Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu yang membuat besar nilai dosa adalah sikap tidak menghargai anugerah Allah yang telah menutupi aib-aibnya, yang menangguhkan siksa-Nya. Orang seperti ini tidak menyadari bahwa sesungguhnya ia diberi tangguh (tempoh) agar dosanya main bertambah dan murka Allah akan semakin besar padanya, jika ia tidak bersegera untuk bertobat. Lebih parah lagi, ia malah menganggap kesempatan yang diperolehnya untuk melakukan maksiat itu sebagai tanda bahwa Allah memerhatikan dirinya, sehingga ia pun merasa aman dari makar-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Semua manusia diampuni, kecuali orang-orang yang mengumumkan perbuatan dosanya kepada orang lain (tanpa merasa menyesal). Salah seorang dari mereka melakukan suatu dosa di suatu malam, dan Allah menutupi perbuatannya itu (agar tidak diketahui orang lain). Tapi, pada pagi harinya ia membuka sendiri tabir Allah itu, dan menceritakan tentang dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim). (Disarikan dari Imam Al-Ghazali dalam Minhajul ‘Abidin).
HADIS UNTUK WAKTU SIANGMU
Abdullah Ibnu Umar ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya hati itu bagaikan bejana. Sebagiannya lebih luas dari sebagian yang lainnya. Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah dengan penuh harap bahwa doa itu akan dikabulkan. Karena Allah tidak akan mengabulkan doa seseorang dari hatinya yang lalai.” (HR Ahmad). Di antara tanda pengharapan adalah ketaatan yang sungguh-sungguh. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka mengharapkan rahmat Allah.” (QS al-Baqarah: 218).
No comments:
Post a Comment