Thursday, June 16, 2016

MAQAMAT LATHIFATHUL RUH

Maqam ini adalah maqam kedua dalam kajian Thariqat An-Naqsyabandi jika seseorang mendalami pelajaran dzikir dalam ajaran tasawwuf atau sufi, maka jika seseorang telah berdzikir pada maqam sebelumnya, maka pada tempat inilah dzikir kepada Allah yang kedua di sandarkan dengan makna adalah pembersihan rohani secara bertahap-tahap dan berbagai tingkatan pembersihan penyakit bathin.

GHIBAH (MENGUNJING)

Ghibah termasuk perbuatan yang paling buruk dan paling tersebar di antara manusia, sehingga mereka tidak selamat darinya melainkan hanya segelintir orang saja, batasan ghibah yaitu engkau memperbincangkan saudaramu dengan sesuatu yang jika hal itu di dengar atau sampai ke telinganya, maka dia merasa tidak senang, baik itu mengenai jasmani maupun rohani, ras, suku, agama, nasab, perilaku, perbuatan, ucapan atau dalam urusan agamanya, bahkan sampai pakaian yang dia kenakan, rumah tinggal, dan kendaraannya serta lain sebagainya.

MAQAM IHSAN TIDAKLAH TERTUTUP

Rasulullah bersabda: “Siapa yang menuntut sesuatu dengan kesungguhan, dia pasti mendapat.” Jangan hendaknya terpengaruh dengan pendapat yang mengatakan bahwa pada masa-masa akhir zaman atau seperti yang di katakan orang-orang adalah masa-masa sekarang ini tidak akan ada lagi masanya bagi kita mendapatkan maqam ihsan sebagaimana para kyai, wali-wali atau orang-orang shalih terdahulu, pendapat dalam hal ini adalah “Mardud” (tertolak), pendapat ini menunjukkan adanya malas akan mendekati dan mengharapkan rahmat Allah dan lebih tebal ingkarnya daripada patuhnya pada himbauan Allah agar senantiasa mendekat pada-Nya.

SEHARUSNYA MALU MENJADI KETURUNAN ORANG-ORANG SOLEH DAN MULIA

Harus berbangga diri ataukah malu menjadi keturunan orang-orang sholeh, “Jangan merasa senang dulu siapa para kakekmu, Jika tidak mampu sebaik mereka, Semestinya engkau malu dan menangis pilu.” Ujar KH. Muhajir Madad Salim mengawali ngajinya dengan syair syahdu. Suatu hari di sebuah perkumpulan dibacakan kitab Masyra’ ar-Rawi. Di dalamnya dibacakan kisah kemuliaan orang-orang hebat tempo dulu, karomah para Auliya’ dan para Aqthabnya, yakni kisah-kisah kemulian para sayyid anak-cucu Nabi Saw.

PENJELASAN AL-JUNAID MENGENAI PERKATAAN FANA ABU YAZID

Syeikh abu Nashr as-Sarraj rah berkata: juga dikisahkan dari Abu Yazid Al-Bisthami yang pernah mengatakan, “Aku mendekati medan al-laisaiyyah (ketiadaan), dan aku terus terbang selama sepuluh tahun, sehingga aku menjadi bagian dari ketidaan dalam ketiadaan dan dengan ketiadaan. Kemudian aku mendekati pada penghilangan, yang tak lain adalah medan tauhid. Aku terus terbang dengan ketidaan dalam penghilangan (tadhyi’). Sehingga aku akhirnya benar-benar lenyap dalam penghilangan. Kemudian aku hilang dalam penghilangan yang benar-benar hilang. Kemudian aku mendekati tauhid dari kegaiban makhluk yang Mahatahu dari makhluk.” Al-Junaid rah berkata: semua ucapan ini dan yang sejenis masuk dalam ilmu kesaksian atas yang ghaib yang jauh bisa menemukan as-syahid. Didalamnya mengandung makna-makna fana’ dengan ghaibnya fana’ dari yang fana’.

EMPAT JALAN MENGETAHUI AIB DIRI SENDIRI

Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut:

1). Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini langka.

ADAB SALIK TERHADAP DIRI SENDIRI

• Berhubung dengan adab-adab salik terhadap diri sendiri, Shaikh Muhammad Amin al-Kurdi menghuraikannya sebanyak 24 perkara. (Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwir al-Qulub, 531-534). Di sini kita ringkaskan beberapa perkara yang difikirkan penting. Antaranya ialah seperti berikut: mengekalkan zikrullah dan muraqabahnya.

MENGETAHUI SEMBILAN RUH DALAM TUBUH MANUSIA

Roh adalah bagian dari tubuh kita yang tidak dapat dihindari keberadaanya bahkan Allah SWT pun berfirman pada surat Al-isra'17 ayat 85 yang artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. katakanlah roh itu termasuk urusanku. dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. Dengan pengetahuan ini yang telah dilakukan pengkajian dari dahulu secara sangat sangat mendalam oleh nenek moyang kita ternyata memang tubuh manusia itu terdiri dari 9 jenis roh dan mereka memiliki fungsi dan tugas nya masing masing berikut 9 Roh Penghuni Tubuh Manusia:

ILMU BATHIN ADALAH ILMU RAHSIA

Ketahuilah oleh anda, bahwa ilmu yang kami kemukakan dalam risalah ini adalah suatu ilmu rahasia yang halus dan dalam, jarang yang dapat memahaminya kecuali Ulama-ulama yang dalam pengertiannya (rasikh), yaitu mereka yang telah mendapatkan cahaya pada kata-katanya, suatu rahasia yang diwarisinya dari Para Nabi dan Para Aulia. Selain itu, mereka Ulama yang rasikh itu, benar-benar mengamalkan apa yang diamalkan oleh para Nabi dan Aulia, mereka telah mendapatkan “khashais” (beberapa keistimewaan) karena mengamalkan apa yang mereka ketahui. Allah berfirman: “Wa Tilkanl-Amstaalu Nadlribuhaa Linnaasi,Wamaa Ya’qiluhaa Illal’Alimuun” Artinya: “ Begitulah beberapa contoh dan missal yang kami kemukakan kepada manusia, namun tidak ada yang dapat memahaminya, kecuali orang-orang yang alim”.

DOA-DOA IBNU ATHAILLAH

Engkaulah Tuhan yang berzikir (mengingat) sebelum orang-orang berzikir mengingat-Mu dan Engkau pula yang mula-mula memberi bantuan kebaikan sebelum orang-orang ahli ibadah menghadap-Mu, Engkaulah yang pemurah dengan pemberian-pemberian sebelum permintaan orang-orang yang meminta. Engkaulah Yang Maha Memberi. Dalam sifat maha memberi itu, Engkau menjadi peminjam (Ibnu Atha’illah al-Iskandari).