Sunday, April 10, 2016

HIKMAH SUFI

Bismillahhirrahmanirrahim…

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

Menutupi Aib: Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh aibnya sendiri daripada sibuk dengan aib-aib orang lain. Beruntunglah orang yang tidak mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup, tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada, tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak pernah bertanya tentang dirinya.

Maka hendaklah seseorang di antara kalian menjauhkan diri dari aib orang lain yang diketahuinya kerana dia mengetahui aib dirinya sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri dengan bersyukur kerana kesihatan yang diberikan Allah kepadanya, sementara orang lain mendapatkan cubaan dengannya (ditimpa penyakit). Maka bagaimana seorang pencela, yaitu yang mencela saudaranya dan mencemuh dengan musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar daripada dosa saudaranya yang dicela itu?

Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang kerana dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu kerana suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab kerana dosa kecilmu itu.

1). PELAJARAN DAN MENGAMBIL PELAJARAN

1. Pelajaran adalah pemberi peringatan dan penasihat.

2. Bukanlah tawakal yang baik bahwa seseorang memohon ampun (akan kesalahannya), kemudian dia melakukan kesalahan itu untuk yang kedua kalinya.

3. Mengambil pelajaran membawa kepada kesedaran.

4. Alangkah banyaknya contoh (peringatan), tetapi sedikit sekali yang menjadikannya sebagai pelajaran.

5. Di dalam pelajaran terdapat kecukupan yang tidak memerlukan lagi ikhtiar.

2). BERHATI-HATI

1. Dengan kelemah lembutan keperluan akan dapat diperoleh, dan dengan berhati-hati akan mudah segala hal yang dikehendaki.

2. Pilihlah untuk sumber air mu.

3. Meneliti adalah keharusan.

4. Tergesa-gesa dalam segala urusan akan menghasilkan kesusahan, penyebab utama penyesalan, menghilangkan kekesatriaan, cela pada akal, dan bukti akan kelemahan akidah (keyakinan).

5. Orang yang berfikir (sebelum melakukan sesuatu) akan berhasil mencapai tujuan atau hampir, sedangkan orang yang tergesa-tergesa akan menemui kegagalan atau hampir.

6. Barangsiapa yang dalam urusannya berada pada posisi tidak memikirkan akibatnya, maka dia telah menghadapkan dirinya pada musibah yang besar.

7. Menggerakkan yang diam lebih mudah daripada mendiamkan yang bergerak.

8. Hindarilah olehmu: “Aku duga...”, “Aku kira...”, dan “Aku berpendapat…”

9. Tahanlah dirimu dari suatu jalan jika engkau khuatir akan tersesat di dalamnya. Sebab, menahan diri ketika ragu akan tersesat lebih baik daripada menaiki sesuatu yang menakutkan.

10. Di antara taufik adalah berhenti ketika ragu.

3). MENGEKANG NAFSU

1. Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian.

2. Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan siksaan.

3. Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.

4. Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat. Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.

5. Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.

6. Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rosak dari hati kami, dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami. Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.

7. Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.

8. Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik.

9. Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.

4). RENDAH HATI

1. Rendah hati (tawadhu) adalah suatu kenikmatan yang tidak dimengerti oleh orang yang dengki.

2. Sombong terhadap orang-orang yang sombong adalah tawadhu itu sendiri.

3. Rendah hati termasuk salah satu cara mendapatkan kemuliaan.

4. Rendah hati membawa kepada keselamatan.

5. Tidak ada nasab (yang lebih mulia) seperti rendah hati.

6. Buah dari rendah hati adalah (mendapatkan) kecintaan.

7. Kerendah hatian seseorang di saat dia memiliki kedudukan menjadi perlindungan baginya ketika dia mengalami kejatuhan.

8. Temuilah orang-orang ketika mereka butuh kepadamu dengan keceriaan dan kerendah hatian. Maka, jika engkau terkena suatu musibah dan keadaan buruk menimpamu, lalu engkau bertemu dengan mereka, maka engkau telah aman dan terlepas dari bahaya kehinaan kerana kerendah hatianmu itu.

9. Orang-orang golongan atas, jika mereka terdidik, mereka rendah hati; dan jika mereka menjadi miskin, mereka menyerang.

10. Imam ‘Ali a.s. berkata kepada seseorang yang memuji-mujinya secara berlebihan, sementara kesetiaannya kepada beliau diragukan, “Aku tidak seperti yang kaukatakan, dan ‘di atas’ apa yang engkau sembunyikan di dalam hatimu.”

