Allah s.w.t. berfirman:
وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰـكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat, [QS. Al-Waqi'ah: Ayat 85]
Tafsir al-Jailani menyebut: {{ وَنَحْنُ }} [Dan Kami] pada saat itu {{ اَقْرَبُ اِلَيْهِ}} [lebih dekat kepadanya] maksudnya, kepada orang yang sedang sekarat itu {{ مِنْكُمْ}} [daripada kalian] dan Kami lebih mengetahui keadaan serta kesibukannya. Tapi kedekatan Kami dengannya itu bukan kedekatan berupa inkarnasi (hulûl), dan bukan pula berupa penyatuan manunggal (ittihâd), melainkan kedekatan Pemilik Bayangan kepada bayangan-Nya, atau Pemilik Rupa dengan rupa yang terpantul di depan cermin, {{ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ}} [tetapi kalian tidak melihat {85}] kalian berada dekat, tetapi tidak kepadanya dan tidak pula kepada diri kalian sendiri, wahai orang-orang yang terhijab dan terhalang. Kalian juga tidak mengetahui malapetaka apa yang terjadi pada diri orang itu.
Dan Allah s.w.t berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۚ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, [QS. Qaf: Ayat 16]
Tafsir al-Jailani menyebut: {{وَ}} [Dan] singkatnya, {{لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ}} [sungguh, Kami telah menciptakan manusia] dan Kami munculkan mereka dari Ruang Kehampaan {{وَ}} [dan] Kami {{نَعْلَمُ}} [mengetahui] darinya, pada saat itu {{ مَا تُوَسْوِسُ}} [apa-apa yang dibisikkan] yang disampaikan {{ بِهٖ نَفْسُهٗ}} [oleh hatinya] terbersit dalam hatinya saat ini, dalam bentuk berbagai macam ilusi dan khayalan yang batil yang muncul sesuai dengan nasut-nya, yang terikat oleh rantai bentuk-bentuk dan belenggu kebiasaan yang diwarisi dari pikiran rancu yang bercampur dengan ilusi dungu {{وَ}} [dan] bagaimana mungkin Kami tidak mengetahui bisikan jiwanya, padahal {{نَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ}} [Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher {16}] maksudnya, urat lehernya.
Ini adalah perumpamaan kedekatan yang ekstrem. Kerana orang-orang sering berkata "Kematian lebih dekat kepadaku daripada urat leherku" (al-maut adnâ lî min al-warîd). Dalam ayat ini Allah menambahkan kata "habl" untuk menjelaskan "urat leher”. Singkatnya: Kami lebih dekat kepadanya daripada itu. Dua urat leher (warîdâni) adalah dua urat yang ada di bahagian depan kepala yang terulur memanjang dari ujung leher dan melekat di punggung terus memanjang sampai ujung badan. Dua urat itulah yang menjadi penggerak tubuh sehingga tubuh bergantung pada keduanya kerana itulah bahagian terkuat dari bangunan tubuh (haikal) manusia.
Singkatnya, Kami, disebabkan ruh yang telah dihembuskan ke dalam tubuh manusia dari Alam Lahut, menjadi lebih dekat dengannya dari nasut-nya. Tapi kedekatan Kami itu BUKAN kedekatan jarak, dan BUKAN pula terjadi melalui perpaduan, penyatuan (ittihad), inkarnasi (hulûl), dan percampuran, melainkan seperti terjadinya bayangan dan pantulan cermin. Inilah bentuk kedekatan yang sangat antara al-Haqq dengan manusia yang menunjukkan kesempurnaan kemeliputan Allah terhadap hamba-Nya. Allah menugaskan beberapa malaikat penjaga untuk mengawasi segala keadaan hamba-hamba-Nya, sebagai hujah bagi mereka di saat nanti hujah itu diperlukan di Hari Kiamat. (Tn Syeikh Haji Alias asy-Syattari).
No comments:
Post a Comment