Tuesday, May 31, 2016

SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI, PERINTAH DAKWAH

Al-Jaba’i berkata bahwa Syaikh Abdul Qodir Jailani juga berkata kepadanya, “Tidur dan bangunku sudah diatur. Pada suatu saat, dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada 2 atau 3 orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang2. 

PENGALAMAN SPIRITUAL SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Syekh Abdul Qodir Jailani,  lahir di Jilan pada tahun 470 Hijriyyah. Tahun 478 H pergi dari Jilan ke kota Baghdad untuk belajar Fiqih Islam Madzab Hambaliyyah serta mengikuti jalan para sufi. Pada tahun 521 H Syekh Abdul Qodir Jailani menjadi da’i dan mulai terkenal. Sejak itu pula Syekh Abdul Qodir Jailani berpakaian ulama’ dan tarikatnya mulai meluas ke berbagai kawasan Islam seperti  Yemen, Syria, Mesir, kemudian tersebar sampai ke India, Turkey, Africa, Asia, Indonesia dan menjadi tarikat yang besar. Tariqat Qodiriyyah sampai sekarang tetap diikuti berjuta-juta orang di seluruh dunia.

SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Berikut ini merupakan salah satu karomah yang pernah saya dengar dari Guru: Orang yang tercatat atau diakui sebagai murid Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani (selanjutnya disebut Tuan Syekh) adalah "di bawah tanggungan" Tuan Syekh. Kalau sudah "di bawah tanggungan" Tuan Syekh adalah jaminan keselamatan dunia dan akhirat. Tersebutlah di suatu jaman setelah wafatnya Tuan Syekh, ada seorang yang beragama majusi (penyembah api) tetapi anehnya setiap Peringatan Haul (hari kematian) Tuan Syekh, ia selalu ikut berpartisipasi dengan cara menghias rumahnya serta mengundang warga sekitar rumahnya untuk di jamu, singkatnya ia cinta dan hormat kepada Tuan Syekh.

MENGAJAK HATI BERSIKAP TAWADUK

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasehat: “Tawaduk adalah perasaan rendah hati seseorang ketika melihat orang lain. Seorang yang memiliki sifat ini, ia akan berbisik dalam hatinya, 'Barangkali ia lebih baik dan lebih tinggi daripada aku di sisi Allah.'

Ketika ia melihat orang yang lebih muda ia berujar, 'Dia belum bermaksiat kepada Allah, sementara aku telah bergelimang dosa. Dia lebih baik daripada aku.'

Bila bertemu dengan orang yang lebih tua, ia berkata, 'Inilah hamba Allah yang lebih dahulu hidup di dunia ini.' Bila bertemu dengan orang berilmu, ia berucap, 'Orang ini mendapat anugerah yang tidak kudapat. Dia memperoleh apa yang tidak kuperoleh. Dia berilmu, sementara aku bodoh. Dia pun mengamalkan ilmunya.'

Kemudian, jika ia bertemu dengan orang bodoh, ia berkomentar, 'Dia bermaksiat kepada Allah karena tidak tahu, sedangkan aku bermaksiat padahal aku tahu bahwa itu maksiat. Aku tidak tahu bagaimana hidupku berakhir dan tidak tahu pula bagaimana hidupnya berakhir.' Jika seorang hamba telah seperti itu, dia akan selamat dari siksa Allah”. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuh Al-Gayb). 

DIALOG SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI DGN ALLAH S.W.T

Dialog batiniah antara syeh Abdul Qodir dengan Allah swt, yang diterima melalui ilham qolbu dan penyingkapan Ruhani (Kasyaf Ma’nawi) yang kami kutib dari Risalah Al Ghautsiyyah. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Sang Penghapus Duka. Shalawat atas manusia terbaik, Nabi Muhammad. Berkatalah sang penolong agung, yang terasing dari selain Allah dan amat intim dengan Allah.

