Imam Al Ghozali berkata: Pertama-tama saya berupaya menempuh jalan tasawuf dengan banyak wirid, zikir, puasa, dan sholat. Kemudian ketika Tuhan melihat ketulusan niat-niat saya, Dia memerintahkan agar mengunjungi salah seorang wali Nya, beliau berkata kepada saya ( Al Ghozali ), ” Jauhkan dirimu / hatimu , dari segala keterikatan, kecuali keterikatan kepada Allah. Dan menyendirilah seraya mengucapkan dengan kekuatan konsentrasimu, Allah….. Allah….. Allah…..”
Imam Al Ghozali juga mengatakan: Apabila pikiran anda keruh dengan yang selain Allah berarti Anda perlu menafikannya dengan Laa ilaaha illallah. Namun sekali Anda telah terhindar dari segala hal dalam perenungan kepada Dia (Allah), Anda akan tentram di dalam ketentraman. Kemudian Imam Al Ghozali berkata : “Apabila anda berhenti mengingat yang tak pernah ada dan sibuk mengingat Dia yang senantiasa Ada. Kau mengucap Allah dan bebas dari segala hal yang lain”. Imam Al Ghozali juga mengatakan, ” Buka pintu hatimu dengan kunci kalimat Laa ilaaha illallah dan buka pintu rohmu dengan ucapan Allah dan pikatelah burung rahasiamu dengan ucapan Huwallah……..”
Seseorang yang sudah tegak taqwanya dan menegakkan taqwa orang lain yang sangat khas terhadap dirinya ialah dia tidak mempunyai rencana apapun dan terus menerus tertumpu pada ilham yang membisikkan kepada rohnya apa yang harus dilakukan. Jadi walaupun dia seorang yang ternama, yang suka menyisih dan menyendiri, serta tak tertarik bergaul dengan mereka yang bukan fakir maupun dengan yang fakir. Tetapi kalau mereka datang dengan keperluan2 tertentu mereka dilayani dengan hanya ketentuan melalui bisikan rohnya (ilham lewat roh). Dan ketentuan-ketentuan inilah bukan kecenderungan maunya, karena di dalam pengertian lain seorang fakir dan yang bukan fakir, dapat menjadi pembimbing bagi dirinya sendiri maupun dengan yang lainnya. Setelah satu tahapan tertentu dia dalam pencapaiannya, dia akan membimbing yang lain atas bimbingan dari Pembimbingnya.
Bilamana berbicara kelihatannya dia pelupa, seakan-akan tertumpu bantuan dari luar pada saat yang sama dia menguasai hati orang itu dan membawanya ketujuan dari apa yang dibicarakan. Dia bicara kepada orang menurut daya tangkap dan kecenderungan tertentu itu, kelihatannya seolah-olah orang yang diajak bicara adalah orang yang satu-satunya paling dia perhatikan. Pembicaraannya itu ditujukan kepada semua orang yang datang untuk mendengar yang diucapkannya. Karena jika sedang melayani mereka, dengan hanya melalui bisikan ilham lewat rohnya semata. Kepercayaan pada ilham merupakan salah satu ciri hakiki kaum Sufi pada puncak kematangannya. Kepercayaan ini tak kurang dari sebuah tingkatan rohani utama yang merupakan tujuan utama para Sufi.
No comments:
Post a Comment