Puisi Cinta Ilahi adalah corak dari puisi puisi dari Sufi Ibnu Faridh, Diantara banyak puisi puisi Ibnu Faridh, Puisi cinta ilahi Ibnu Faridh, Abu Yazid al-Busthami, Al Busthomi lah satu yang mengungkapkan ketersingkapan Kolbunya adalah: O Samiri! Roh Makkah adalah rohku; Pujilah andaikan kau ingin bahagiakan aku; Di situ Akrabku dan mi’raj suciku; Maqom Ibrohim tempatku dan di situ tersingkap kalbuku;
Selama di Hijaz Ibn al-Faridh lebih akrab kepada binatang buas daripada manusia, diungkapkan dalam liriknya: Dekatlah cintamu padaku, biar tersambung penghidupanku; Buatelah aku cinta apa yang kau rasa; biar terputus kekeluargaanku; Selewat empat dari empat jauhlah diriku; Masa mudaku, akal budiku, ketentramanku, dan kesehatanku; Jauh dari tanah air pun padang sunyi tenang kunikmati; Binatang buas karibku dan manusia kukasari.
Ketika dia kembali ke Mesir, ia merasa kalbunya tertutup kembali, perasaan sedihnya diungkapkan dalam bait-bait berikut: Wahai penduduk lembahku; bagi pengharap jumpamu keinginan; sampai kolbunya nikmati ketentraman; sejak sirnamau dari pandangan mata; Kukena derita dan ratap penuhi bumi Mesir semata; Andaikan kuingat kalian kucenderung yang seakan; Karena kukuat ingatmu anggur kuminim bagaikan; Dan andaikan harus kulupa masa lalu kalian; Perut penuh dilanda kesakitan.
Tentang Puisi Cinta Ilahi Ibnu Faridh dalam puisi berikut: Rindu itu kehidupan, matilah dalam cinta; Agar bagianmu Kematian dan niscaya diterima. Katanya pula, Dia itulah cinta, terimalah sepenuh hati ; dan rindu tidak mudah tinggal dalam hati; Sebab pilihannya justru dikandungnya; dan akal budipun dia punya; Hiduplah bebas, terhenti darinya itulah derita; Awalnya kesakitan dan akhirnya hilang nyawa; Tapi Kematian yang diwarnai cinta; itu kehidupan yang mengutamakan damba; Dengan ilmu kerinduan kupesan padamu; Bagi penyelisih pilihlah yang menghiasimu; Andaikan kau ingin bahagia, matilah syahid dengan cinta; Bila tidak, cinta banyak pendambanya; Siapa yang tidak mati dalam cinta tidak dimabuknya; Dan tanpa luka lebah pun tidak menggila;
Tentang Fana’ dia berkata, Jangan remehkan Aku andaikan kau tidak fana dalam diri-Ku; Dan kau belum fana andaikan Aku belum tampak olehmu; Tinggalkan seruan cinta atau seru kalbumu ke lainnya; Tolak pula yang membuatmu terpesona; Kehormatan penyatuan dengan-Nya tidak tercapai andaikan nyawa masih ada; Matilah andaikan kau bisa dipercaya; Itulah cinta dan andaikan tidak kaupenuhi hasrat cinta; pilah itu dan hastar-Ku lepas saja.
Katanya pula, Kau hidup dalam-Nya; dan ketika kutinggal dengan-Nya; aku pun jatuh cinta kepada-Nya. Dalam bait yang lain, Tentang paham cinta aku tidak punya; Andaikan ketika kucenderunginya, dari agama pun ketelah menjauhinya; Andaikan terbersit hasrat kalbuku selain-Mu, karena lupa; Murtadku pun nyata; Kau yang kuasai diriku; Maka buatlah sesuai kehendak-Mu; Tiada hasratku kecuali diri-Mu dan bukan dari-Mu. Selanjutnya dia berkata, Sebagai penunjuk Kau memang layak mendudukinya; Kaupun kuasai karena kebaikan telah turun kepada-Mu; Segala hal jatuh kepada-Mu; maka putuskan sesuai kehendak-Mu; Keindahan pun jatuh kepada-Mu; Padukan segera andaikan dalamya berpadu aku dengan-Mu; Dan jadikan itu pengorbananku bagi-Mu; Dan sesuai kehendak-Mu uji aku; Karena dalam ujian-Mu itu ada keridhaan-Mu; Dan masih banyak Puisi Cinta Ilahi Ibnu Faridh yang lain.
No comments:
Post a Comment