DUNIA adalah FITNAH dan MENYIBUKKAN, kecuali yang mengambilnya dengan niat kebaikan akhirat. Apabila niatnya benar dalam mengolah dunia, maka dunia akan bernilai bagi akhirat. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Abu ridho, pelayannya, meriwayatkan, “Dalam suatu kesempatan Syaikh Abdul Qodir berbicara tentang roh. Ditengah penjelasan beliau diam, duduk dan kemudian bangkit kembali seraya bersenandung, Rohku telah diciptakan dengan hikmah dalam ke-qadiman, sebelum ia mewujud, ketika ia dalam ketiadaan. Sekarang, bukankah suatu kebaikan setelah aku mengenal kalian lalu aku pindahkan kakiku dari jalan hawa kalian.
Di lain riwayat, Abu Ridho bercerita, “Suatu hari beliau menjelaskan tentang cinta. Tiba-tiba beliau bangkit dan diam. Lalu beliau berkata, “Aku tidak akan berbicara kecuali dengan 100 dinar”. Orang-orang pun menyerahkan apa yang beliau minta. Kemudian beliau memanggilku dan berkata, “Pergilah engkau ke pekuburan Syuniziyah dan cari seorang Syaikh yang sedang bermain-main dengan kayu lalu berikan emas ini kepadanya dan bawa dia kepadaku”. Aku pun pergi dan menemukan Syaikh yang beliau maksud sedang berdiri dan memain-mainkan tongkat kayu. Aku pun mengucapkan salam dan menyerahkan emas tersebut kepadanya. Dia berteriak dan jatuh pingsan. Saat beliau sadar, aku berkata kepadanya, “Syaikh, Syaikh Abdul Qodir ingin bertemu denganmu”
Beliau kemudian mengikuti menemui Syaikh Abdul Qodir. Setibanya disana, Syaikh Abdul Qodir memberi perintah untuk menaikkan di kursi tempat beliau mengajar dan meminta orang tersebut untuk menceritakan kisahnya. Dia berkata, “Tuanku, sewaktu masih muda aku adalah seorang penyanyi bagus yang dikenal banyak orang. Tapi setelah tua, tidak ada seorang pun yang memperhatikan aku. Aku pergi dari Baghdad dan berkata dalam hati, “Aku tidak akan menyanyi kecuali untuk yang mati”. Saat aku mengelilingi pekuburan ini, aku duduk disalah satu kuburan yang ternyata telah terbelah dan nampak kepala mayat yang ada didalamnya. Mayat tersebut berkata kepadaku, “Mengapa engkau menyanyi untuk orang-orang mati, bernyanyilah untuk Sang Maha Hidup sekali maka DIA akan memberikan kepadamu apa yang engkau inginkan”. Aku pun jatuh pingsan. Kemudian setelah sadar aku berkata:
Tuhanku, aku persiapkan apa yang kumiliki tuk hari pertemuan dengan-MU, kecuali pengharapan hati dan ucapan mulutku. Memang, sudah asalnya para pengharap mengharapkan harapan dan mereka akan bersedih apabila ENGKAU menolaknya. Jika hanya segolongan muhsin yang boleh mengharap kepada-MU, lalu kepada siapa si pendosa berlindung dan melarikan diri. Ubanku membuatku jelek dihari penghabisan dan perjumpaan dengan-MU, semoga engkau menyelamatkan aku dari apiku.
Saat aku berdiri, pelayan anda datang membawakan emas ini”. Sambil mematahkan tongkat kayu yang ada ditangannya dia berkata, “Sekarang aku bertobat kepada Allah” Usai mendengarkan kisah tersebut, Syaikh Abdul Qodir berkata, “Ya fuqara, jika kejujuran (Ash-Shidq) orang ini terhadap sesuatu yang sia-sia saja menyebabkannya memperoleh apa yang dia inginkan apalagi dengan para sufi yang bersungguh-sungguh dalam kesufian, ahwal dan thariqahnya”. Kemudian beliau melanjutkan, “Hendaknya kalian berlaku jujur dan bersih hati. Tanpa keduanya, tidak mungkin seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Apakah kalian tidak mendengar firman Allah, “Jika berbicara hendaklah kalian berkata jujur”.
Saat beliau meminta 100 dinar, ada 40 orang mengantar jumlah yang sama kepada beliau. Beliau hanya mengambil dari satu orang. Dan setelah orang ini bertobat, sisa dari uang pemberian tersebut beliau bagikan kepada orang-orang. Peristiwa hari itu menyebabkan 5 orang meninggal dunia” (Mungkin karena terkejut dengan keagungan Allah) (Mahkota Para Aulia, 2005).
No comments:
Post a Comment