11. Orang yang rendah hati seperti jurang yang di dalamnya berhimpun air hujan dan air hujan lainnya, sedangkan orang yang sombong seperti bukit yang tidak menetap di dalamnya air hujannya dan air hujan yang lainnya.
  
12. Jika engkau telah melakukan segala sesuatu, maka jadilah seperti orang yang tidak melakukan apa pun.

5). SABAR

1. Sabar adalah kunci kesenangan.

2. Sabar adalah benteng dari kefakiran.

3. Sabar adalah keberanian.

4. Kesudahan sabar adalah positif dan menyenangkan.

5. Sabar termasuk salah satu sebab kemenangan.

6. Sabar adalah kendaraan yang tidak akan menjatuhkan pemandunya.

7. Menanggung kesombongan kehormatan lebih berat daripada menanggung kesombongan kekayaan, dan kehinaan kefakiran menghalangi seseorang dari kesabaran, sebagaimana kebanggaan kekayaan mencegah seseorang dari berbuat adil.

8. Menanggung beban adalah kuburan aib.

9. Sabar ada dua, yaitu: sabar terhadap apa yang engkau benci, dan sabar terhadap apa yang engkau sukai.

10. Buanglah darimu segala kesusahan yang menimpamu dengan kesabaran yang teguh dan keyakinan yang baik.

11. Sesungguhnya di antara perbendaharaan kebajikan adalah sabar terhadap segala musibah dan menyembunyikan musibah itu.

12. Orang yang bersabar pasti akan meraih keberuntungan, meskipun itu diperoleh setelah waktu yang lama.

13. Bagi setiap bencana pasti ada batas yang berakhir padanya, sedangkan ubatnya adalah sabar terhadapnya.

14. Kesabaran yang teguh akan memadamkan api nafsu.

15. Seandainya kesabaran berbentuk seorang laki-laki, pasti dia adalah seorang laki-laki yang saleh.

6). MALU DAN KEMULIAAN

1. Kemuliaan adalah dengan akal dan adab, bukan dengan asal-usul dan keturunan.

2. Tidak ada kemuliaan bersama adab yang buruk.

3. Kemuliaan adalah meyakini kematian bahwasanya ia berada di leher manusia.

4. Kemuliaan berkaitan dengan kekecewaan, malu dengan tidak mendapatkan sesuatu, dan kesempatan berjalan seperti jalannya awan, maka cepat-cepatlah engkau ambil semua kesempatan yang baik.

5. Tidak ada keimanan yang (nilainya lebih besar) seperti malu dan sabar.

7). QANA’AH (KEPUASAN)

1. Syaidina Ali ra pernah ditanya tentang firman Allah Ta'ala: Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (QS 16:97), Imam `Ali a.s. menjawab, “la adalah qana`ah (kepuasan).”

2. Buah (hasil) dari qana'ah adalah ketenangan.

3. (Qana'ah adalah) menjaga apa yang ada di tanganmu lebih engkau cintai daripada meminta apa yang ada di tangan orang lain.

4. Orang merdeka adalah budak selama dia tamak, sedangkan budak adalah orang yang merdeka selama dia qana'ah.

5. Janganlah engkau malu memberi (bersedekah) walaupun itu sedikit, kerana tidak memberi itu lebih sedikit.
   
6. Kefakiran dan kekayaan keluar berkeliling, lalu keduanya bertemu dengan qana'ah, maka keduanya menetap (bersama).

7. Jika kekayaan bertambah, maka berkuranglah selera.

8. Tidak ada perbendaharaan yang lebih berharga daripada qana'ah

9. Kekayaan yang paling besar adalah meninggalkan banyak keinginan.

ZUHUD

1. Zuhud seluruhnya terdapat di antara dua kalimat dari ayat Alqur’an. Allah SWT berfirman: supaya kamu tidak berduka atas apa yang luput darimu, dan tidak terlalu gembira atas apa yang diberikan Nya kepadamu (QS 57:23) . Maka, barangsiapa yang tidak berduka atas apa yang telah lewat, dan tidak terlalu bergembira dengan yang didapat, dia telah mengambil zuhud dalam kedua sisinya (secara sempurna).

2. Zuhud di dunia adalah pendek angan-angan, bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan menjauhi segala hal yang haram.
   
