Sunday, February 28, 2016

KISAH SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI KETIKA MENJADI GELANDANGAN

Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani pernah mengalami musim paceklik di Baghdad. Saat itu ulama yang menganut mazhab Imam Ahmad ini sampai memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. Dalam keadaan yang sangat lapar beliau keluar untuk mencari makanan. Namun setiap sampai ke tempat sampah, selalu ada orang lain yang mendahuluinya. Jika Syeikh Abdul Qadir Jaelani melihat orang-orang fakir berebut di tempat sampah, maka beliau memilih meninggalkan tempat itu. Dan hal itu terus berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syeikh Abdul Qadir Jaelani akhirnya tidak memperoleh makanan.

Beliau akhirnya berjalan hingga sampai di Masjid Yasin di Baghdad, karena sudah tidak mempu lagi melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk di dekat masjid tersebut. Disaat yang sama datanglah seorang pemuda ke masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syeikh Abdul Qadir Jaelani ingin membuka mulut, meski beliau terus berusaha menahannya.

Akhirnya pemuda itu pun menoleh ke arah Syeikh Abdul Qadir Jaelani seraya mengatakan, “Bismillah ya Syeikh”, dengan maksud ingin memberi suapan kepada Syeikh Abdul Qadir Jailani. Syeikh Abdul Qadir Jaelanimenolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syeikh Abdul Qadir Jaelani memakan sedikit dari apa yang diberikan.

Setelah itu si pemuda pun bertanya,”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana engkau?”
Syeikh Abdul Qadir Jaelani pun menjawab,”Saya pencari ilmu dari negeri Jilan”.
Si pemuda pun membalas,”Saya juga dari Jilan. Apakah engkau mengenal seorang pemuda dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?”
Syeikh Abdul Qadir pun menjawab, “Itu adalah saya”.
Mendengar jawaban itu si pemuda pun terperangah,
“Demi Allah saya sampai di Bagdad dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan petunjuk. Sampai akhirnya uang saya habis hingga 3 hari saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.”

Syeikh Abdul Qadir Jailani pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Pemuda itu pun menjelaskan bahwa ibu Syeikh Abdul Qadir Jaelani telah menitipkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Dan uang itu pun sudah berkurang untuk dibelikan roti. Syeikh Abdul Qadir Jaelani pun merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. (Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)

Meski menolak untuk meminta-minta, Syeikh Abdul Qadir Jaelani tetap memperoleh rezeki bahkan di saat yang sama beliau malah memberikan sedekah kepada orang lain.

Yang juga perlu dicontoh adalah sifat Syeikh Abdul Qadir Jaelani yang selalu mengutamakan orang lain, sehingga Allah Swt pun mencukupi rezekinya.

No comments:

Post a Comment