Thursday, July 14, 2016

KARAMAH SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: 25 TAHUN MENDIAMI PADANG PASIR

Syaikh Abu Suud al-Harimi meriwayatkan bahwa beliau pernah mendengar Syeh Abdul Qodir berkata, “Selama 25 tahun aku mendiami padang pasir Iraq, tidak pernah bertemu dg orang dan ditemukan orang. Pada masa itu, sekelompok jin dan rijal ghaib datang kepadaku dan aku mengajarkan jalan menuju Allah kepada mereka. Nabi Khidir as menemaniku pd saat aku tiba di Iraq untuk pertama kali walaupun aku tidak pernah berjumpa dengan beliau sebelumnya. Beliau mengajukan syarat kepadaku untuk tidak membantahnya dan berkata kepadaku, “Duduk disini”. Aku pun duduk di tempat itu selama tiga tahun dan setiap tahun beliau mendatangiku dan berkata, “Tetap di tempatmu sampai aku datang”.

Pada masa itu, dunia serta segala kemewahan dan keindahannya menjelma dan datang kepadaku namun Allah swt melindungiku dari semua itu. Kemudian setan mendatangiku dengan bentuk yang menakutkan dan memerangiku namun Allah menguatkanku. Allah tampakkan pula nafsuku dalam bentuk yang terkadang tunduk kepada apa yang aku inginkan. Tapi kadang pula memerangiku dan Allah memenangkan aku atas dirinya. Semua cara mujahadah aku jalani pada masa awal perjalanan spiritualku. Bertahun2 lamanya aku menempati pinggiran kota menempa diri. Adakalanya selama setahun aku hanya memakan makanan sisa dan tidak minum. Kemudian pada tahun berikutnya, aku hanya minum dan tidak makan kemudian pada tahun berikutnya tidak makan dan minum serta tidak tidur selama setahun.

Pada suatu malam yang sangat dingin aku tertidur di Iwan Al-Kisra dan bermimpi basah. Aku bangun dan langsung mandi kemudian tidur dan kembali bermimpi. Aku kembali bangun, pergi ke sungai dan mandi besar. Pada malam itu aku berjunub dan mandi sebanyak 40 kali. Akhirnya aku memanjat menara (iwan) karena takut akan bermimpi lagi. Bertahun-tahun aku hanya tinggal di sebuah gubuk reyot dan hanya makan kain bajuku. Setiap tahun seseorang memakai jubah sufi datang kepadaku dan memasukkan aku ke 1000 fan hingga aku melupakan dunia. Saat itu aku hanya dikenal sebagai si bodoh atau si gila dan berjalan dengan bertelanjang kaki. Aku selalu melewati rintangan yang ada dan tidak takhluk kepada nafsu dan tidak pula tergoda dengan kemewahan dunia” (Mahkota Para Aulia, 2005).

No comments:

Post a Comment