Teknis Mengganti Solat Yang Ditinggalkan Selama Bertahun-tahun. Solat lima waktu adalah kewajiban asasi setiap manusia. Di akhirat nanti urusan solat lima waktu ini adalah pertanyaan yang paling awal disampaikan. Apabila solat lima waktu ini ditinggalkan, baik dengan sengaja atau tidak sengaja, dan bukan dengan uzur syar’i, maka hukumannya amat berat.
Selain 4 orang yaitu wanita haidh atau nifas, anak kecil yang belum baligh, orang gila dan orang kafir, maka tidak ada satupun manusia yang terbebas dari kewajiban solat. Entah solat itu dikerjakan pada waktunya, ataupun waktu solat itu sudah terlewat, tetap saja kewajiban solatnya menjadi hutang yang akan ditagih di hari kiamat nanti.
Para ulama sudah sampai tingkat ijma’ bahawa kewajiban solat itu tidak gugur dengan alasan apapun, kecuali bagi keempat kelompok di atas.
Teknis Penggantian Solat
Dalam hal teknis penggantian, sebenarnya aturannya sederhana sekali. Intinya cuma ada tiga prinsip mendasar, yaitu masalah jenis solat, waktu penggantian dan jumlah penggantian.
1). Jenis Solatnya Sesuai.
Lakukanlah solat penggantian sesuai dengan jenis solat yang ditinggalkan. Bila Anda meninggalkan solat subuh, maka solat penggantinya juga harus solat subuh. Tidak bisa dan tidak sah kalau diganti dengan solat zhuhur, Ashar, Maghrib atau solat Dhuha. Prinsipnya solat pengganti harus solat yang sama. Bahkan meski diganti dengan solat yang sama-sama wajib sekalipun, tetap saja tidak sah. Apalagi bila diganti dengan jenis solat yang lebih rendah, tentu saja tidak dibenarkan. Yang lebih parah lagi, ada orang yang berijtihad keliru dengan mengatakan bahawa solat fardhu lima waktu cukup diganti dengan zikir, sedekah atau amal shalih.
2). Waktu Penggantian.
Waktu untuk melakukan penggantian solat ini sebenarnya bebas tanpa aturan. Sehingga solat penggantian ini bisa dilakukan bila saja, tanpa harus terikat dengan waktu-waktu khusus. Memang ada sebahagian kalangan yang menyarankan agar waktu penggantian disesuaikan dengan waktu solat yang ditinggalkan. Misalnya untuk mengganti solat Maghrib maka lakukan pada waktu Maghrib. Untuk mengganti solat Subuh lakukan penggantiannya di waktu Subuh. Sebenarnya ini cuma saran untuk memudahkan, tetapi ini bukan ketentuan baku. Buktinya justru Rasulullah SAW sendiri malah tidak melakukannya. Beliau mengganti solat yang terlewat justru bukan di waktu solat itu.
Ketika beliau meninggalkan 4 waktu solat, yaitu zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ dalam peristiwa perang Khandaq di tahun kelima hijriyah, penggantiannya justru dilakukan pada tengah malam. Bahkan beliau melakukan penggantian itu dengan berjamaah, tanpa menunggul waktunya sesuai dengan solat yang ditinggalkan.
Dan tatkala beliau dan para shahabat kesiangan solat Subuh sepulang dari Perang Khaibar di tahun keenam hijriyah, maka penggantian solat Subuh itu dilakukan di waktu Dhuha. Beliau tidak mengganti solat Subuh di waktu Subuh. Kesimpulannya, waktu untuk melakukan solat penggantian tidak ada ketentuannya dan boleh dikerjakan bila saja.
3). Jumlah Solatnya Sesuai.
Jumlah solat pengganti harus sesuai dengan jumlah solat yang ditinggalkan. Prinsip ini sangat masuk akal dan logis. Orang yang berhutang 1 juta maka wajib mengganti 1 juta. Maka hutang solat lima waktu dalam sehari semalam, maka wajib diganti dengan solat yang sama sebanyak solat yang ditinggalkan dalam sehari semalam.
Yang seringkai jadi masalah, ada sementara orang yang sampai lupa berapa kali meninggalkan solat. Mungkin sebabnya boleh jadi selama ini dia berpikir bahawa solat yang ditinggalkan itu tidak perlu diganti. Tentu pemikiran ini termasuk pemikiran sesat dan menyesatkan. Entah siapa yang awalnya berfatwa macam ini, yang jelas jumhur ulama 4 mazhab semua sepakat bahawa solat yang ditinggalkan wajib diganti.
Maka dalam hal ini yang diperlukan adalah melakukan penaksiran atau appraisal. Dalam dunia perbankan cara appraisal ini adalah suatu penaksiran harga pasar terhadap jaminan, yang mana akan digunakan oleh Bank sebagai harga jaminan.