3. Zuhud adalah perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
   
4. Tidak akan binasa orang yang hemat, dan tidak akan menjadi miskin orang yang zuhud.
   
5. Seutama-utama zuhud adalah menyembunyikan zuhud.
   
6. Zuhud adalah kekayaan.
   
7. Orang yang zuhud terhadap dinar dan dirham adalah lebih mulia daripada dinar dan dirham.
   
8. Zuhudlah di dunia, niscaya Allah akan memperlihatkan kepadamu aib-aib dunia itu, dan janganlah engkau lalai, maka sesungguhnya engkau bukanlah orang yang tidak mengerti akan dirimu sendiri.
   
9. Beruntunglah orang-orang yang zuhud di dunia; yang merindukan kehidupan akhirat. Mereka adalah orang-orang yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan, tanahnya sebagai tilamnya, airnya untuk bersuci, Alqur’an sebagai syiarnya, dan do’a sebagai bantalnya. Kemudian mereka meninggalkan dunia sama sekali sebagaimana yang ditempuh al-Masih (`Isa a.s.).
  
10. Kekayaan yang paling mulia adalah meninggalkan banyak keinginan.
  
11. Sesungguhnya orang-orang yang zuhud di dunia, hati mereka menangis walaupun mereka tertawa, kesedihan mereka bertambah walaupun mereka berbahagia, dan mereka membenci diri mereka walaupun mereka senang dengan rezeki yang dikurniakan kepada mereka.
  
12. Tidak ada kezuhudan (yang lebih utama) seperti kezuhudan terhadap segala hal yang haram.
  
13. Imam `Ali a.s. berkata dalam menyifati orang-orang yang zuhud, “Mereka adalah orang-orang yang tinggal di dunia, tetapi mereka bukan termasuk penghuninya; mereka hidup di dunia, tetapi mereka seperti yang bukan berasal dari dunia.”

14. Jika engkau tidak memerlukan sesuatu, maka tinggalkanlah ia dan ambillah yang engkau perlukan saja.

BUDI PEKERTI YANG BAIK

Budi pekerti yang mulia ada sepuluh: dermawan, malu, jujur, menyampaikan amanat, rendah hati (tawadhu), cemburu, berani, santun, sabar, dan syukur.

1. Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi: (pertama), tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (Kedua), tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (Ketiga), tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang perlu.
   
2. Janganlah sekali-kali engkau menjadi orang yang keburukannya lebih kuat daripada kebaikannya, kekikirannya lebih kuat daripada kedermawanannya, dan kekurangannya lebih kuat daripada kebajikannya.
   
3. Pandanglah buruk pada dirimu apa yang engkau pandang buruk pada selainmu.
   
4. Semulia-mulia nasab adalah akhlak yang baik.
   
5. Tidak ada teman yang seperti akhlak yang baik, dan tidak ada harta warisan seperti adab.
   
6. Hendaklah engkau redha akan perlakuan orang-orang terhadapmu sama seperti engkau redha atas perlakuanmu terhadap mereka.
   
7. Adab adalah pusaka yang terbaik.
   
8. Jika engkau menyukai akhlak yang mulia, maka hendaklah engkau menjauhi segala hal yang haram.
   
9. Tidak adanya adab adalah sebab segala kejahatan.
  
10. Perjalanan adalah ukuran akhlak.
  
11. Kasihanilah orang-orang fakir yang sedikit kesabarannya, kasihanilah orang-orang kaya yang sedikit syukurnya, dan kasihanilah semua kerana lamanya kelalaian mereka.
  
12. Kemuliaan keturunan yang paling tinggi adalah akhlak yang baik.
  
13. Ketakwaan adalah akhlak yang utama.
  
14. Akhlak yang baik adalah sebaik-baik teman.
  
15. Kalau segala sesuatu harus dipisah-pisahkan, maka dusta tetap bersama takut, kejujuran bersama keberanian, santai bersama keputusasaan, kelelahan bersama kerakusan, penolakan bersama ketamakan, dan kehinaan bersama hutang.
  
16. Hendaklah kalian menjaga adab. Sebab, jika kalian raja, pasti kalian akan melebihi raja-raja yang lain; jika kalian penengah, pasti kalian akan dapat mengatasi (yang lain); dan jika kehidupan kalian miskin, pasti kalian akan dapat hidup (terhormat) dengan adab kalian.
  
17. Pilihlah untuk diri kalian, dari setiap kebiasaan, yang paling bagusnya, kerana sesungguhnya kebaikan merupakan kebiasaan.
  
