Monday, April 25, 2016

NABI KHIDIR A.S DAN SULTAN AULIA R.A

Nabi Khidir a.s. adalah nabi yang amat misterius. Pelajarannya pun sangat misterius. Demikian pula cara berdakwahnya yang berbeda dengan cara berdakwah nabi-nabi yang lain. Hal-hal misterius juga terjadi pada orang-orang yang berupaya bertemu dengannya. Oleh karena itu, tidak aneh bila orang yang menerima pelajarannya pun terkadang menjadi bingung.

MUTHABA’AH TIGA WALI PADA MUHAMMAD S.A.W

“Wa Ma Arsalnaka Illa Rohmatan Lil ‘Alamin” Mungkin ayat inilah yang memotifasi kepada setiap Hamba Allah atau yang bergelar Umat Rosululloh untuk selalu mencintai Nabiyulloh Muhammad SAW, apakah gerangan motifasi serta harapan tersebut ? Motifasi tersebut tak lain & tak bukan adalah meneladani sifat atau perangai Nabi baik dalam Dzohir dan Bathin.

MEMBUANG KE‘AKU’AN

Belajar pada wali abdal (pemimpin Khalifah ruhani menuju Allah) dengan membuang ke’aku’an. Dalam kafilah ruhani yang berjalan menuju Tuhan, kita melihat barisan yang panjang. Mereka yang berada dalam barisan mempunyai martabat yang bermacam-macam, bergantung pada sejauh mana mereka telah berjalan. Dari tempat berangkat ke tujuan, ada sejumlah stasiun yang harus mereka lewati. Derajat mereka juga bergantung pada banyaknya stasiun yang sudah mereka singgahi. Pada setiap stasiun selalu ada pengalaman baru, keadaan baru, dan pemandangan baru. sangat sulit menceritakan pengalaman pada stasiun tertentu kepada mereka yang belum mencapai stasiun itu.

DARI LIDAH PARA WALI

1). Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani: Ketinggian Mu tak terletak di atas, kedudukan Mu bukan pada suatu tepat yang kau berikan pemahaman bukan pandang semata, aku memandang Mu dengan pemahaman Mu.

2). Syeikh Uwais Al-Qarni: Aku berdiri dengan manisnya cinta, cinta bukanlah suatu perkara mudah cintku terhadap cinta Mu, cinta Mu adalah ketetapan yang nikmat.

KISAH SUFI ABU HAFS AL-HADDAD

Abu Hafs Amr ibnu Salamah al-Haddad adalah seorang tukang pandai besi di Nisyabur. Ia pergi ke Baghdad dan bertemu dengan Junaid yang mengagumi ketaatannya. Ia juga bertemu dengan As-Syibli dan para sufi mazhab Baghdad lainnya. Kemudian ia kembali lagi ke Nisyabur, melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang Pande Besi, dan meninggal dunia di sana pada 265 H / 879 M. Sebagai seorang lelaki muda Abu Hafs pernah jatuh cinta pada seorang gadis pelayan. Begitu tergila-gilanya Abu Hafs pada gadis itu, sampai-sampai setiap hari ia selalu gelisah. Teman-temannya berkata padanya, “Ada seorang dukun Yahudi tinggal di pinggiran Kota Nisyabur. Ia akan bisa membantumu.” 

PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN MURIDIN (CALON WALI ALLAH)

Menurut daftar pengajaran Sufi murid-murid itu dibagi atas tiga golongan, sebagaimana kitab-kitab Sufi pun dibagi atas tiga golongan bagi masing-masing mereka. Pembagian golongan itu adalah pertama mubtadi, orang-orang yang baru mempelajari ilmu Syari'at, yang belum suci sama sekali hatinya dari pada ma'siat, ria, ujub, takabur dan ma'siat lahir yang lain, kedua mutawasith, orang-orang yang dianggap menengah, berada di tengah dalam mempelajari thariqat, tetapi hatinya belum suci semua daripada maksiat bathin, dan ketiga muntahi, orang-orang yang telah sangat lanjut, yang telah suci roh dan hatinya daripada ma'siat lahir dan bathin, dan telah suci pula ingatannya daripada selain Allah, yang biasanya dinamakan orang-orang arifin, telah sampai kepada ma'rifat.

AS-SAB'UL MATSANY & 4 WALI QUTB

Suatu ketika Rasulullah saw. mengadu kepada Tuhan: “Aku akan meninggalkan dunia ini, Aku akan meninggalkan umatku. Siapakah yang akan menuntun mereka setelahku? Bagaimana nasib mereka sesudahku?”, Allah lalu menurunkan firman-Nya:

"ﻭﺁﺗﻴﻨﺎﻙ ﺳﺒﻌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺜﺎﻧﻲ ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ"

Jangan khawatir, Aku telah mengaruniakanmu Assab’ul-matsani dan al-Qur’an yang agung. Dengan keduanya maka umat islam sesudahmu akan selamat dari kesesatan (bila mereka berpegang kepadanya).

NASEHAT

(Oleh Mawlana Asy-Sayyid Asy-Syaikh Raden Abu Hurairah Al Husaini). 

Bismillahhirrahmannirrahim

ﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍْﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ , ﻭَﺍﻟﺼَّﻼَﻩُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻲ ﺍَﺷْﺮَﺍﻓِﻲ ﺍْﻻَﻧْﺒِﻴَﺎﺀِ
ﻭَﺍْﻟﻤُﺮﺳَﻠِﻴْﻦَ ﺳَﻴِّﺪِ ﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِِ ﻭَ ﻋَﻠَﻲ ﺍَﻟِﻪِ ﻭَ ﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَ ﺳَﻠِّﻢْ.

EKSISTENSI SEORANG MURSYID

Dalam setiap aktivitas rintangan itu akan selalu ada. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan syetan tidak lain hanya untuk menggoda dan menghalangi setiap aktivitas manusia. Tidak hanya terhadap aktivitas yang mengarah kepada kebaikan, bahkan terhadap aktivitas yang sudah jelas mengarah menuju kejahatan pun, syetan masih juga ingin lebih menyesatkan.

KEPENTINGAN MURSYID DALAM TAREKAT

Allah Swt. berfirman: “Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalah hidupnya) seorang wali yang mursyid” (Al-Qur’an). Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi dan fungsi Mursyid atau wilayah kemursyidan ini ditolak oleh sebagaian ulama yang anti tasawuf atau mereka yang memahami tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka merasa mampu menembus jalan ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid.