Tuesday, March 22, 2016

HIDUPKAN KALBU, MESKI DALAM KEADAAN TIDUR

Dalam kitab Sirrul Asrar, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan bahwa jalan untuk wushul (sampai) kepada Allah adalah dengan menjaga amalan badan tetap berada di jalan yang benar dengan melakukan semua hukum syariat, baik di siang hari atau malam. Menurut beliau, kita harus mendisiplinkan diri dengan berzikir, baik secara jahr atau khafi (secara terang atau secara samar). Hukum berzikir menurut Syekh adalah wajib dan harus dilakukan oleh semua manusia yang ingin dekat kepada Allah. Allah SWT berfirman: “Ingatlah Allah dalam keadaan berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (QS Ali Imran 3:191)”.

Zikir harus disertai dengan kesucian lahir dan batin agar menghasilkan cahaya zikir di dalam batin. Zikir dilakukan dalam kesadaran yang terus menerus. Bahkan, saat kita dalam keadaan tidur. Karena itu, sebelum tidur pun kita diperintahkan berdoa, berzikir, bertasbih, dan membaca ayat Al-Quran. Kita harus tetap menghidupkan kalbu setiap saat meskipun dalam keadaan tidur. Menurut Syekh, sebagaimana kalbu yang hidup, ia tidak pernah tidur, maka janganlah mengira bahwa kalbu itu akan mati. 

Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW: “Kedua mataku tidur, tapi hatiku tidak tidur,"(HR Al-Bukhari). Maka, mari niatkan diri kita untuk berzikir dalam setiap keadaan, selalu menghidupkan kalbu dengan kesadaran ruhani yang selalu merindukan pertemuaan dengan Rabb. Mari menghidupkan kalbu dengan tahlil, tasbih, tahmid, istighfar dan shalawat Nabi. (Disarikan dari kitab Sirrul Asrar, karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani). 

2). NASEHAT SUFYAN BIN UYAINAH

“Barangsiapa yang mencintai Allah, maka pasti ia akan mencintai orang yang dicintai Allah. Barangsiapa yang mencintai orang yang dicintai Allah, maka ia akan mencintai sesuatu karena Allah. Barangsiapa yang mencintai sesuatu karena Allah, maka ia senang jika amalnya tidak diketahui oleh orang lain”. (Dikutip dari kitab Nashaihul Ibad, karya Imam Nawawi Al-Bantani).

3). KAJIAN SUFI: MAKIN ZUHUD, MAKIN DIKEJAR DUNIA

(Kitab Al-Mawaizh fi Al-Ahadis Al-Qudsiyyah (Nasehat Keempat), karya Imam Al-Ghazali) . Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam! Siapa yang bersedih karena urusan dunia, maka hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah. Di dunia dia akan merasa lelah, di akhirat akan susah-payah; Allah akan membuat hatinya galau senantiasa, selalu sibuk tiada henti, selalu merasa miskin tanpa pernah bisa menjadi kaya, dan selalu terjerat oleh angan-angan tiada henti.

Wahai anak Adam! Umurmu setiap hari berkurang, tapi engkau tidak pernah menyadarinya. Setiap hari Aku datang membawa rezekimu, tapi engkau tidak pernah bersyukur; dengan rezeki sedikit kau tak puas, dan dengan rezeki banyak kau tak pernah kenyang.

Wahai anak Adam! Setiap hari Aku berikan rezeki padamu. Namun, setiap malam para malaikat datang pada-Ku membawa catatan amal burukmu. Engkau makan rezeki-Ku, tapi engkau bermaksiat pada-Ku. Engkau berdoa kepada-Ku dan Aku mengabulkannya. Kebaikan-Ku pun tercurah padamu, tetapi justru catatan keburukanmu yang sampai pada-Ku. Sebaik-baik Tuanmu adalah Aku! Dan, seburuk-buruk hamba-Ku adalah kau! 

Engkau lepaskan apa yang Kuberikan kepadamu. Kututupi keburukanmu setelah sebelumnya terbuka. Aku malu dengan keadaanmu, namun engkau tidak pernah merasa malu kepada-Ku. Engkau selalu lupa kepada-Ku, namun kau selalu ingat selain Aku. Engkau takut pada manusia, namun kau selalu merasa aman dari-Ku. Engkau takut kepada kemarahan mereka, namun kau tak pernah takut kepada murka-Ku”. 

4). TRANSAKSI DENGAN ALLAH SETIAP HARI

Syekh Ibnu Athaillah menuturkan, "Ketika matahari menyingsing, pastikanlah kau telah bertransaksi dengan Allah. Bersedekahlah setiap hari meski dengan seperempat dirham agar kau tercatat dalam golongan kaum yang gemar sedekah.

Bacalah Al-Quran setiap hari meskipun satu ayat agar kau tercatat dalam golongan kaum yang rajin membaca. Shalatlah meski dua rakaat agar kau tercatat dalam golongan yang menunaikan shalat malam. Jangan katakan, 'Kalau hanya memiliki makanan untuk satu atau dua hari, bagaimana bisa bersedekah?'

Allah berfirman, “Hendaklah orang yang memiliki kelapangan mengeluarkan harta sesuai kemampuannya dan orang yang disempitkan rezekinya mengeluarkan dari harta yang Allah berikan.' (QS At-Thalaq 65: 7). Perumpamaan orang miskin yang kau beri sedekah adalah seperti tunggangan yang membawa bekalmu menuju akhirat”. (Syekh Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-‘Arus). 

Sahabatku, ketulusan kepada Allah dan komitmen kita kepada perintah-Nya baru terlihat ketika kita melakukan transaksi dengan Allah setiap hari melalui sedekah, bacaan Al-Quran, dan shalat dua rakaat pada waktu malam seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Athaillah.

Amal-amal tersebut menunjukkan sejauh mana penghambaan kita kepada-Nya. Tapi, jika kita melalaikan semua itu, sementara perhatian kita tertuju pada bagaimana memuaskan syahwat dunia,berarti kau belum jujur kepada Allah dan menyimpang dari jalan yang Allah perintahkan. Bagaimana mungkin orang seperti itu akan selamat pada hari kiamat?

Jika ia tidak berbekal untuk hari tersebut maka akhir perjalanannya seperti yang telah ia gariskan sendiri. Ia laksana kupu-kupu yang menjatuhkan diri di atas api sementara ia mengira dengan cara itu akan selamat.

No comments:

Post a Comment