Sunday, January 3, 2016

CAHAYA ATAS CAHAYA

Allah SWT berfirman:

ٱللهُ نُورُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكاةٍ فيها مِصْباحٌ الْمِصْباحُ في زُجاجَةٍ الزُّجاجَةُ كَأَنَّها كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ 
وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكادُ زَيْتُها يُضيءُ وَلَوْلَمْ تَمْسَسْهُ نارٌ نُورٌ عَلى نُورٍ يَهْدِي اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشاءُ وَ يَضْرِبُ اللهُ الْأَمْثالَ لِلنَّاسِ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَليمٌ

Maksudnya: “Allah adalah cahaya seluruh langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah tempat pelita yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu berada dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang penuh berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api (lantaran minyak itu sangat bening berkilau). Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (An Nur: 35).

NASIHAT SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

"Wahai orang-orang yang miskin harta benda, mereka yang dijauhkan dari dunia dan wahai orang-orang yang tidak terkenal, yang lapar dan dahaga, yang tidak berpakaian, yang remuk hatinya, yang berkelana dari satu mesjid ke mesjid lainnya dan tempat-tempat sunyi, yang dibenci oleh orang-orang lain dan yang jauh dari cita-citanya, janganlah kamu menyangka bahwa Allah telah menjadikan kamu miskin papa, mencabut dunia dari kamu, memurkai kamu, memusuhi kamu dan menghinakan kamu, padahal saudara-saudara kamu dilebihkan oleh Allah dengan kesenangan dan kekayaan dunia ini. Janganlah kamu mengira bahwa Tuhan itu menganiaya kamu. Sebab, kamu, keluargamu dan saudara-saudaramu adalah orang-orang Islam dan beriman juga serta keturunanmu dan keturunannya adalah keturunan Adam dan Hawa pula.

TAUSIAH

Sesungguhnya Allah mempunyai 360 pandangan untuk diberikan. Kalau saya seorang hamba mendapatkan satu pandangan daripada Allah maka tidak akan celakalah selama-lamanya. Dan malam Jumaat merupakan waktu pandangann daripada Allah. Umat-umat sebelum kita tidak mendapat petunjuk akan kemuliaan hari jumaat. Dan dikhususkan untuk kita perbanyakkan berselawat kepada junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w pada hari jumaat. Rasulullah s.a.w bersabda, Sesungguhnya hari yang paling baik kepada kamu adalah hari jumaat maka perbanyakkan berselawat kepadaku. Sesungguhnya selawat kamu akan sampai kepadaku walau dimana kamu berada.

JANGAN TERGODA GEMERLAP DUNIA

Syekh Abdul-Qadir Al-Jailani qaddasAllahu sirrahu mengatakan: “Waspadalah jika engkau melihat dunia berada di tangan pemiliknya dengan segala perhiasan, kebatilan, tipu daya dan tempat pencariannya kotor. Jika engkau melihat racunnya yang sangat mematikan, disertai dengan lembutnya sentuhan lahirnya, tersembunyi batinnya, cepatnya dalam merusak sesuatu, cepatnya dalam membunuh orang yang mencuba untuk menyentuhnya, lalu engkau juga melihat orang tersebut tertipu dan terlalaikan dengan dunia tersebut dari Sang Maha Pemiliknya dan merosak janjinya, maka jadilah engkau itu seperti orang yang melihat aurat orang lain yang sedang membuang hajatnya di padang dan mencium baunya yang busuk.

AMAL MAKRIFAT

Ibnu Atha'illah di dalam Al Hikam berkata: "Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk makrifat (mengenal pada-Nya), maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa makrifat itu semata-mata pemberian kurnia Allah kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepada-Nya dengan pemberian kurnia Allah kepadamu.”

IKHLASKAN NIAT

Jika lidah menyebut "sahaja aku..." itu cuma lafaz pada lidah dan belum lagi dinamakan niat. Lafaz itu merupakan cita-cita untuk melakukan sesuatu, mungkin datang dari hati yang benar-benar ikhlas dan mungkin juga merupakan sebuah azam yang wujud kuat ketika itu.

PENJELASAN LAFAZ ZIKIR

Jabatan Mufti Kerajaan Negeri, Negeri Sembilan
October 17, 2014
OLEH: SYAIFUL NIZAM BIN MD JAN
PENOLONG MUFTI BAHAGIAN TAREKAT TASAWUF/PENDAFTAR TAREKAT NEGERI SEMBILAN

ZIKIR ( هُوَ )

Ketahuilah bahawa zikir terbahagi kepada tiga bahagian[1]:

Pertama: Nafi dan Ithbat ( نفى وإثبات ).

Pada perkataan kamu ( لا اله إلا الله ), maka padanya penafian yang batil disembah iaitu ( لا اله ) kemudian diithbatkan dengan yang berhak disembah iaitu perkataan ( إلا الله ).

ANDAIKAN KALIAN TAHU

Rasulullah saw adalah orang yang paling mengenal Allah dan paling mengetahui rahasia ilmu berhubungan dengan Allah, paling mengetahui apa yang di firman kan Allah dan rahasia di balik firman tersebut. Al-Qur’an sebagai firman Allah yang tertulis memiliki makna zahir dan makna batin. Makna zahir akan ditafsirkan oleh ulama yang mengetahui ilmu tentang tafsir al-Qur’an sedangkan makna batin yang terkandung dalam Al-Qur’an akan dipahami oleh hati yang telah disinari dengan cahaya-Nya.

TEORI CERMIN AL GHAZALI

Bagaimanapun roh atau sukma akan kembali kepada Tuhan. Dalam kenyataannya, mengapa manusia seringkali lalai dan lupa kepada Tuhan dan detik-detik kehadirannya di dunia ini justru lebih banyak tersita untuk hal-hal yang bersifat jasadi atau lahiriah belaka? Imam Ghazali menjawab masalah ini dengan Teori Cermin (al-Mir’ah) dalam karyanya yang sangat terkenal itu (Ihya’ Ulumuddin). Menurut Imam Ghazali, hati manusia ibarat cermin, sedangkan petunjuk Tuhan bagaikan nur atau cahaya. Dengan demikian jika hati manusia benar-benar bersih niscaya ia akan bisa menangkap cahaya petunjuk Ilahi dan memantulkan cahaya tersebut ke sekitarnya. Sedangkan jika manusia tidak mampu menangkap tanda tanda spiritual dari Tuhan, itu pada dasarnya disebabkan tiga kemungkinan:

ZUHUD BAGI KAUM SUFI

Imam Al-Kattani menegaskan: “Berbagai persoalan yang tidak pernah diperselisihkan oleh ulama Kufah, Madinah, Irak, dan Syam adalah zuhud, kemurahan hati dan memberikan nasihat kepada orang lain. Yakni, tidak satu pun dari Ulama yang berpendapat bahawa persoalan-persoalan ini merupakan perilaku yang tidak terpuji.”