Tuesday, March 29, 2016

KULIAH ZIKIR DARI IBNU ATHA’ILLAH

Mari belajar tentang makna, faidah dan hakikat zikir dari Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah. Zikir adalah melepaskan diri dari kelalaian dengan selalu menghadirkan kalbu bersama al-Haqq (Allah). Pendapat lain mengatakan bahwa zikir adalah mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun melalui lisan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengingat lafal jalalah (Allah), sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya atau suatu tindakan yang serupa. Zikir bisa pula berupa doa, mengingat para rasul-Nya, nabi-Nya,wali-Nya, dan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-Nya, serta bisa pula berupa takarub kepada-Nya melalui sarana dan perbuatan tertentu seperti membaca, mengingat, bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita.

TAFSIR SURAH AL-FATIHAH

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada pembukaan tafsir Surah Al-Fatihah mengungkapkan: “Sungguh sangat jelas bagi siapapun yang telah Allah Ta'ala bangkitkan dari tidur kelalaian dan kantuk kealpaan, bahwa seluruh alam semesta dan isinya tidak lain adalah mazhhar (manifestasi) dari berbagai sifat-sifat Allah yang lahir dari nama-nama Zat-Nya. Hal itu karena, di setiap martabat dari Martabat-martabat Wujud, Zat memiliki nama dan sifat khusus yang masing-masing memiliki atsar (impresi) tersendiri. Maka demikianlah semua Martabat Wujud. Meski wujud itu hanya sebutir zarah, sekerjap mata, atau secercah bersitan dalam hati.

NASIHAT UNTUK PARA PENCINTA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Jika seorang pecinta telah sampai kepada kekasihnya, maka apakah masih ada kelelahan yang tersisa? Kelelahan akan berubah menjadi ketentraman, jarak yang jauh akan menjadi dekat, yang gaib akan berada di depan mata,dan semua kabar gembira akan menjadi nyata. Dia akan mampu melihat segala rahasia-Nya, dengan begitu dia bisa mengelilingi negeri-Nya. Dia akan membuka seluruh gudang harta-Nya, serta akan membuka keluasan taman indah-Nya. Bukankah kalian akan melakukan ini dan Dia telah membuat berbagai permisalan untuk kalian, wahai manusia. Maka, orang yang mengenal isyarat Ilahi hanya ahli isyarat.

CINTA KEPADA ALLAH DIAWALI DENGAN TOBAT & TALQIN

Pohon Talqin La Ilaha Illallah. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkapkan pentingnya ber-talqin kepada wali Musryid sebelum melakukan proses lebih lanjut dalam bimbingan ruhani tarekat/tasawuf, sebab menurutnya, Allah SWT telah berfirman, “Dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa.” (QS. Al-Fath [48]: 26), yakni kalimat La Ilaha Illallah, dengan syarat kalimat tersebut (sebagai talqin) diambil dari orang yang kalbunya bertakwa sempurna dan suci dari segala sesuatu selain Allah.  Bukan, sekadar kalimat La Ilaha Illallah yang diambil dari mulut orang awam. Meski lafadznya satu, tetapi bobotnya berbeda. Bibit Tauhid yang hidup tentu saja diambil dari hati yang hidup, sehingga bibitnya berkualitas. Sedangkan, bibit yang tidak berkualitas tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Maka, kalimat tauhid yang diturunkan dalam Al-Qur’an memiliki dua makna. 

BISIKAN JIWA (AL-KHATHIR) ORANG YANG WUSHUL

Pelajaran Tasawuf Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Sayyid Abu Bakar bin Syaikh Al-Saqqaf Ba Alawi bertanya, “Bagaimanakah hukum bisikan-bisikan yang melintas di hati orang yang washil (sudah sampai kepada Allah mendapat kedudukan di sisi Allah)? Apakah ia harus menolak bisikan-bisikan tersebut dan hanya bersandar kepada bisikan Allah, atau apa yang mesti ia lakukan?”

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, YANG ADA DI LANGIT MENYAYANGIMU

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Malaikat Jibril a.s. berkata kepadaku,’Allah SWT meyanyangi para hamba-Nya yang penyayang,” (HR Bukhari). Rasul juga bersabda, “Sayangilah apa yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangi kalian,” (HR At-Tirmidzi). Wahai orang yang menginginkan kasih sayang Allah SWT, perhatikanlah harganya dan itu sudah ada di tanganmu! Lalu berapa harga yang harus dibayar? Yaitu, kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya. Lalu, apa yang dimaksud dengan ‘yang ada di tanganmu?’ Yang ada di tanganmu adalah berikanlah harganya dan ambil barangnya.

