Thursday, July 14, 2016

SEBESAR-BESAR NIKMAT DARI ALLAH

Apabila kamu pada zahirnya dihiaskan dengan taat kepada perintahNya dan dikurniakan pada batin kamu menyerah bulat2 kepada Allah swt, yg demikian adalah sebesar2 nikmat buat kamu. Hamba Allah yang sejati adalah yang menggunakan segala daya dan upayanya untuk mentaati Allah s.w.t, menurut segala perintah-Nya tanpa hujah, tanpa tangguh, tanpa ragu-ragu dan pada masa yang sama hatinya yakin sungguh2 kepada ketuhanan Allah s.w.t yang memelihara, menjaga, melindungi, menguruskan segala sesuatu dengan cara yang paling baik. 

JANGAN BERTANGGUH

Jgn menantikan habisnya penghalang2 utk lebih mendekat kpd Allah sebab yg demikian itu akan memutus kan engkau dari kewajiban menunaikan hak terhadap apa yg Allah telah mendudukkan engkau di dlm nya (sbb yg demikian itu memutuskan kewaspadaan terhadap kewajibanmu). Abdullah bin Umar ra berkata: “Jika engkau berada di waktu senja, maka jgn menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, jgn menunggu ptg hari. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya utk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin.” Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata: “Jika tiba waktu malam maka jgn mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Allah, waktu malam itu dan menjaga benar2 hawa nafsumu, demikian pula bila engkau berada pada pagi hari."  Allah berfirman: “Kami [Allah] akan menguji kamu dgn kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian dan kepada Kami, kamu akan dikembalikan." (Surah Al-Anbiyaa : Ayat 35). Kadangkala ujian itu berupa, sihat, sakit, kesulitan, kelapangan, kekayaan dan kemiskinan. Ujian keyakinan terhadap Allah s.w.t, sampai di mana ia mensyukuri nikmat dan bagaimana ia bersabar menghadapi musibah.

TAAT ADALAH TAUFIK DARI ALLAH

“Jangan merasa gembira atas perbuatan taat kerana engkat merasa telah dapat melaksanakannya, tetapi bergembiralah atas perbuatan taat itu kerana ia sbg kurnia, taufik dan hidayah dari Allah swt kepadamu, “katakanlah, dgn merasa mendapatkan kurnia dan rahmat Allah, maka dgn itu hendaknya meraka bergembira. Itulah lebih baik dari apa yg dapat mereka kumpulkan” (Surah Yunus: 58). Gembira atas perbuatan taat itu jika karena merasa mendapat kehormatan karunia dan rahmat Allah sehingga dapat melakukan taat, maka itu lebih baik. 

JANGAN SOMBONG DENGAN TAKDIR

Jika hendak dikirakan ‘beriman’ dgn Allah, iblis laknatullah sepatutnya lebih tinggi imannya kpd Allah. Masakan tidak, dia pernah berdialog dengan Allah (dialog yg telah dirakamkan dlm Al Quran). Dia percaya kepada syurga dan neraka. Bukan sahaja percaya bahkan telah melihatnya. Syaitan yakin tentang adanya Hari Pembalasan. Hendak diukur dari segi ibadah, ya ibadah iblis begitu hebat. Puluhan ribu tahun sujud, rukuk dan membesarkan Allah hingga terlantik sebagai ketua malaikat. Cuma satu, syaitan kecundang kerana tidak dapat menerima takdir Allah. 

TUJUH KALIMAT PENGAMPUN DOSA

Manusia di muka bumi ini tidak akan luput dari dosa. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Di mana dlm menjalankan kehidupan ini terkadang seseorang tertipu atas keindahan dunia dan permainan di dalamnya. Sehingga, yang baik terlihat buruk dan yang buruk terlihat baik. Itulah mengapa, kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah, agar dosa-dosa yang menumpuk dapat terkikis habis sebelum kita kembali pada-Nya. 

KISAH WAFATNYA SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan. “Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab. “Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah.

KARAMAH SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: 25 TAHUN MENDIAMI PADANG PASIR

Syaikh Abu Suud al-Harimi meriwayatkan bahwa beliau pernah mendengar Syeh Abdul Qodir berkata, “Selama 25 tahun aku mendiami padang pasir Iraq, tidak pernah bertemu dg orang dan ditemukan orang. Pada masa itu, sekelompok jin dan rijal ghaib datang kepadaku dan aku mengajarkan jalan menuju Allah kepada mereka. Nabi Khidir as menemaniku pd saat aku tiba di Iraq untuk pertama kali walaupun aku tidak pernah berjumpa dengan beliau sebelumnya. Beliau mengajukan syarat kepadaku untuk tidak membantahnya dan berkata kepadaku, “Duduk disini”. Aku pun duduk di tempat itu selama tiga tahun dan setiap tahun beliau mendatangiku dan berkata, “Tetap di tempatmu sampai aku datang”.

KARAMAH SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: GODAAN IBLIS

Syaikh Utsman Shairafi meriwayatkan bahwa Syaikh Abdul Qodir bercerita, “Siang maupun malam aku tinggal di padang pasir, bukan di baghdad. Sepanjang masa itu, para setan mendatangiku berbaris dg rupa yang menakutkan, menyandang senjata dan melontari aku dg api. Namun, saat itu pula aku mendapatkan keteguhan dalam hati yang tak dapat aku ceritakan dan aku mendengar suara dari dalam hatiku yang berkata, “Bangkit Abdul Qodir, telah Kami teguhkan engkau dan Kami dukung engkau” dan ketika aku bangkit mereka pun kocar-kacir, kembali ke tempat mereka semula.

KARAMAH SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: MELIHAT MALAIKAT

Pada saat beliau berumur 10 tahun sudah bisa melihat malaikat, Saat ada yang bertanya kepada beliau, “Kapan engkau mengetahui bahwa dirimu adalah wali ALLAH?” Syaikh Abdul Qodir Jailani menjawab, “Aku berusia 10 tahun ketika melihat para malaikat berjalan disampingku saat aku berangkat ke sekolah. Dan setibanya disana, para malaikat tersebut berkata, “Berikan jalan bagi wali ALLAH’ sampai aku duduk.

KAROMAH SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: PEROMPAK JADI TAUBAT

Abdul Qodir jailani Syaikh Muhammad bin Qaid al-Awani meriwayatkan : Pada suatu hari beliau bertanya kepada sang syaikh, “Apa yang membuatmu dapat meraih derajad ini?” Beliau menjawab, “Kejujuran, tidak pernah sekalipun aku berbohong bahkan ketika aku masih menuntut ilmu”. Syeh Abdul Qodir jailaniKemudian syaikh Abdul Qodir melanjutkan, “Ketika tiba hari arafah saat aku keil, aku pergi kesekitar baghdad dan menggembala sapi.