Suatu hari Sufi Agung Wanita Siti Rabi’ah Al Adawiyyah lewatelah di depan rumah Waliyullah lainnya Hasan Al-Basri, pada saat itu Imam Hassan Al Basri sedang duduk termenung di jendela dengan menangis dan air matanya menetes mengenai pakaian Rabi’ah.rabiah,Siti Rabi'ah Al Adawiyyah. Awalnya Rabi’ah mengira bahwa hujan sedang turun tetapi ketika menengadah ke atas barulah beliau sadar bahwa air yang menetes tersebut adalah airmata Waliyullah Hasan Al Basri. Waliyullah Rabi’ah berkata “Wahai Guru..!! tangisan adalah tanda dari kelesuan batin, tahanlah air matamu wahai guru, jika tidak maka di dalam dirimu akan menggelora samudera sehingga engkau tidak akan dapat mencari dirimu sendiri kecuali pada seorang Raja Yang Maha Perkasa”. Imam Hassan mendengar namun tetap diam.
Beberapa hari setelahnya Imam Hasan bertemu dengan Siti Rabi’ah Adawiyyah di pinggiran danau. Imam Hassan lalu melemparkah sajadahnya keatas air seraya berkata kepada Rabi’ah.”Wahai Rabi’ah, marilah kita mengerjakan Solat sunnah dua rakaat diatas air danau ini!” “Wahai Hasan, jika engkau memperlihatkan karomah2mu di tempat terbuka seperti ini seharusnya engkau perlihatkan saja karomah yang tidak di miliki orang lain..!” Setelah berkata demikian maka Siti Rabi’ah Al Adawiyyah melemparkan sajadahnya keatas udara lalu melompat keatasnya menaiki sajadah tersebut. “Wahai Hasan, naiklah kemari..!!” ucap Siti Rabiah sambil tersenyum.
Imam Hasan Al Basri terdiam tanpa kata, beliau sadar belum mampu melakukan hal yang seperti itu “Wahai Hasan, tidaklah ada hal yang istimewa dari hal2 yang kita lakukan ini, apa yang engkau lakukan tadi begitu mudah dapat dilakukan oleh seekor ikan, sedang apa yang aku lakukan ini begitu mudah dapat dilakukan oleh seekor lalat, dan keahilan-keahlian seperti ini sungguh tidak penting, tetapi yang terpenting adalah kita harus bisa mengabdikan diri kepada Hal-Hal Yang Terpenting Itu…” Maksudanya adalah beribadah secara istiqomah kepada Allah Ta’ala.
No comments:
Post a Comment