “Ayah, Jangan engkau biarkan sehelai bajupun untuk menghalangi diri ayah dari Allah”. Dalam sebuah riwayat setelah mengalami mimpi itu, maka Abu Said selama tiga puluh tahun sisa hidupnya, ia tidak pernah mengenakan baju lagi. Wallahu A’lam Bishowab.

No comments:

Post a Comment