Monday, April 25, 2016

NABI KHIDIR A.S DAN SULTAN AULIA R.A

Nabi Khidir a.s. adalah nabi yang amat misterius. Pelajarannya pun sangat misterius. Demikian pula cara berdakwahnya yang berbeda dengan cara berdakwah nabi-nabi yang lain. Hal-hal misterius juga terjadi pada orang-orang yang berupaya bertemu dengannya. Oleh karena itu, tidak aneh bila orang yang menerima pelajarannya pun terkadang menjadi bingung.

Pelajaran Nabi Khidir a.s. berupa ilmu hakikat. Bentuk pelajarannya adalah ijmak dan kias. Makna pelajarannya sangat dalam. Hal yang menjadikan pelajarannya misterius adalah cara penyampaiannya yang terkesan aneh dan seakan-akan tidak pada tempatnya. Oleh sebab itulah, terkadang pelajarannya justru tidak disadari oleh orang yang belajar kepadanya. Memang pelajaran Nabi Khidir a.s. ditujukan bagi khaas dan khawas. Hanya kepada orang-orang yang mampu menerimanya Nabi Khidir a.s. memberikan pelajarannya. Seandainya kita dapat mengikuti pelajarannya, kita hanya dapat mengikuti sebagian kecil saja diantaranya. Itu pun setelah kita mulai mempelajarinya dengan kepasrahan total

Nabi Khidir a.s. menyampaikan pelajarannya melalui perbuatan isyarat dan kias. Dalam mempelajarinya diperlukan pemikiran yang lebih dalam dan penelaahan yang serius melalui pencermatan dan perenungan terhadap pelajaran itu. Orang-orang yang belum mencapai kelas Nabi Khidir a.s. pasti menolak pelajaran yang diberikan olehnya. Dan itulah yang sempat dilakukan oleh Nabi Musa a.s. Beliau menolak pelajaran Nabi Khidir beberapa kali karena bertentangan dengan isi hati nuraninya

Jika dulu Nabi Khidir AS berjumpa dengan Nabi Musa AS, maka kali ini Nabi Khidir telah mengulang kembali perjumpaan tersebut namun bukan kepada Nabi Musa atau Nabi lain, tepat pada bulan Rabiul Awal Nabi Khidir datang menjumpai Sultanul Aulia (Abul Qurthuby), berikut beberapa tanya jawab antara keduanya :

Nabi Khidir: Assalamu’alaikumu Ya Abul Qurthuby

Sultan: Salam ‘Alaika Ya Nabiyyulloh

Nabi Khidir: Bagaimana caramu tuk menghiasi wajahmu dengan keceriaan dan kalbumu dengan keikhlasan, serta jiwamu dengan ketabahan serta kepasrahan.

Sultan: dengan prasangka baik lah allah menghiasi wajahku dengan keceriaan,Keikhlasan dan ketabahan.

Nabi Khidir: bagaimana engkau bersikap arif kepada semua makhluk terutama manusia ?

Sultan: karna hanya sifat ‘arif lah kita dapat menghormati citaan-Nya .

Nabi Khidir: Jelaskanlah padaku akan sebuah Noktah?

Sultan: tentunya yang bertanya lebih mengetahui dan mengenal dari yang ditanya.

Setelah jawaban tersebut lalu Nabi Khidir memeluk dan membawa Sultan ke dalam Noktah yang ditanyakan. Sejenak keduanya pun lenyap tak berbentuk. Subhanalloh!

Alhasil, berprasangka baik kepada Allah merupakan suatu yang wajib bagi kita kaum muslimin, bukan hanya menimbulkan ketabahan melainkan akan membuahkan hasil yang semupna dalah keikhlasan kepada Allah.

ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (Mawlana Asy-Sayyid Asy-Syaikh Raden Abu Hurairah Al Husaini).

No comments:

Post a Comment