18. Semulia-mulia raja adalah yang tidak dicampuri kesombongan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sekaya-kaya orang adalah yang tidak tertawan oleh ketamakan. Sebaik-baik kawan adalah yang tidak menyulitkan kawan-kawannya. Dan sebaik-baik akhlak yang paling dapat membantunya dalam ketakwaan dan kewarakan (berhati-hati dalam beragama).
  
19. Seseorang tidak akan menjadi mulia sehingga dia tidak peduli dengan pakaian yang mana saja dia muncul (di tengah-tengah masyarakatnya).
  
20. Adab adalah pakaian yang sentiasa baru.

KESUCIAN DAN KEMULIAAN ILMU

1. Tiada kemuliaan seperti ilmu.
   
2. Ilmu adalah pusaka yang mulia.
   
3. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang nampak di anggota-anggota badan.
  
4. Tetaplah mengingat ilmu di tengah orang-orang yang tidak menyukainya, dan mengingat kemuliaan yang terdahulu di tengah orang-orang yang tidak memiliki kemuliaan, kerana hal itu termasuk di antara yang menjadikan keduanya dengki terhadapmu.
   
5. Jika Allah hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.
   
6. Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka muncullah empat api. Lalu datanglah shalat (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah puasa, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata, “Seandainya aku menjumpai api-api itu, niscaya akan aku padamkan semuanya. Oleh kerana itu, bergembiralah kamu. Aku sentiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan.”
   
7. Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal kerana mereka hanya akan mendustakanmu, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh kerana mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.
   
8. Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasanya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang  jika dia dinisbatkan kepadanya.

KEDUDUKAN ULAMA

1. Orang alim adalah lampu Allah di bumi. Maka, barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, dia akan memperoleh cahaya (ilmu) itu.

2. Kedudukan orang alim bagaikan pohon kurma, engkau menunggu bila buahnya jatuh kepadamu.
   
3. Orang alim lebih utama dari pada orang yang berpuasa, mengerjakan shalat malam (tahajud), dan yang berjihad di jalan Allah. Jika seorang alim meninggal, maka terjadi lubang dalam islam yang tidak tertutupi sehingga datang orang alim lain yang datang kemudian (menggantikannya).
   
4. Orang yang (keluar dari rumahnya) mencari ilmu, para malaikat akan mengantar kepergiannya sehingga dia pulang (ke rumahnya).
   
5. Orang alim adalah yang mengetahui kemampuan dirinya, dan cukuplah seseorang dikatakan bodoh jika dia tidak mengetahui kemampuan dirinya.
   
6. Ketahuilah! Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang memelihara ilmu-Nya, menjaga yang dijaga-Nya, dan memancarkan mata air ilmu-Nya, mereka ini saling berhubungan dengan wilayah (perwalian), saling bertemu dengan kecintaan, minum bersama dengan gelas pemikiran, dan pergi dengan meninggalkan bau yang harum. Mereka tidak dicampuri oleh keraguan, dan tidak pula mereka bersegera dalam mengumpat. Berdasarkan hal itulah, mereka mengukuhkan pembawaan dan akhlak mereka, saling mencintai, dan saling berhubungan di antara sesama mereka. Mereka ini seperti keunggulan benih yang telah dipilih, yang diambil darinya dan dilemparkan. la telah dipisahkan oleh penyaringan dan dibersihkan oleh pembersihan.
   
7. Di antara hak seorang guru terhadap muridnya adalah hendaklah si murid tidak terlalu banyak bertanya kepadanya, tidak membebaninya dalam memberikan jawaban, tidak mendesaknya jika dia sedang malas, tidak menyebarkan rahsianya, dan tidak mengumpat seorang pun di sisinya.
   
8. Orang yang alim adalah yang mengetahui bahwa apa yang diketahuinya, jika dibandingkan dengan apa yang tidak diketahuinya, sangatlah sedikit. Maka, kerana itulah dia menganggap dirinya bodoh. Oleh kerana itu, bertambahlah kesungguhannya dalam mencari ilmu kerana pengetahuannya akan hal itu.
   
9. Kesalahan yang dilakukan seorang alim seperti kapal yang pecah, maka ia tenggelam dan tenggelam pula bersamanya banyak orang.
  
10. Jika seorang alim tertawa satu kali, maka dia telah membuang satu ilmu dari dirinya.

No comments:

Post a Comment