TENGGELAM DAN FANA DALAM SAMUDRA TAUHID

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup surah An-Nisa dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan: “Wahai engkau yang selalu berusaha mewujudkan kebenaran, yang selalu bergerak menuju keesaan Allah (semoga Allah menghantarkanmu ke puncak tujuanmu) engkau harus berpegang pada semua bukti yang jelas, yang sampai kepadamu dari Rasulullah SAW yang menunjukkan tauhid al-Haqq. Engkau juga harus mengambil cahaya Al-Qur`an yang membedakan antara yang hak dan batil yang ada di jalan-Nya, lalu kau laksanakanlah berbagai hal yang dapat mengantarkan kepada Allah, yang engkau temukan di jalan itu. 

TAK ADA YANG LUPUT DARI KUASANYA

Tuhan tak pernah tidur. Tak ada yang bisa luput dari kuasa-Nya. Dialah sutradara kehidupan yang Maha Berkuasa. Lalu, apakah kita sanggup menyangkalnya? Setiap daun kering yang jatuh, di belahan negeri mana pun, Dialah yang telah mengarahkan. Tak ada satu benda (makhluk) pun yang di luar kendalinya. Imam Al-Ghazali mengatakan: “Allah SWT Maha Mendengar dan Maha Melihat.Tidak ada hal yang masmu' (audible /yang dapat didengar) yang lepas dari pendengaran-Nya meski selirih apa pun. Dan, tak juga menghilang dari pandangan-Nya segala objek visual (yang terlihat) meski selembut apa pun. Pendengaran-Nya tak terhalang oleh jarak dan pandangan-Nya tak terhambat oleh kelam kepekatan.Dia melihat tanpa pupil dan kelopak mata. Juga mendengar tanpa daun telinga dan gendang suara. Dia mengetahui tanpa hati, memukul tanpa melukai, mencipta tanpa alat. Sifat-sifat-Nya tidak menyerupai sifat-sifat makhluk (ciptaan-Nya), begitu juga Esensi-Nya tidak sama dengan esensi-esensi makhluk”. (Imam Al-Ghazali dalam Majmu'ah Rasa’il). 

TUJUH PRINSIP TAREKAT

Menurut Sulthanul Auliya Syeikh Abdul Qadir Jailani, terdapat 7 prinsip dasar bagi salik dalam bertarekat, yakni:

1. Mujahadah: Allah SWT berfirman, “Orang-orang yag berjihad (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami,” (Al-‘Ankabut [29]: 69). Imam Juneid Al-Baghdadi mengatakan, “Aku mendengar As-Sari As-Saqathi berkata, ‘Wahai anak muda! Bekerja keraslah sebelum kalian mencapai usia sepertiku yang lemah dan tak bisa melakukan amal secara optimal.’ Hal ini dikatakan beliau setelah melihat tidak ada anak-anak muda yang gigih beribadah seperti dirinya”. Ibrahim bin Adham menjelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai derajat orang-orang yang shaleh hingga ia melawati enam perkara: 1) Menutup pintu nikmat dan membuka pintu kesusahan; 2) Menutup pintu kemuliaan dan membuka pintu kehinaan; 3) Menutup pintu istirahat dan membuka pintu kerja keras; 4) Menutup pintu tidur dan membuka pintu begadang; 5) Menutup pintu kekayaan dan membuka pintu kemiskinan; 6) Menutup pintu harapan dan membuka pintu persiapan menyambut kematian. 

HADIS QUDSI UNTUK KEDAMAIAN HATI

Allah SWT berfirman, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku, tiada sekutu bagi-Ku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku. Barangsiapa yang tak rela dengan ketentuan-Ku, tidak sabar terhadap ujian-Ku, tidak mensyukuri nikmat-Ku, dan tidak puas dengan pemberian-Ku, maka hendaknya ia menyembah tuhan selain-Ku. Barangsiapa yang sedih terhadap kehidupan dunianya, seolah-olah ia sedang murka kepada-Ku. Siapa yang mengeluh atas suatu musibah, berarti ia telah mengeluhkan-Ku. Siapa yang mendatangi orang kaya, lalu ia merendahkan diri karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga agamanya.