Sunday, May 8, 2016

KENALI JENIS-JENIS NAFSU LALU KENDALIKANNYA

Jenis Jenis Nafsu terdiri dari dua golongan yaitu Nafsu yang baik dan nafsu yang buruk. Nafsu ada yang baik, yaitu nafsu yang tidak bertentangan dengan perintah maupun larangan yang Allah tetapkan. Jika nafsu yang buruk, yaitu nafsu yang hanya untuk memenuhi keinginan pikirannya saja, tanpa melibatkan hati nurani dan ketetapan Allah.

ZIKIR BERJEMAAH

Dalil-dalil zikir termasuk  dalil zikir secara jahar (agak keras). Firman Allah swt. dalam surat Al-Ahzab 41-42 agar kita banyak berzikir sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman! Berzikirlah kamu pada Allah sebanyak-banyak nya, dan bertasbihlah pada-Nya diwaktu pagi maupun petang!”.

AL-QUSYAIRI, PRINSIP-PRINSIP TASAWWUF AHLU SUNNAH

Al Qusyairi nama lengkapnya, Abdul Karim ibn Hawazin, Lahir pada tahun 376 Hijriyyah di Istiwa, Nishapur. Di Nishapur pula ia tumbuh besar dan bertemu guru nya Abu Ali al-Daqqaq, seorang sufi terkenal. Qusyairi mempelajari Fiqih kepada Abu Bakar Muhammad bin Abu Bakar al-Thusi (meninggal 405 H), serta belajar ilmu kalam dan usul fiqih kepada Abu Bakar ibn al-Farouk (meninggal 406 H), al Qusyairi menelaah karya-karya dari al-Baqillani, dari sini al Qusyairi berhasil menguasai doktrin Ahlus sunnah wal Jamaah yang dikembangkan al-Asy’ari dan para muridanya. Menurut Ibn Khallikan, al-Qusyairi adalah sufi yang mengkompromikan Syari’at dengan hakekat. al Qusyairi meninggal 465 H.al qusyairi.

PUASA SEBAGAI SARA MENEMUI ALLAH

“Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya”. (HR Bukhari)

‘Suatu hari Nabi saw. mendengar seorang wanita tengah mencaci-maki hamba sahayanya, padahal ia sedang berpuasa. Nabi saw. Segera memanggilnya. Lalu beliau menyuguhkan makanan seraya berkata, “Makanlah hidangan ini!” Keruan saja, wanita itu menjawab, “Ya Rasulullah, aku sedang berpuasa.” Nabi saw. Berkata dengan nada heran, “Bagaimana mungkin engkau berpuasa sambil mencaci-maki hamba sahayamu? Sesungguhnya Allah menjadikan puasa sebagai penghalang (hijab) bagi seseorang dari segala kekejian ucapan maupun perbuatan. Betapa sedikitnya orang yang berpuasa dan betapa banyaknya orang yang lapar”. (HR Bukhari)

HAKIKAT TASAWWUF IMAM GHAZALI

Pada awalnya aku adalah orang mengingkari kondisi spiritual orang-orang shaleh dan derajat-derajat yang dicapai oleh para ahli tasawuf. Hal ini terus berlanjut sampai akhirnya aku bergaul dengan Mursyid-ku, Yusuf an Nasaj. Dia terus mendorongku untuk melakukan mujahadah, hingga akhirnya aku memperoleh karunia-karunia ilahiyah. Aku dapat melihat Allah dalam mimpi. 

KECINTAAN CAHAYA SYURGA

Hari bahkan detik ini, berlarilah mengejar cahaya surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Berprasangkalah yang baik kepada Allah, karena Allah akan berbuat sebagaimana prasangkamu kepada-Nya. Yakinlah bahwa Dia lebih cepat pengampunannya. Dia sangat sabar menunggumu di pintu-pintu tobat. Bahkan, sebelum nyawa tersedak di tenggorokan, sebelum kaki beku, lidah kelu Allah masih setia menjaga pintu tobat, karena kasih sayang kepada hamba-Nya

