Selama ini kita mengetahui bahawa perintah solat lima waktu diwajibkan kepada semua umat Islam yang sudah baligh, tanpa terkecuali. Namun, khusus untuk lelaki, ada sedikit penekanan dalam soal perintah solat ini terkait kewajiban melaksanakan ibadah ini di masjid. Apakah kemudian melaksanakan solat wajib di masjid merupakan sebuah kewajiban untuk laki-laki? Bagaimana jika ternyata melaksanakannya sendirian di rumah?
Dalil dari Al-Quran mengenai wajibnya solat berjamaah di masjid bagi lelaki:
"Dan dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk" (Al-Baqarah: 43).
Ayat tersebut menunjukkan perintah melaksanakan solat bersama orang-orang yang melaksanakan solat iaitu dengan berjamaah di masjid.
Hadith-Hadith Mengenai Wajibnya Solat Berjamaah di Masjid Bagi Lelaki
Hadith 1:
Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, telah datang kepada Nabi s.a.w seorang lelaki buta, kemudian ia berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak punya orang yang dapat memimpinku ke masjid, lalu dia mohon kepada Rasulullah s.a.w agar diberi keringanan dan cukup solat di rumahnya. Maka Rasulullah s.a.w memberikan keringanan kepadanya. Ketika dia berpaling untuk pulang, beliau memanggilnya, seraya berkata, ‘Apakah engkau mendengar suara adzan (panggilan) shalat?’, ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka hendaklah kau penuhi (panggilan itu),’ (HR. Muslim).
Pada hadits tersebut, Rasulullah s.a.w tetap memerintahkan seorang laki-laki yang buta yang tidak memiliki penuntun untuk tetap shalat berjama’ah di masjid. Maka bagaimana dengan kita yang masih bisa melihat dengan jelas? Tentu lebih diwajibkan lagi.
Hadits 2:
“Aku pernah berniat memerintahkan shalat agar didirikan kemudian akan kuperintahkan salah seorang untuk mengimami shalat, lalu aku bersama beberapa orang sambil membawa beberapa ikat kayu bakar mendatangi orang-orang yang tidak hadir dalam shalat berjama’ah, dan aku akan bakar rumah-rumah mereka itu,” (Muttafaq ‘alaih).
Pada hadits di atas Rasulullah s.a.w mengancam dengan tegas akan membakar rumah orang-orang yang tidak hadir shalat berjama’ah. Maka ancaman tegas dari Rasulullah s.a.w tersebut menunjukkan wajibnya shalat berjama’ah di masjid bagi seorang laki-laki.
Hadits 3:
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi s.a.w bersabda, ‘Barangsiapa mendengar panggilan adzan namun tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, terkecuali karena udzur (yang dibenarkan dalam agama)’. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya, hadits shahih).
Pada hadits tersebut Rasulullah s.a.w mengatakan “tidak ada shalat baginya”, hal ini menunjukkan wajibnya memenuhi panggilan adzan bagi setiap laki-laki yang mendengarnya, yaitu dengan mendatangi masjid untuk shalat berjama’ah.
Para ulama sendiri sudah bersepakat bahwa menegakkan shalat lima waktu di mesjid termasuk ibadah teragung. Namun, mereka masih berselisih pendapat tentang hukumnya, apakah wajib atau tidak bagi lelaki.
Di antara pendapat tersebut ada pendapat yang mewajibkan lelaki melaksanakan shalat fardhu berjamaah di mesjid dan shalatnya tidak sah tanpa berjamaah di mesjid, kecuali ada uzur. Pendapat ini adalah pendapat sejumlah ulama, di antaranya adalah Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah -dalam salah satu pendapat beliau- dan Ibnul Qayyim. Ini juga pendapat yang dipilih mazhab zahiriyah dan dirajihkan oleh Ibnu Hazm.
Di antara dalil-dalil mereka adalah:
1). Sabda Rasulullah s.a.w,
مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bila ada uzur,” (Hr. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits ini dinilai shahih oleh Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 1077 danIrwa’ al-Ghalil no. 551).
2). Hadits Abu Hurairah r.a yang diriwayatkan dalam shahih al-Bukhari, Rasulullah s.a.w bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ
“Demi Zat yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh aku ingin memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar lalu terkumpul, kemudian memerintahkan untuk shalat dan dikumandangkan azan. Kemudian aku perintah seseorang untuk mengimami shalat, lalu aku pergi melihat orang-orang dan membakar rumah-rumah mereka,” (Hr. Bukhari).
3). Hadits Abu Hurairah r.a yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim, yang berbunyi,
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ
“Seorang lelaki buta menjumpai Nabi s.a.w dan dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak memiliki seorang penuntun yang bisa menuntunku berjalan ke mesjid.’ Kemudian ia memohon kepada Rasulullah s.a.w agar diberikan keringanan sehingga dia boleh shalat di rumahnya, lalu Baginda s.a.w membolehkannya. Ketika orang tersebut berpaling pergi, beliau s.a.w memanggilnya dan berkata, ‘Apakah kamu mendengar azan shalat?’ Ia menjawab, ‘Iya.’ Beliau pun menyatakan, ‘Maka datangilah!’”
Akan tetapi, pendapat yang rajih (kuat) dalam masalah ini adalah yang menyatakan wajib, namun bukan sebagai syarat sah shalat tersebut.
No comments:
Post a Comment