JANGAN MEMBUANG-BUANG WAKTU
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, `Aziiz Allah!
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Kariim Allah!
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Subhaan Allah!
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Sulthaan Allah!
Wahai Tuhan kami! Berikanlah kami berkah-Mu dan ampunilah kami, demi kehormatan hamba yang paling Kau Cintai, Sayyidina Muhammad (s)! Wahai manusia! Jangan menyia-nyiakan waktu kalian yang berharga dengan perbuatan yang sia-sia. Berusahalah untuk memiliki sesuatu yang akan memberi kalian kehormatan, kejayaan, kepuasan di dunia dan akhirat. Itu adalah bila kalian menginginkannya! Jika kalian tidak peduli, setiap kutukan akan mengejar kalian, dan kalian akan menderita.
Lindungi kalbu kalian dengan bertasbih. Jika kalian tidak mempedulikannya, begitu banyak setan yang akan mengejar dan mengganggu kalian. Masing-masing berbicara dengan cara yang berbeda-beda dan akan menghunus pedang yang berbeda ke dalam kalbu kalian. Mereka akan mengganggu kalian dengan segala cara dan satu-satunya jalan untuk keluar dari situ adalah dengan bertasbih mengagungkan Tuhan kita. Jangan lupakan hal ini! (Sultan al-Awliya Mawlana Shaykh Nazim Adil an-Naqshbandi).
Lindungi kalbu kalian dengan bertasbih. Jika kalian tidak mempedulikannya, begitu banyak setan yang akan mengejar dan mengganggu kalian. Masing-masing berbicara dengan cara yang berbeda-beda dan akan menghunus pedang yang berbeda ke dalam kalbu kalian. Mereka akan mengganggu kalian dengan segala cara dan satu-satunya jalan untuk keluar dari situ adalah dengan bertasbih mengagungkan Tuhan kita. Jangan lupakan hal ini! (Sultan al-Awliya Mawlana Shaykh Nazim Adil an-Naqshbandi).
FUTUHUL GHAIB KE 44 PETANDA MAQAM RUHANI
Sesungguhnya doa orang yang berpengetahuan ruhani kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tak dikabulkan, dan setiap janji yang dibuat kepadanya tak dipenuhi, agar ia tak hancur kerana keterlalu-optimisan. Sebab setiap keadaan atau maqam ruhani mempunyai ketakutan dan harap. Dengan demikian, orang yang berpengetahuan ruhani mengalami kedekatan dengan-Nya, sehingga ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah. Maka permohonan (sang pengabdi) agar doanya diterima dan janji kepadanya dipenuhi, bertentangan dengan jalan dan keadaannya.
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tak diatasi oleh harapan dan khayal diri melalui rencana tinggi Allah, dan lupa akan kebaikannya dalam penghampirannya kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua, hal itu sama dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Sebab tak satu pun di dunia ini sepenuhnya bebas dari dosa, kecuali para Nabi.
Kerana inilah, Ia tak selalu mengabulkan doanya dan tak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia tak meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat kesyirikan. Tetapi bila doanya selaras dengan perintah, maka hal itu mendekatkan manusia kepada Allah, semisal salat, puasa, kewajiban-kewajiban lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan kepada perintah. (Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani)
Kerana inilah, Ia tak selalu mengabulkan doanya dan tak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia tak meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat kesyirikan. Tetapi bila doanya selaras dengan perintah, maka hal itu mendekatkan manusia kepada Allah, semisal salat, puasa, kewajiban-kewajiban lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan kepada perintah. (Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani)
NASEHAT ZUHUD
“Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah SWT. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanannya.” “Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah SWT. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, karena aku menganggap orang itu hanyalah perantara saja,” (Imam Qutb Irsyad Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad).
No comments:
Post a Comment