Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Ketahuilah, bahwa hati memiliki dua mata yakni mata kecil dan mata besar. Mata kecil hanya mampu melihat Tajalli Sifat dengan cahaya Asma Ash-Shifat hingga ke alam-alam derajat (jannatul ma’wa, jannatun na’im dan jannatul firdaus). Sedangkan, mata besar mampu melihat cahaya Tajalli Zat dengan cahaya tauhid yang Maha Tunggal di Alam Lahut dan Alam Al-Qurbah.
Cara untuk mencapai derajat ini adalah dengan kematian atau jika itu sebelum mati adalah dengan fana dari sifat hawa nafsu manusiawi. Dan, wushûl-nya hamba hingga ke alam itu sangat tergantung pada keterputusannya pada hawa nafsu manusiawi.
Dan, wushûl pada Allah SWT di sini tidak berarti bertemunya jasad dengan jasad. Tidak juga, seperti ilmu pengetahuan dengan tujuan pengetahuan atau bertemunya pemikiran dengan yang dipikirkan atau bertemunya dugaan terhadap yang diduga.
Adapun yang dimaksud wushûl kepada Allah SWT adalah putus dari selain Allah SWT, tidak dekat dan tidak jauh, tanpa arah dan berhadapan, tanpa bertemu dan berpisah. Maha Suci Allah SWT yang dalam penampakan-Nya, kesamaran-Nya, tajalli-Nya, ketertutupan-Nya, pengetahuan-Nya, terdapat hikmah yang agung.
Siapa saja yang telah mencapai derajat ini di alam dunia dan mampu mengetahui kadar dirinya sebelum ia dihitung orang lain, maka ia adalah manusia yang bahagia. Seandainya manusia tidak mencapai derajat yang disebut tadi, maka kelak akan mengalami kesukaran-kesukaran, seperti siksa kubur, perhitungan amal, digiring ke Mahsyar, ditimbang amalnya, melewati Sirathal Mustaqim dan segala hal berat yang akan dihadapi di akhirat nanti.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Sirrul Asrar).
No comments:
Post a Comment