Dalam kitab Almilal Wannihal, malaikat ditantang berdebat dengan iblis:
Malaikat: Iblis, mengapa kamu tidak mau sujud kepada Adam. Iblis: “Malaikat, Allah sudah membuat undang-undang, jangan sampai kita sujud kepada lainya Allah dalam Alquran surat fusssilat ayat 37 diterangkan: “Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan bersujud kepada bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya (matahari dan bulan)”.
Barang siapa yang bersujud kepada selain Allah akan jatuh musyrik dan musyrik adalah dosa yang tidak mungkin diampuni lagi. Jadi saya tidak mau bersujud kepada Adam dikarenakan saya tahu bahwa Adam itu mahluk, kalau saya sujud pada Adam maka saya musyrik, maka saya tidak diampuni dan saya mutlak sujud hanya pada ALLAH ta’ala saja dan tidak sujud lainnya Allah.
Malaikat: Iblis, kamu tidak tahu tidak sujud kepada Adam itu perintah Allah bukan kehendak Adam, tetapi kehendak Allah ta’ala , jadi kalau kamu bersujud kepada Adam artinya kamu sujud kepada Allah karena itu perintah Allah.
Iblis: Memang betul, ini perintah Allah tapi perintah tersebut adalah untuk menguji ketauhidan kita. Perintah itu memang ada yang semata-mata perintah, tapi ada juga perintah yang sifat untuk mengguji ketauhidan kita dari pembicaran tersebut ada dua hal yang menarik yaitu:
– Apakah benar semata-mata perintah.
– Apakah perintah yang bersifat menguji .
Saya (iblis) jelas mengetahui bahwa perintah itu adalah perintah yang bersifat untuk menguji katauhidan kita sebab yang mengetahui bahwa adam itu adalah mahluk yang diciptakan dari tanah masak saya sujud kepada mahluk dari tanah.
Malaikat: Darimana kamu mengetahui bahwa sujud kepad Adam itu semata-mata untuk menguji tidak semata-mata perintah?
Iblis: Buktinya ada larangan sujud kepada lainya Allah itu belum dicabut. Dari satu segi dilarang sujud kepada lainnya Allah dan segi lain diperintah sujud kepada lainya Allah, Bagaimana saya (iblis) tahu sujud kepada Adam itu semata-mata perintah kalau larangan belum dicabut, kalau larangan bersujud lainnya Allah dicabut, maka saya akan mengetahui sujud kepada Adam itu semata-mata adalah perintah Allah. Oleh karena itu larangan belum dicabut maka jelaslah perintah sujud kepada Adam itu Adalah UJIAN.
Demikian percakapan malaikat dan iblis dalam kitab tersebut. Memang kalau kita lihat sepintas lalu menyalahkan IBLIS sangat mudah akan tetapi seperti diatas iblis diuji ketauhidan yang sangat sulit sekali iblis pertama menggunakan alasan materi alasan ke 2 kemudian iblis menggunakan alasan tauhid, alasan ubuddiyyah. (berhati-hatilah dalam memahami peristiwa seperti ini, butuh ketakwaan yang sangat tinggi untuk memahami, jangan sampai Anda berpihak pada sisi Iblis Laknatullah ‘Alaik)
Yang Kuasa bertanya pada Azazil (nama kecil Iblis), “Mengapa kau enggan bersujud pada Adam?”, Azazil menjawab, “Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu”. Yang Kuasa bertanya balik,”Kendati kau akan menerima kutukan-Ku?” Azazil menjawab, “Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain. Hamba hanyalah ciptaan”.
Kemudian Azazil bersyair: “Kendati Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk selamanya/aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran ego (manusiawi), pernyataanku berasal dari hati yang tulus, dalam Cinta aku berjaya, bagaimana tidak?” Azazil melanjutkan syairnya: “Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku/ketika tujuan tercapai, kedekatan dan jarak adalah satu, kendati aku ditinggal derita, keadaan itu akan menjadi karibku, jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah? dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan, bagi seorang hamba dengan hati yang benar, bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau?”.
Ribuan kali, Yang Kuasa memerintahkan Azazil bersujud!, tetapi dia tetap enggan, lalu ia bersyair: “Duh Gusti, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu, Kau telah memberikanku pilihan, namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku, jika Kau melarangku dari bersujud, Kau adalah Pelarang, jika aku salah paham, jangan Kau tinggalkan daku, jika Kau menginginkanku bersujud dihadapannya, hamba patuh, namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang Maksud-Mu selain Nuraniku ini” Atas penolakannya, Yang Kuasa menganugerahkan “Anugerah Tinggi” pada Azazil berupa kutukan dan penderitaan. Dengan legowo, tanpa bertanya lagi, tanpa mengeluh, ia menerima Anugerah-Nya yang Tertinggi, sekaligus terberat. Sang Kekasih bertanya, “Tidakkah kau menolak Anugerah-Ku?”. Azazil, sang pencinta sejati menjawab, “Dalam Cinta di sana ada penderitaan, di sana pula ada kesetiaan, dengan begitu, seorang pencinta menjadi sepenuhnya matang, berkat kelembutan dan keadilan Sang Kekasih.”
Klaim Azazil yang mengatakan bahwa ia terbuat dari api dan Adam dari tanah, sehingga ia enggan bersujud, sangat simbolik. Menurut pemahaman saya, sebenarnya Yang Kuasa sedang mengajarkan manusia tentang bahaya ego dan kesombongan akibat kesadaran rendah, di sisi lain Dia mengajari para malaikat tentang devosi murni model Azazil. Di sisi lain lagi, melalui para malaikat, Dia mengajarkan kesalehan pada manusia. Alhasil, sesungguhnya iblis merupakan Guru yang mengajarkan kesalehan pada para malaikat dan para malaikat mengajarkan kesalehan itu pada manusia.
Pada saat yang sama, iblis mempertunjukkan jalan keburukan pada manusia, agar manusia menghindarinya. Tampak bertentangan, ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar. Al-Hallaj mengakui iblis sebagai monoteis sejati, begitu pula “Muhammad“, Sebagaimana iblis, Kanjeng Nabi Muhammad pernah mengalami test serupa. Beliau diperintahkan-Nya,”Lihatlah!”. Beliau tidak bergeming, tidak berputar ke kanan, tidak pula ke kiri (beliau tahu bahwa Dia bersemayam di Dalam Diri). Jangan mengkambinghitamkan iblis atas perilaku buruk kita. Manusia benar-benar mandiri dan bertanggungjawab sendiri untuk memilih jalan yang baik atau buruk. Baik dan buruk hanyalah refleksi Kebenaran. Dan Gusti Allah di atas baik dan buruk, di atas cahaya dan kegelapan. Nur ‘ala nur, Allah itu Cahaya di atas cahaya.
Renungkan syair Azazil berikut: “Duh Gusti, Kau membebaskanku karena selubungku terbuka, Kau membuka selubungku karena Keesaan-Ku, membuatku satu dengan-Mu dari perpisahan, demi Keberadaan-Mu Yang Nyata, aku tak bersalah telah bersekongkol dalam kejahatan, tidak pula menolak nasibku, tidak pula gelisah dengan perubahan yang kualami dan aku bukanlah orang yang membentangkan di hadapan manusia jalan kesesatan!”
No comments:
Post a Comment