“Fakullu Syaiun Halikun Illa Wajhah” (Maka tiap sesuatu itu binasa selain Allah) dan hadist Nabi saw yang berbunyi “Qolannabiyu saw, Al-Mu’minu Haiyyun Fiddaroini“ (Berkata Nabi saw, orang yang beriman hidup pada dua negeri). “Bangsa Arab telah sampai di benua antara pulau (nusa antara/nusantara) jauh sebelum Zahirnya Nabi saw.” Syeikh Al-Alam Almukhtazam Syeikh Mahmud Qaddasallahu Rohahu Alamatarakh al Yamani dikenal dengan sebutan Makam Syeikh Mahmud, beliau berasal dari Hadratul Maut ,Yaman Arab. Syeikh Mahmud wafat diperkirakan pada tahun “Dal Mim” atau 44 Hijriyah, Di Barus. Fatimah binti Maimun bin Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M) Batu nisannya ditulis dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya Kufi, serta merupakan nisan kubur Islam tertua yang ditemukan di Nusantara.Makam tersebut berlokasi di desa Leran, Kecamatan Manyar, sekitar 5 km arah utara kota Gresik, Jawa Timur.
Didalam buku tulisan Ibnu Abdul Rabbih (860-940 M) berjudul Al Iqd al Farid (“Kalung Istimewa”) Terdapat Surat dari Maharaja Sriwijaya, Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz,(717 M–99 M): “Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku”.
Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (“Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo”) mempunyai tambahan untuk akhir surat kepada Khalifah Umar tersebut: “Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu.”..
610 M – Nabi Muhammad saw diangkat jadi Rasul = (13 tahun sebelum Hijrah).
610 M – Rasulullah saw menerima wahyu pertama kali
615 – 618 M – Rasulullah saw mengutus sahabat ke seluruh penjuru dunia; Ja’far ibn Abi Thalib ke Afrika Utara, Muadz ibn Jabal ke Yaman dan Arab Selatan, Saad ibn Lubaid ke Eropa Timur, Yusuf ke Kanton/Cina (membangun masjid Kuang Ta bersama warga Cina marga Sui), Abdullah ibn Mas’ud ke Sumatera bersama Qabilah Bani Thoyk (Aceh) dan beberapa orang leluhur Aceh ikut berperang bersama Nabi saw. Membangun Kesultanan Tace.
622 M = 1 Hijrah
625 M – Perkampungan Islam di BARUS, Sumatera = 3 Hijrah.
627 M – pembangunan masjid pertama di Aceh (bersamaan dengan Masjid Kuang Ta di Canton dan Masjid di San’a Yaman)
631 – Abdullah ibn Mas’ud berdakwah keliling Sumatera dan seluruh Nusantara.
632 – 640 M – Sayyidina Ali ibn Abi Thalib berkeliling Aceh, Malayu, Suvarnabhumi, Galunggung, Panjalu, Tarumanegara, Kalingga, Wiratha, dll.
632 M – Rasulullah SAW wafat = 11 Hijrah.
648 – 649 M – Kartikeyasingha II memimpin Kalingga bersama Sri Ratu Sima, dinikahkan oleh Sayyidina Ali dan dibimbing bersama Sayyidina Ali + Abdullah ibn Mas’ud.
650 – 655 M – Di bawah bimbingan Sayyidina Ali terbentuk jaringan silaturahmi Tace, Kalingga dan Tiongkok
655 M – Saidina Zaid bin Harithah dihantar ke LAMURI, Sumatera = 35 Hijrah.
656 – 661 M – Pangeran Borosngora, dari Panjalu, Tanah Sunda berangkat ke Kufah belajar Islam.
662 M – Ramai penduduk Kufah hijrah ke Nusantara.
664 – 665 M – Hoei Ning menulis Kitab Hinayana, iaitu ajaran Islam tentang Zuhud.
674 M – Kalingga menerapkan potong tangan pada pencuri, sesuai syariat Islam
Sejarawan Gerini mencatat sekitar tahun 606 M telah banyak orang Arab yang mukim di Nusantara. Mereka masuk melalui Barus dan Aceh di Suwarnabhumi bagian Utara. Selain itu Peter Bellwood (ANU) melaporkan pula bahwa sekitar Abad 5 M (400-an M) sudah ada perkampungan Arab di daerah Aceh sekarang. Sekitar tahun 615 M, Rasulullah mengutus ‘Abdullah ibn Mas’ud RA mengantar Qabilah Bani Thoy’ hijrah dan mukim di Aceh. Hal ini sesuai laporan G.R. Tibbets yang mengatakan terdapat kampung Muslim Arab di Sumatera pada tahun 625M. Sedangkan sahabat lain, yaitu Zaid ibn Haritsah r.a dilapor kan telah berada di Lamuri/Lambari (Lambharo/Lamreh, Aceh) pada tahun 35 H (718 M). Pada tahun 607 M telah ada Kerajaan Sriwijaya (Sriboza) yang bercorak Brahminik (Wolters, 1967 dan Hall, 1967 & 1985). Sedangkan di Jambi berdiri Zabaj atau dikenal pula sebagai Javaka pada tahun 99 H (718 M). Nama lainnya adalah Sriwijaya yang telah berdiri sebelumnya dan bertransformasi menjadi Kesultanan.
Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim
Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik). Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.
WALISONGO
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yg juga berperan. Namun peranan mereka yg sgt besar dlm mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yg lain. Masing2 tokoh tersebut mempunyai peran yg unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yg mencipta karya kesenian dgn menggunakan nuansa yg dapat dipahami masyarakat Jawa-yakni nuansa Hindu dan Buddha.
No comments:
Post a Comment