Tuesday, May 17, 2016

PUISI CINTA ILAHI IBNU FARIDH YANG MENYENTUH KALBU

Puisi Cinta Ilahi adalah corak dari puisi puisi dari Sufi Ibnu Faridh, Diantara banyak puisi puisi Ibnu Faridh, Puisi cinta ilahi Ibnu Faridh, Abu Yazid al-Busthami, Al Busthomi lah satu yang mengungkapkan ketersingkapan Kolbunya adalah: O Samiri! Roh Makkah adalah rohku; Pujilah andaikan kau ingin bahagiakan aku;  Di situ Akrabku dan mi’raj suciku; Maqom Ibrohim tempatku dan di situ tersingkap kalbuku;

Selama di Hijaz Ibn al-Faridh lebih akrab kepada binatang buas daripada manusia, diungkapkan dalam liriknya: Dekatlah cintamu padaku, biar tersambung penghidupanku; Buatelah aku cinta apa yang kau rasa; biar terputus kekeluargaanku; Selewat empat dari empat jauhlah diriku; Masa mudaku, akal budiku, ketentramanku, dan kesehatanku; Jauh dari tanah air pun padang sunyi tenang kunikmati; Binatang buas karibku dan manusia kukasari.

Ketika dia kembali ke Mesir, ia merasa kalbunya tertutup kembali, perasaan sedihnya diungkapkan dalam bait-bait berikut: Wahai penduduk lembahku; bagi pengharap jumpamu keinginan; sampai kolbunya nikmati ketentraman; sejak sirnamau dari pandangan mata; Kukena derita dan ratap penuhi bumi Mesir semata; Andaikan kuingat kalian kucenderung yang seakan; Karena kukuat ingatmu anggur kuminim bagaikan; Dan andaikan harus kulupa masa lalu kalian; Perut penuh dilanda kesakitan.

Tentang Puisi Cinta Ilahi Ibnu Faridh dalam puisi berikut: Rindu itu kehidupan, matilah dalam cinta; Agar bagianmu Kematian dan niscaya diterima. Katanya pula,  Dia itulah cinta, terimalah sepenuh hati ; dan rindu tidak mudah tinggal dalam hati; Sebab pilihannya justru dikandungnya; dan akal budipun dia punya; Hiduplah bebas, terhenti darinya itulah derita; Awalnya kesakitan dan akhirnya hilang nyawa; Tapi Kematian yang diwarnai cinta; itu kehidupan yang mengutamakan damba; Dengan ilmu kerinduan kupesan padamu; Bagi penyelisih pilihlah yang menghiasimu; Andaikan kau ingin bahagia, matilah syahid dengan cinta; Bila tidak, cinta banyak pendambanya; Siapa yang tidak mati dalam cinta tidak dimabuknya; Dan tanpa luka lebah pun tidak menggila;

Tentang Fana’ dia berkata, Jangan remehkan Aku andaikan kau tidak fana dalam diri-Ku; Dan kau belum fana andaikan Aku belum tampak olehmu; Tinggalkan seruan cinta atau seru kalbumu ke lainnya; Tolak pula yang membuatmu terpesona; Kehormatan penyatuan dengan-Nya tidak tercapai andaikan nyawa masih ada; Matilah andaikan kau bisa dipercaya; Itulah cinta dan andaikan tidak kaupenuhi hasrat cinta; pilah itu dan hastar-Ku lepas saja.

Katanya pula, Kau hidup dalam-Nya; dan ketika kutinggal dengan-Nya; aku pun jatuh cinta kepada-Nya. Dalam bait yang lain, Tentang paham cinta aku tidak punya; Andaikan ketika kucenderunginya, dari agama pun ketelah menjauhinya; Andaikan terbersit hasrat kalbuku selain-Mu, karena lupa; Murtadku pun nyata; Kau yang kuasai diriku; Maka buatlah sesuai kehendak-Mu; Tiada hasratku kecuali diri-Mu dan bukan dari-Mu. Selanjutnya dia berkata, Sebagai  penunjuk Kau memang layak mendudukinya; Kaupun kuasai karena kebaikan telah turun kepada-Mu; Segala hal jatuh kepada-Mu; maka putuskan sesuai kehendak-Mu; Keindahan pun jatuh kepada-Mu; Padukan segera andaikan dalamya berpadu aku dengan-Mu; Dan jadikan itu pengorbananku bagi-Mu; Dan sesuai kehendak-Mu uji aku; Karena dalam ujian-Mu itu ada keridhaan-Mu; Dan masih banyak Puisi Cinta Ilahi Ibnu Faridh yang lain.

No comments:

Post a Comment