Sunday, January 17, 2016

JIKA SUDAH REDHA, APAKAH MASIH PERLU BERDOA

Menurut Rabiatul Adawiyah, orang yang telah mencapai maqam redha adalah, ketika kebahagiaannya saat ditimpa musibah sama dengan kebahagiaannya ketika dia diberi nikmat. Al-Fudhail mengatakan, "Jika diberi atau tidak diberi nikmat oleh Allah sama saja baginya, maka bererti dia telah redha kepada Allah SWT”. Pertanyaannya, apakah ketika kita telah redha dengan semua kehendak Allah, menerima segala ketentuan-Nya dan ikhlas kepada urut takdir-Nya, kita tak perlu berdoa? Tak perlu meminta dan bermunajat kepada-Nya? Apakah berdoa itu maqam orang yang awam dan hanya untuk yang maqamnya belum redha? Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa asy-Syawq, Ihya Ulumuddin, menjelaskan bahawa berdoa itu sama sekali tak menyalahi kita untuk redha kepada Allah. Orang yang berdoa, tak bererti telah keluar dari maqam ini.

Begitu juga dengan kebencian kita kepada kemaksiatan dan dosa, atau usaha kita mencegah kemungkaran, semua usaha kita untuk beramal shaleh, sama sekali tidak menyalahi sikap redha kita kepada Allah. Patut diketahui bahawa tindakan dosa, kemungkaran dan kemaksiatan yang dilakukan seseorang bukanlah sesuatu yang diredhai Allah. Maka, tak layak bagi makhluk menuduh dan membiarkan begitu saja kemaksiatan dengan alasan bahawa hal itu terjadi atas kehendak-Nya, namum itulah neraka kejauhan yang Allah Tajallikan kepada kita ketika hati mu jauh dari Allah. Menurut Imam Al-Ghazali, banyak orang keliru dan salah paham tentang hal ini. Mereka mengira bahawa jika sudah redha kepada semua kehendak Allah bererti sudah tak ada gunanya doa dan munajat. Orang yang masih berdoa dianggap maqamnya masih rendah. Ini adalah kesalahan besar.

Menurutnya, doa adalah sarana untuk ibadah, ia adalah media komunikasi dengan Allah. Melalui doa seseorang dapat mengadu, berdialog dan bersimpuh di hadapan-Nya. Rasulullah Saw sendiri selalu berdoa dalam hidupnya. Maka banyak sekali dijumpai contoh redaksi doa dalam ayat Al-Quran dan hadis yang diajarkan Rasulullah dan para nabi sebelumnya. Rasulullah SAW sendiri diakui sebagai hamba yang menempati maqam redha yang tertinggi. Tapi, beliau tetap berdoa setiap saat. Allah SWT berfirman, "Mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas." (QS Al Anbiya 21: 90). Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang memberi jalan kepada kejahatan sama dengan mengerjakan kejahatan itu sendiri." (HR Ad-Dailami).

Maka, salahlah orang yang membiarkan maksiat dan kemungkaran terjadi, sebab Allah tidak akan meredhainya. Jadi, jangan pernah mencari kambing hitam atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Apalagi menganggap bahawa dosa dan maksiat yang kita lakukan sebagai takdir dan ketetapan Allah semata tanpa mentadabur kenapa Allah menisbahkan Ke-Jalalan-Nya (keperkasaan) kepada kita dan mengambil langkah kembali kepada Allah dengan segera atas perintah perintahNya. Banyak sekali Asma Asma-Nya untuk diTajalli(dimanifestasikan) atas si pendosa... dapatkanlah limpahan Rahim Allah.. Al Tawwab, Al Raouf, Al Ghaffar, Al Ghaffur adalah antara sifat2-Nya yang dijanjikan untuk si pendosa... sedang Al Mudhir, Al-Dhar juga adalah sifat Allah kepada pendosa agar sedar akan neraka kejauhan dan kembali mengikuti jalan yang lurus.

No comments:

Post a Comment