HAKEKAT FANA AL-QUSYAIRI

Al Qusyairi, yang wafat pada tahun 465 Hijriyyah  Karya al-Qusyairi yang sangat Fenomenal adalah Risalah Qusyairiyyah. Dalam Kitabnya tersebut al-Qusyairi berpendapat tentang Fana’ , “Barangsiapa menyaksikan terjadinya kemampuan diluar berbagai kondisi hukum maka dikatakan bahwa dia fana’ dari apapun yang terjadi pada makhluk”. Al-Qusyairi ber kata: “Jika seorang sufi fana’ dari angan-angan terhadap hal-hal yang menimbulkan rangsangan, ia kekal dalam sifat-sifat Yang Maha Benar. Dan barang siapa didominasi oleh daya hakekat, sehingga dia tidak lagi melihat hal-hal yang menimbulkan rangsangan, baik dalam bentuk benda, dampaknya, gambarnya, atau bayang-bayang, dikatakan bahwa dia fana dari makhluk dan kekal dalam Yang Maha Benar.” (al-Qusyairi)

ASAL MULA TAREKAT NAQSYABANDIYAH

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat yang luas penyebarannya, umumnya di wilayah Asia, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Dagestan, Russia. Tarekat ini mengutamakan pada pemahaman hakikat dan tasawuf yang mengandung unsur-unsur pemahaman rohani yang spesifik, seperti tentang rasa atau “zok”. Di dalam pemahaman yang meng”isbat”kan zat ketuhanan dan “isbat” akan sifat “maanawiyah” yang maktub di dalam “roh” anak-anak adam maupun pengakuan di dalam “fanabillah” mahupun berkekalan dlam “bakabillah” yang melibatkan zikir-zikir hati (hudurun kalbu).

TARIQAH DI INDONESIA

1). Thoriqoh Syattariyah: Penyebaran thoriqoh syattariyah berpusat pada satu tokoh utama, yakni Abdur Rauf al-Syinkili di Aceh. Melalui sejumlah muridanya, ajaran thoriqoh syattariyah tersebar ke berbagai wilayah di dunia melayu-Indonesia. Diantara murid-murid as-sinkili yang paling terkemuka adalah Syaikh Burhanuddin dari Ulakan, Pariaman, Sumatra Barat dan Syeikh Abdul Muhyi dari pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat. Bersama-sama dengan thoriqoh lain, thoriqoh syattariyah yang dikembangkan oleh as-sinkili dan murid-muridanya tersebut menjadi salah satu thoriqoh yang mengembangkan ajaran tasawuf di dunia melayu-Indonesia dengan kecenderungan Neosufisme. Diantara karakteristik yang menonjol dari ajaran neosufisme adalah adanya ajaran untuk saling pendekatan antara ajaran syari’ah dengan ajaran tasawuf. Dalam konteks tradisi intelekstual Islam di dunia melayu-Indonesia, ajaran tasawuf dengan corak neosufisme ini, telah menjadi wacana dominan sejak awal abad ke-17, sehingga mempengaruhi hampir semua karya-karya keislaman yang muncul, khususnya dibidang tasawuf.

TARIQAH QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH

Thoriqoh ini adalah sebuah thoriqoh gabungan dari Thoriqoh Qadiriyah dan Naqsabandiyah (TQN). Thoriqoh ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khotib Sambas yang dikenal sebagai penulis kitab Fathul ‘arifin. Sambas adalah nama sebuah kota di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat. Syaikh Naquib al-‘Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai sebuah thoriqoh gabungan karena Syeikh Sambas adalah seorang Syeikh dari kedua thoriqoh dan mengajarkannya dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis zikir sekaligus yaitu zikir yang dibaca dengan keras (jahr) dalam  thoriqoh qadiriyah dan dzikr yang dilakukan dalam hati (khafi) dalam thoriqoh naqsabandiyah. Pengembangan ajaran thoriqoh ini yang kelihatannya baru dikenal di Asia Tenggara memang bermula dari kitab Fathul ‘Arifin. Walaupun murid Syeikh Sambas yang utama yaitu Syeikh Abdul Karim Banten tampaknya tidak mengembangkan ajaran TQN secara luas namun generasi sesudahnya terutama di pusat-pusat TQN di Jawa, Qadiriyah Naqsabandiyah relatif maju dan berkembang dengan pesat.