Beliau adalah Kiai Mudzakir atau Syeikh Mudzakir, murid dari mbah Soleh Darat, (Pendiri Nu dan Muhamadiyah adalah murid Mbah Sholeh Darat). Makam Beliau banyak diziarahi oleh kaum muslimin. Makam beliau terletak di tengah laut tepatnya di dukuh Tambaksari desa Bedono kecamatan Sayung Demak. Sosok wali itu bernama Kiai Mudzakir atau Syeikh Mudzakir dia pejuang kemerdekaan dan ulama besar di jamannya antara tahun 1900 sampai dengan tahun 1960 an, tanah kelahirannya dari desa Wringin Jajar kecamatan Mranggen, demi Agama dan perjuangan maka Syeikh Mudzakir menetap mengembangkan ajaran Islam dipesisir pantai Sayung Demak.
Saat Haul Syeikh Mudzakir ke-67, kepala satkorcab banser Demak Naim Anwar mengungkapkan, Syeikh Mudzakir adalah salah satu murid kiai Sholeh Darat Semarang, dia satu angkatan dengan Kiai Thohir yang dimakamkan di desa Sriwulan Sayung Demak. “Berdasarkan cerita dari para sesepuh, mbah Mudzakir itu murid dari mbah Sholeh Darat yang mempunyai ilmu lebih”, ungkapnya kepada NU Online, Jum’at (19/10). Sedangkan menurut salah satu tokoh desa setempat Anwar Haris, Mah Mudzkir merupakan tokoh pejuang kemerdekaan dan ulama yang sangat disegani masyarakat dan ditakuti Belanda. “Di saat berjuang, Mbah Mudzakir tidak kenal pamrih dan lelah, dan kesaktiannya yang ditakuti Belanda karena ketika akan ditangkap mbah Mudzakir selalu lolos dan menimbulkan korban dari pihak Belanda” kata Haris.
Na’im Anwar yang juga panitia menambahkan, untuk mengenang perjuangan Syeikh Mudzakir disetiap akhir bulan Dzul Qo’dah warga sekitar selalu mengadakan haul yang ditempatkan disekitar makam yakni di tengah laut, dengan begitu jamaah yang hadir berdo’a dan berzikir diatas perahu karena makamnya tidak muat oleh pengunjung. “Mereka yang datangnya telat ndak kebagian tempat, ya berdo’a ditengah laut sekitar makam” tambah na’im. Yang menjadi keajaiban dari makam wali tersebut adalah tidak pernah tenggelam walau air laut pasang atau naik, gelombang tinggi maupun banjir besar, seperti yang dituturkan K Muhadi kepada NU Online.
“Makam niku nggih semonten terus, kados kados nak toyone ageng makam saged minggah (permukaan makam segitu terus, kalau air pasang seakan akan makam Syeikh Mudzakir ikut naik)” tutur K.Muhadi Dari situlah sampai saat ini makam Syeikh Mudzakir terus dipadati peziarah baik siang maupun malam, dari warga sekitar maupun warga luar kota Demak, dari rakyat biasa, pejabat maupun santri untuk ngalap berkah kepada Allah dengan berwasilah atau lantaran Syeikh Mudzakir.
No comments:
Post a Comment