Karkun itu berasal dari bahasa Urdu (India), yang artinya PEKERJA DAKWAH.
Tawanan Idul Adha Lepas, Calon Qurban Idul Adha, itu hanyalah sebahagian kecil caraku dan teman-temanku memperolok-olokkan da'i-da'iAllah. Mereka berjalan dengan jubah-jubah mereka, lengkap dengan kain yang dililitkan di kepala mereka, tak lepas jenggot mereka yang seperti jenggot kambing, kata-kata mereka ku bantah dalam hati dan kedatangan mereka selalu kuhindari.
Tidak sampai disitu, aku mengumpulkan artikel-artikel dari internet yang membahas kejelekan dan minus dari para pekerja dakwah, yang mereka istilahkan karkun. Aku terdoktrin dengan kata-kata bahawa mereka adalah para ahli bid'ah yang mengerjakan perbuatan sia-sia, mereka membuang-buang waktu untuk tidur dan makan di masjid, meninggalkan pekerjaan mereka, anak isteri mereka dan sok suci mengajak orang lain ke masjid mendengarkan ceramah-ceramah yg membosankan. Aku juga mendapatkan informasi bahawa mereka itu menyebarkan hadist-hadist yang tidak shahih bahkan hadist-hadist palsu.
Padahal kalau mereka bekerja, mereka bisa menghasilkan uang yang banyak bisa makan-makanan enak, menikmati hasil pekerjaan mereka dengan berlibur ke Bali atau bahkan keluar negeri, dasar mereka memang bodoh. Hidup ini indah kenapa di bikin susah, sudah punya pekerjaan malah di tinggalkan, sedangkan banyak orang lain yang sekolah tinggi-tinggi untuk mencari pekerjaan dan penghasilan yang layak. Jangan...jangaaaaaannn.... mereka itu adalah para teroris. Lihatlah isteri-isteri mereka, yang menutup seluruh tubuhnya, tak satupun anggota tubuh mereka yang kelihatan.
ANDA BERFIKIR SEPERTI APA YANG SAYA FIKIRKAN?
Jika jawabannya tidak, maka saya minta maaf atas artikel diatas, namun jika anda berfikiran sama seperti saya, saya sarankan anda untuk segera melaksanakan solat taubat dan banyak-banyak beristighfar. Apa yang saya tuliskan diatas adalah apa yang dulu saya fikirkan tentang para karkun.
Lalu apakah itu karkun? Karkun adalah mereka yang terlibat dalam usaha Nubuwwah, usaha Kenabian, usaha untuk mengajak Ummat taat pada perintah-perintah Allah sesuai dengan yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah Saw.
Banyak yang mencari-cari kejelekan dan kesalahan para pejuang-pejuang agama Allah, ironisnya mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, yang justeru telah banyak menimba ilmu di bangku pendidikan Islam secara khusus, lebih banyak pengetahuan agama yang tidak ingin mereka bagikan.
Jika saja mereka mau mentablighkan apa yang mereka ketahui, nescaya akan tercipta suasana agama di kampung seluruh alam. Inilah yang merusak Islam, sekelompok orang yang kurang memiliki pengetahuan berusaha untuk mengajak orang lain taat pada Allah, sementara orang yang berpendidikan agama justeru menyebar fitnah terhadap mereka.
Salahkah mereka yang mengajak taat pada Allah? Adapun cara mereka untuk keluar tiga hari setiap bulan, empat puluh hari setiap tahun dan minimal pernah keluar satu kali empat bulan dalam seumur hidup, semua itu hanya metode mereka untuk berislah diri dan usaha atas iman.
Sama halnya dengan petani padi, ada yang memanen padi dengan hanya memetik batang buahnya saja dengan ani-ani, ada yang menggunakan sabit dan merontokkan padinya dengan penggilingan atau mesin tertentu dan sekarang sudah ada mobil khusus untuk memanen padi. Semua itu hanya metode atau usaha untuk menghasilkan beras, yang kemudian untuk di konsumsi keluarga atau mungkin untuk di jual.
USAHA DAKWAH DAN TABLIGH TELAH MENYATUKAN UMAT DARI BERBAGAI KALANGAN
Pada perhimpunan kecil (Jhor) para alim ulama pada tanggal 18 Januari 2009 yang lalu di Malaysia, seorang ulama, Maulana Johari Jerantut banyak menyentuh perihal “karkun”. Beliau meminta maaf atas nama “Jemaah Tabligh" kepada ulama-ulama yang hadir pada saat itu atas kesilapan dan perilaku “karkun" yang kadang tidak menyenangkan sambil beliau menangis terisak-isak.
