Ada pertanyaan: Allah takkan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu mengubahnya. Penjabarannya bagaimana, mohon penjelasan.
Jawaban :
Di dunia ini, tidak ada yang namanya "kebetulan". Semua ini ada yang menjalankan. Lahirnya kita di Indonesia, kita lelaki atau wanita, bahkan bertemunya kita, bukanlah sebuah "kebetulan".
Namun ada yang merencanakan, ada yang menjalankan. Siapakah yang merencanakan, siapakah yang menjalankan? Dialah Allah, Sang Pencipta Segalanya. Yang menciptakan alam semesta, yang menciptakan kejadian2 di dalamnya, semua diciptakan oleh Allah.
Manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Walaupun manusia punya seribu rencana, namun hanya satu yang akan berjalan, rencananya Allah. Manusia punya rencana, Allah pun punya rencana dan yang pasti berjalan adalah rencananya Allah. Oleh karena itu, bila kita memiliki rencana, maka serahkanlah kepada Allah. Terserah Allah bagaimana nantinya.
Misalnya kita punya rencana ingin jadi PNS. Ya jalani aja tahap2 untuk jadi PNS. Jadi PNS atau tidak jadi PNS, itu terserah Allah. Bila Allah punya rencana untuk menjadikan kita sebagai PNS, maka pasti jadi PNS. Bila Allah punya rencana lain, maka kita tidak akan pernah bisa jadi PNS. Pasti Allah punya rencana yang lebih baik untuk kita daripada jadi PNS.
Jangan terobsesi dengan rencana kita, sehingga membebani kita harus mewujudkannya. Buatlah rencana, kerjakanlah rencana, dan hasilnya serahkan kepada rencana Allah. Dan jangan lupa perbaiki ibadah dan berdoa. Minta sama Allah. Karena semua keputusan terjadi atas kehendak Allah.
Dalam surat Ar Ra'du ayat 11, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, sebelum kaum tersebut merubah diri mereka sendiri."
Bila dilihat secara zahir, maka akan ada kepahaman bahawa rencana Allah bergantung kepada rencana manusia. Padahal yang benar adalah, rencana manusia bergantung kepada rencana Allah. Akan ada kepahaman bahawa Allah tidak akan merubah seseorang dari pengangguran menjadi PNS, sebelum seseorang tersebut merubah dirinya sendiri menjadi PNS. Itu artinya, rencana Allah bergantung kepada rencana manusia. Apakah seperti itu?
Bila memang seperti itu, maka siapakah Allah siapakah manusia? Mengapa Allah harus "bergantung" kepada manusia? Siapakah manusia, sehingga Allah harus bergantung kepadanya?
Untuk memahami maksud dari Al-Quran dan Hadits yang sebenarnya, maka diperlukan kitab tafsir Al-Quran atau Syarah Hadits. Untuk memahaminya, tidak cukup hanya dengan mengetahui terjemahan bahasa Arabnya. Namun harus mengetahui bagaimana tafsirnya, tafsir dari ayat tersebut. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang maksud ayat tersebut.
Diwahyukan kepada seorang Nabi dari Bani Israil, "Katakanlah kepada kaummu, bahawa tidaklah penduduk suatu kampung atau rumah yang taat kepada Allah, lalu mereka merubah keadaan mereka sendiri dari taat menjadi maksiat, melainkan Allah pun akan merubah keadaan mereka dari keadaan yang mereka sukai (keadaan bahagia) menjadi keadaan yang mereka benci (keadaan susah). Inilah makna "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, sebelum kaum tersebut merubah diri mereka sendiri."
Sahabat Ali bin Abi Thalib r.a berkhutbah dan menyampaikan hadits Qudsi, "Allah SWT berfirman, 'Demi kemuliaan, keagungan, dan ketinggian-Ku. Tidaklah suatu penduduk kampung dan penghuni rumah, yang mana mereka bermaksiat kepada-Ku, lalu mereka merubah diri mereka dari maksiat menjadi taat kepada-Ku, melainkan Aku pun akan merubah mereka dari keadaan yang mereka benci (keadaan susah) menjadi keadaan yang mereka sukai (keadaan senang).
Jadi, maksud dari "merubah" adalah merubah keadaan kita dari maksiat menjadi taat. Bila kita telah merubah keadaan kita, dari maksiat menjadi taat, maka Allah pun akan merubah kehidupan kita, dari kehidupan yang susah menjadi kehidupan yang senang. Dan bila kita melakukan sebaliknya, yakni dari taat menjadi maksiat, maka Allah pun akan berbuat yang sebaliknya juga, yakni merubah kehidupan kita, dari senang menjadi susah. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment