Syaikh Utsman Shairafi meriwayatkan bahwa Syaikh Abdul Qodir bercerita, “Siang maupun malam aku tinggal di padang pasir, bukan di baghdad. Sepanjang masa itu, para setan mendatangiku berbaris dg rupa yang menakutkan, menyandang senjata dan melontari aku dg api. Namun, saat itu pula aku mendapatkan keteguhan dalam hati yang tak dapat aku ceritakan dan aku mendengar suara dari dalam hatiku yang berkata, “Bangkit Abdul Qodir, telah Kami teguhkan engkau dan Kami dukung engkau” dan ketika aku bangkit mereka pun kocar-kacir, kembali ke tempat mereka semula.
Setelah itu ada satu setan mendatangiku dan mengancamku dg berbagai ancaman. Aku bangun dan menamparnya hingga dia lari pontang-panting. Kemudian aku baca “Lahaula wala quata illa billah al-ali al-adzim” (tiada daya dan kekuatan kecuali dg pertolongan ALLAH) dan terbakarlah dia. Dilain waktu setan mendatangiku dalam rupa seorang yang buruk rupa dan berbau busuk, dia berkata kepadaku, “aku iblis datang untuk melayanimu karena aku dan para pengikuntuku telah putus asa terhadap dirimu”. “Pergi” cetusku kepadanya, “Aku tidak percaya dg apa yang engkau ucapkan”. Saat itu muncul tangan dari langit memukul ubun-ubunnya hingga iblis tersebut terbenam kedalam bumi.
Kedua kalinya, iblis tersebut mendatangiku dg membawa sebuah bola api untuk untuk menghancurkan aku. Ketika itu datanglah seorang berjubah mengendarai seekor kuda memberikan sebilah pedang kepadaku. Melihat hal ini sang iblis mundur, tidak jadi menyerangku.Syeh Abdul Qodir jailani
Ketiga kalinya, aku melihat iblis duduk jauh dariku sambil menaburkan tanah diatas kepalanya seraya berkata, “aku putus asa terhadap dirimu wahai Abdul Qodir”. “Aku tetap curiga kepadamu” jawabku kepadanya. Mendengar jawabanku si iblis berkata, “ini lebih dahsyat daripada bala”
Kemudian disingkapkan kepadaku berbagai jaring. “apa ini?” tanyaku. “Ini” jawab sebuah suara “adalah jaring2 dunia yang menjerat orang2 sepertimu”. Aku pun berpaling dan melarikan diri darinya. Aku habiskan satu tahun untuk memeranginya hingga aku dapat lepas dari semua itu. Setelah itu disingkapkan kepadaku berbagai sebab yang berhubungan dg diriku. “Apa ini?” tanyaku. “Ini adalah sebab musabab kemakhlukan yang berhubungan dg dirimu” jawab suatu suara kepadaku. Aku pun menghadapinya selama satu tahun sampai hatiku dapat lepas dari semua itu.
Tahap selanjutnya, disingkapkan kepadaku isi dadaku dan aku melihat hatiku bergantung kepada berbagai hubungan. Aku kembali bertanya, “Apa ini?”. Suara tersebut menjawab, “Ini adalah kemauan dan pilihanmu”. Jawaban tersebut membuatku menghabiskan satu tahun lainnya untuk memerangi hingga aku dapat lepas dari semua itu.
Berikutnya disingkapkan kepadaku jiwaku dan aku melihat berbagai penyakitnya masih bercokol, hawa nafsunya masih hidup dan setan yang ada didalamnya masih melawan. Aku memerlukan setahun lainnya untuk memerangi semua itu hingga berbagai penyakit hati hilang, hawa nafsunya mati, dan setan berhasil aku tundukkan. Dengan demikian segala sesuatu hanya untuk ALLAH semata.
Pada tahap ini, aku benar2 sendiri, semua yang eksis aku tinggalkan dibelakang dan aku tetap belum berhasil mencapai JUNJUNGANKU. Aku seret diriku ke pintu tawakal agar dapat masuk menemui-NYA. Namun setibanya aku dipintu tersebut, aku mendapatkan kerumunan orang yang membuatku mundur. Begitu pula dipintu syukur, kekayaan, kedekatan, penyaksian (musyahadah), semuanya penuh dg orang2. Akhirnya aku menyeret diriku ke pintu kefakiran. Aku dapati pintu tersebut kosong dari orang2, maka aku memasukinya dan mendapatkan dalamnya berisi semua yang aku tinggalkan dan HARTA KARUN PALING BESAR DAN KEMULIAAN PALING AGUNG (ALLAH SWT). (Mahkota Para Aulia, 2005).
No comments:
Post a Comment