Sedangkan kalau pakai bahasa syariah, yang harus dilakukan adalah muhasabah, sebagaimana perintah Umar bin Al-Khattab r.a:
Hitung-hitunglah dirimu sendiri dulu sebelum nanti kamu dihitung. Dan timbang-timbanglah amal dirimu sendiri dulu sebelum nanti amal kamu ditimbang. (HR. At-Tirmizi)
Kalau dosa atau maksiat biasa, tentu agak sulit untuk menghitungnya. Karena dosa dan maksiat itu tidak berupa suatu bentuk pekerjaan yang utuh yang bisa dihitung jumlahnya. Lain halnya dengan solat, solat itu berwujud suatu ibadah yang bisa dihitung jumlahnya. Maka ketika seseorang meninggalkan solat, khususnya solat lima waktu, sesungguhnya mudah sekali untuk menghitungnya.
Maka coba perhitungkan kira-kira berapa kali Anda pernah meninggalkan solat lima waktu selama dalam perjalanan hidup ini, setidaknya sejak awal mulai baligh dan wajib mengerjakan solat. Tapi jangan dijawab dengan,”Wah, banyak sekali dan tidak terhitung”.
Jawaban model ini adalah jawaban orang yang tidak berniat mau mengganti solat. Atau setidaknya itu adalah jawaban khas orang-orang yang aslinya memang tidak mau solat. Memang dasarnya malas dan ogah solat, pada waktunya saja sudah tidak solat, apalagi bicara penggantiannya, tentu saja sudah malas-masalan untuk menghitungnya. Dan itu adalah ciri orang munafik sebagaimana firman Allah SWT :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى
الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk solat mereka berdiri dengan malas. (QS. An-Nisa’ : 142)
Hitung saja usia Anda sekarang ini berapa, lalu kurangi pada usia berapa Anda pertama kali memasuki usia baligh. Itu modal hitungan dasarnya. Misalnya saat ini Anda berusia 40 tahun dan pertama kali balligh di usia 15 tahun. Berarti Anda cuma tinggal menguranginya saja, 40-15=25 tahun.
Apakah selama 25 tahun itu Anda tidak pernah solat sama sekali? Tentu saja Anda pernah solat. Berapa kira-kira perbandingan antara solat dengan tidak solat? Adakah tidak solatnya sampai 50 %? Ataukah tidak solatnya di bawah itu, misalnya 40%, 30%, 20% atau 10%?
Silahkan dihitung-hitung dan ditimbang-timbang sendiri. Karena cuma Anda dan Allah SWT saja yang tahu. Dalam hal ini Anda boleh saja curang, itu hak Anda. Bahkan Anda boleh bilang bahawa sama sekali tidak punya hutang. Toh nanti curang atau tidak curang itu akan dibuktikan di akhirat. Tentu saja para malaikan punya catatan solat Anda sepanjang hidup.
Anggaplah Anda jujur dan yakin sekali bahawa jumlah solat yang ditinggalkan cuma 10% saja. Itu berarti 2,5 tahun alias 365 hari x 2,5 tahun = 913,5 hari. Kita bulatkan menjadi 915 hari. Dalam sehari ada 5 waktu yaitu zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.
Maka jumlah solat yang wajib Anda ganti langsung ditemukan, yaitu 915 hari atau 4.565 kali solat. Tentu saja Anda tidak mungkin menggantinya sekaligus dalam sehari. Mungkin Anda butuh waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu lamanya untuk mengerjakan semuanya.
Oleh karena itulah solat ini bisa dilaksanakan secara bertahap alias dicicil, sebagaimana kita mencicil pembelian sepeda motor, mobil, rumah, tanah dan lainnya.
Progress Report
Biar proses cicilan ini tertib ada baiknya juga untuk membuat pencatatan atau semacam progress report, biar kita tidak lupa berapa yang sudah lunas dan berapa yang belum lunas. Maka Anda bisa membuat logs seperti berikut ini:
Pada kolom ‘Hari Ke’ Anda bisa meneruskannya sampai nomor 916 sesuai dengan jumlah hutang solat Anda dalam satuan hari. Dan lakukan pencicilan dengan serius, rajin, aktif tapi juga sabar dan realistis. Jangan sampai semangat bayar cicilan cuma di awalnya saja, setelah bosen terus lupa. Selain itu perlu kesabaran dalam mencicil, jangan terlalu terburu-buru juga, karena hanya akan membuat Anda bosan dan patah semangat.
Selain itu memang harus realistis juga. Tidak mungkin 900-an hari hutang solat mau dibayar dalam sehari, itu tidak realistis. Kalau dibayar ngebut dalam jangka waktu sebulan atau dua bulan mungkin masih masuk akal.
No comments:
Post a Comment