KARAMAH SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: BERTEMU NABI KHIDIR A.S

Taqiyuddin Muhammad al-Waidz al-Lubnani dalam kitabnya Al-Mausum bi Raudhah al-Abrar wa Mahasin al-Akhyar meriwayatkan ketika Syaikh Abdul qodir diusia 18 tahun hendak memasuki kota baghdad, beliau menjumpai Nabi Khidir as berdiri didepan pintu, menghalanginya masuk dan berkata, “Aku tidak memiliki perintah yang memperbolehkanmu memasuki baghdad hingga 7 tahun ke depan”. Syaikh Abdul Qodir akhirnya bermukim ditepian baghdad dan hidup dari sisa-sisa makanan selama 7 tahun.

AJARAN SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Pada kesempatan kali ini akan dipaparkan perkataan Syekh Abdul Qadir Al Jilani yang tersebar dalam buku-bukunya.Untuk menambah perbendaharaan pengetahuan kita tentang kebatinan Islam (tasawuf). Akan kami mulai dengan biografi dilanjuntukan dengan perkataan beliau di dalam buku “Futuh Al Ghaib”.

CARA MENCAPAI DARJAT WALI DENGAN ILMU AL-SYATAR

Iaitu pada masa nama wali sebelum nama Nabi, sebelum nama Rasul. Kata Rasulullah maka ilmu Syatar yang diturunkan pada hati aku ini mentahkikkan aku pada ilmu aku mengenai Hakikat Al Hakikat, Al Haqoaq dan Al Asbaq. Hakikat segala perkara yang maujud hadith samaada ia baru atau qadim dan juga wujud hakiki daripada masa azali hingga beberapa masa yang panjang ke hadapan. maka dikata ulama Hujatul Muhaqiqin bahawasanya mereka yang berkehendakkan menuntuti maqam wali yang Ali lagi azom disisi Allah swt itu hendaklah berusaha melalui Al Syatar iaitu ilmu yang dicampakkan atau yang dipertaruhkan kepada hati sanubari tiap-tiap mereka yang dipilih khas oleh Allah sebagaimana ia pertaruhkan ke dalam hati sanubari Adam alaihissalam seperti mafhum firmannya: terakhir ertinya “Allah telah mengajar Adam nama-nama tiap-tiap benda itu”. Ilmu ini tangga pertama bagi tiap-tiap Nabi (Puncak yang tinggi bagi darjat wali dan permulaan darjat Nabi) Tangga keenam bagi menuntuti darjat iman. (Tangga bagi manusia biasa yang menuntuti darjat iman yang kamil mukamil).

JANGAN PUTUS ASA JIKA DOA BELUM DIKABULKAN

Pilih mana harapan dan keinginanmu terkabul tapi sesungguhnya Allah s.w.t sedang mengujimu dengan sifat rakusmu atau keinginanmu tidak terkabul tapi kamu naik darjat di sini Allah s.w.t kerana Dia redha kepadamu?

DOA DAN ZIKIR BERHUBUNG DENGAN JALAN SULUK

Zikir Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Kitab Sirrul Asror. Siapa yang memilih untuk memisahkan dirinya daripada dunia supaya dia dapat menghampiri Allah hendaklah tahu ibadat-ibadat seperti doa dan zikir yang sesuai untuk tujuan tersebut. Melakukan ibadat tersebut memerlukan suasana yang suci dan sebaik-baiknya berada di dalam keadaan berpuasa. Bilik khalwat biasanya berhampiran dengan masjid kerana syarat bagi salik perlu meninggalkan bilik khalwatnya lima kali sehari bagi mengerjakan sembahyang berjemaah dan pada ketika tersebut hendaklah menjaga dirinya agar tidak menonjol, menyembunyikan diri dan tidak berkata-kata walau sepatah perkataan pun. Sesiapa yang di dalam suluk hendaklah mengambil langkah tegas untuk lebih menghayati dan mematuhi prinsip-prinsip, dasar-dasar dan syarat-syarat sembahyang berjemaah.