Friday, February 19, 2016

SALASILAH KETURUNAN SAYYID HUSSAIN JAMADIL KUBRA

Sayyid Hussain Jamadil Kubra adalah tokoh yang kerap disebut namanya ketika membicarakan tentang keturunan Nik dan Wan di kepulauan Melayu. Salasilah beliau adalah Sayyid Hussain bin Sayyid Ahmad Shah Jalal al-Khan bin Sayyid Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik al-Azhamat Khan bin Sayyid Alawi bin Sayyid Muhammad Sahib al-Mirbat bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alawi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad al-Muhajir bin Sayyid Isa al-Rumi bin Sayyid Muhammad al-Naqib bin Sayyid Ali al-Uraidhi bin Imam Jaafar al-Sadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainul Abidin bin Sayyidina Hussain bin Sayyidah Fatimah al-Zahra binti Sayyidina Muhammad Rasulullah. Ini adalah berdasarkan salsilah Tok Pulau Manis.

PENYAKSIAN PALSU DALAM SYAHADAH

Dosa besar di sisi Allah dan Rasulullah. Sedarlah dalam kebenaran dan belajarlah ilmu syahadah sebelum mati. Bahaya pada iman. 

ZIKIR MAUT DARI RASULULLAH & SAHABAT

Ad-Dahhak meriwayatkan, "Suatu ketika seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling zuhud?" Beliau menjawab, "Orang yang tidak melupakan kuburan dan kerusakan jasad, meninggalkan perhiasan dunia yang berlebihan, lebih memilih hal yang kekal daripada yang fana, tidak menganggap esok hari sebagai miliknya, dan menganggap dirinya termasuk ahli kubur." (Kitab Az-Zuhud, Imam Ibn Hanbal).

SURAT CINTA PENERANG JIWA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menulis surat kepada sahabatnya: “Sahabatku... Pilihlah kawan perjalananmu dari orang-orang yang terpecaya dan jujur, seperti perintah-Nya: "Hendaklah bersama orang-orang jujur. Pergilah dan langkahkan kakimu menjauh dari rumah-rumah para pecinta dunia, kerana sungguh Kami telah menjadikan apa yang di atas bumi sebagai perhiasan. Jagalah dirimu dengan jarak aman dari jalan-jalan buntu dan sarat godaan. Ingatlah bahwa kekayaan dan anak-anakmu adalah ujian. 

SETIAP LANGKAHMU ADALAH MENUJU KUBUR

Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Wahai orang yang terpenjara di dalam penjara hawa nafsu. Wahai hamba makhluk! Wahai orang yang tidak mengetahui akibat urusannya, orang-orang yang tidak mengetahui tentang makhluk dan Allah, serta tak tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Jika engkau tidak berakal, maka jadilah orang yang berakal dengan mengingat kematian. Kerana, mengingatnya merupakan kunci segala kebaikan dan keselamatan.

PESAN HIKMAH YAHYA IBN MU'ADZ AR-RAZI

Menurut Imam Ibnu As-Sam’ani, sebenarnya tokoh yang pertama kali mengenalkan ucapan 'man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu' (Barang siapa yang mengenal dirinya maka telah mengenal Tuhannya) Yahya ibn Mu’adz Ar-Razi (w. 257 H). Ucapan ini menjadi sangat populer di dunia tasawuf, bahkan banyak menyebut sebagai hadis. Penjelasan ini disebut Imam As-Sam’ani dalam kitab Ad-Durar Al-Mutanatsirah fil al-ahadits al-musytabirah.

MARI BERSIHKAN CERMIN HATI KITA

"Kalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat.” (Syekh Ibnu Atha'illah, Al-Hikam).

Sahabatku, bagaimana mungkin hati ini dapat menampung cahaya Ilahi, jika hati yang kita diselubungi debu? Kita harus terus membersihkan cermin jiwa setiap saat dan berkaca pada diri sendiri.

HAKIKAT DUKA CITA

Ibnu Khafif mengatakan bahwa duka cita dapat memperkecil keinginan hawa nafsu dari bergolaknya suka cita. Maka, bisa jadi rasa berduka merupakan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk menyadarkan kesadaran batin kita. Alangkah hebatnya jika kita mampu menggunakannya sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah.

RENUNGAN HIKMAH SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

"Orang yang benar (Shiddiq) menghabiskan waktunya dengan memperbanyak amal ibadah dan bersyukur kepada Allah, kerana itulah satu-satunya pintu untuk mendekatkan diri (taqarrub). Mereka terus beribadah dan bersyukur kepada Allah, serta patuh atas segala perintah-Nya sebagai rasa syukur terhadap rahmat yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

MENGENAL YANG DISEMBAH DAN MENYEMBAH

Penyembahan yang di dasari rasa syukur atas apa yang ada pada diri setiap yang bernyawa yang bertuhankan Tuhan Yang Maha ESA dalam hal Ini terbahagi menjadi EMPAT hal Yaitu:

1). Sembah Raga Syariat

2). Sembah Qalbu Tarekat

3). Sembah Jiwa Hakikat

4). Sembah Rasa Makrifat