Memang kalau dilihat dari tingkah laku “karkun" terlebih lagi bagi mereka yang baru terlibat dengan “Jemaah Tabligh" ini. Tidak semua dapat mengikut usul (tertib) dengan betul. Kalau diperhatikan, memang banyak yang salah dan silap dari ibadat, akhlaq, ilmu dan lain-lain. Biasalah kerana usaha inilah yang telah memungut mereka-mereka yang di “tepi jalan”. Memungut mereka-mereka yang jauh dari hidayat Allah swt. Tidak seperti sesetengah “Jemaah / Firkah”, mereka lebih selektif dalam memilih orang yang akan menjadi ahli dikalangan mereka , biasanya hanya orang yang terpelajar dan yang berada di masjid /surau dan di menara gading. Sebab itulah komunitas mereka biasanya diisi oleh orang-orang yang terpelajar. Yang tidak terpelajar kadang tidak diperbolehkan ikut dalam komunitas. Apatah lagi pekebun, tukang kerja bawahan dan berlebih lagi para gangster mau pun tukang pukul, kagak bakal dijadikan prioritas untuk dijadikan anggota dalam komunitas mereka.
Sebaliknya di dalam “Jemaah Tabligh" terdiri berbagai golongan, ada dari ulama, bekas menteri pengusaha besar, sehingga kepada preman dan anak jalanan, semua boleh ikut serta. Tidak ada perbedaan dan tidak pernah dibeda-bedakan berdasarkan daerah, rupa, bangsa, kelas pendidikan maupun kelas ekonomi. Semuanya boleh menyertai jemaah ini. Justeru dari itu, maka tidak hairanlah terdapat sedikit kesilapan dan kekurangan dalam Jamaah Tabligh (karkun).
Kadang-kadang cara solat mereka pun terkadang ikut Mazhab Syafie, terkadang ikut Mashab Hanafi, terkadang ikut Mazhab Hambali, amburadul jadinya. Bila diperhatikan oleh sesetengah orang pasti akan mengkritik dan banyak juga yang mengutuk. Padahal mereka khan baru belajar.
Kerap dalam “bayan" (ceramah), kadang-kadang cerita Firaun jadi cerita Namrud, Firman Allah jadi hadis Nabi, kata-kata ulama bertukar menjadi hadis Nabi dan seperti-seperti lagi.
Perilaku dan penampilan mereka berseperti-seperti, ada yang seperti orang Pakistan, ada yang seperti orang Bangla, ada juga yang seperti orang Arab, malah ada yang yang seperti ‘rockers’. Kalau ke Seri Petaling (markaz dakwah tabligh di Malaysia), bermacam-macam tipe orang akan kita temukan.
Namun begitu telah ada garis panduan untuk semua itu. Telah dinasihatkan kepada semua “karkun" agar mereka mempelajari masalah hukum fiqih berdasarkan mazhab mereka sendiri. Jangan mengikuti Mazhab Hanafi yang sememangnya di amalkan oleh sejumlah besar ulama dan elders “Jemaah Tabligh". Pernah seorang ahli jemaah dari Negara Arab bertanya kepada ulama/elders berkaitan keinginannya untuk bertukar mazhab dari Hambali ke Hanafi. “Ikut lah mazhab di tempat kamu" tegas mereka. Begitulah dengan tempat kita, mereka menasihatkan kita untuk beramal berdasarkan Mazhab Syafie. Ini selaku satu keputusan.
Bagi mereka yang memberi “bayan" atau ceramah hendaklah mengikut garis yang telah ditetapkan. Jangan mengurai Al-Quran dan hadis sekiranya beliau bukan orang alim. Bercakaplah di atas 6 perkara dan di dalam ruang lingkup ‘Fadhail Amal’, ‘Mutakhab Ahadis’ serta kitab-kitab yang di arahkan. Selain itu hendakalah mengutamakan orang-orang yang lebih lama dan alim untuk program bayan/ ceramah utama. Sebab itulah setiap jemaah yang akan “keluar" akan disertakan ulama/ustaz dan hafiz Quran bersama-sama jemaah berkenaan. Ini adalah kehendak Maulana Ilyas rah sendiri di Indonesia dan Thailand telah pun berbuat demikian, di Malaysia sebahagiannya telah dapat disempurnakan untuk 40 hari / 4 bulan. Namun setakat ini 3 hari belum lagi dapat. Hanya di sesetengah tempat sahaja yang telah pun berbuat demikian.
Penampilan “karkun" juga telah diminta berbuat mengikut kesesuaian tempat berkenaan. Pakaian baju Melayu dan jubah telah diterima oleh masyarakat Malaysia. Pakaian ala India dan Pakistan juga tidak menjadi masaalah bagi sesetengah tempat khususnya di Bandar, tetapi tidak disenangi di setengah tempat di kampong. Pakaian “rockers" memang tidak digalakan namun teguran dibuat secara hikmah.
Jadi sekiranya kita melihat ada “karkun" yang bertidak tidak sesuai maka tegurlah dengan cara hikmah atau bersangka baiklah. Sebahagian orang perlu waktu yang panjang untuk berubah. Yang perlu kita syukuri adalah sudah begitu banyak orang yang berubah asbab Jamaah Tabligh. Ada dari Pengedar narkoba berubah menjadi Hafiz Quran. Ada preman bertatoo berubah menjadi ustaz.
No comments:
Post a Comment