Telah sangat banyak penjelasan Rasulullah SAW. Tentang kisah Ash-habul Ukhdud (Para Pembuat Parit) sehingga menjadi informasi tambahan dan memperkuat akan segala yang terdapat dalam Al-Quran.
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, (QS. Al Buruuj: 1-8)
Berhubungan dengan kisah Ash-habul Ukhdud (Para Pembuat Parit), Muslim meriwayatkan dalam kitab sahihnya dari Suhaib bin ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: “Dulu sebelum kamu, ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah tua, berkatalah ia kepada raja, ‘Aku sudah tua, utuslah kepadaku seorang anak muda yang akan aku ajarkan padanya ilmu sihirku.’ Maka raja itu mengutus seorang pemuda untuk diajarkan padanya sihir".
Di jalan yang sering di lewati pemuda itu ada seorang rahib. Pemuda itu pun duduk dengannya, mendengarkan perkataannya dan mengaguminya. Setiap akan mendatangi tukang sihir, sipemuda selalu melewati rahib itu dan selalu duduk dengannya. namun jika tukang sihir itu mengetahui, sipemuda dipukul oleh tukang sihir itu.
Atas kejadian itu, sipemuda mengadu pada rahib dan rahib berkata padanya, Apabila engkau takut pada tukang sihir itu katakanlah, “Keluargaku menahanku, dan apabila kamu takut pada keluargamu maka katakanlah, ‘tukang sihir itu telah menahanku.”
Setelah beberapa lama keadaan itu berlangsung, suatu hari ada binatang besar yang membuat manusia menjadi takut. Pemuda itupun berkata, “Hari ini aku akan mengetahui manakah yang lebih utama, tukang sihir ataukah rahib.’ Selanjutnya sipemuda mengambil batu dan berkata, ‘Ya Allah, seandainya rahib itu lebih Engkau cintai daripada tukang sihir maka bunuhlah binatang ini sehingga manusia bisa lewat dan selamat.’ Kemudian dia melempar binatang itu dengan batu dan dan binatang itupun mati. Akhirnya lewatlah manusia dari tempat itu selamat.
Sipemuda menceritakan segala peristiwa itu kepada rahib. Lalu rahib berkata, ‘Hari ini engkau lebih utama daripadaku. Aku melihat engkau telah mencapai ilmu yang tinggi, dan engkau akan diuji maka jika engkau diuji jangan engkau tunjukkan padaku.’
Akhirnya, pada hari-hari selanjutnya pemuda itu dapat menyembuhkan orang buta (buta sejak lahir) menyembuhkan kusta dan berbagai penyakit lain. Suatu ketika, berita keahlian pemuda ini sampai pada menteri raja yang kedua matanya telah buta. Menteri datang pada pemuda itu dengan membawa hadiah yang besar dan berkata: ‘Ini semua untukmu jika kamu dapat menyembuhkanku!’ Pemuda itu Berkata, ‘Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang, yang menyembuhkan hanyalah Allah. Bila kamu beriman kepada Allah dan berdoa pada-Nya maka Allah akan menyembuhkanmu.’ Akhirnya berimanlah menteri itu dan Allah memberi kesembuhan pada nya.
Selanjutnya, pada hari seperti biasanya menteri datang pada raja dan duduk di sampingnya. Raja berkata, ‘Siapa yang telah mengembalikan penglihatanmu?’ ia menjawab, ‘Tuhanku.’ Raja berkata lagi, ‘Kamu mempunyai Tuhan selain aku?’aia menjawab lagi, ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.’
Setelah itu raja marah dan menyiksanya hingga menteri itu menunjukkan si pemuda. Lalu Raja memanggil sipemuda dan berkata padanya, ‘Hai anakku, sungguh telah termahsyur sihirmu. Engkau dapat menyembuhkan yang buta, kusta dan sebagainya.’ Pemuda menjawab: ‘Aku tak dapat menyembuhkan siapapun, Allahlah yang menyembuhkan mereka.’
Kemudian raja kembali menyiksa sipemuda hingga ia menunjukkan si rahib. Lalu dipanggillah rahib. Lalu raja berkata padanya, ‘Kembalilah engkau dari agamamu.’ Tapi rahib menolak. Raja menjadi marah. dimintanya gergaji lalu langsung ia membelah kepala rahib hingga mati.
Kemudian didatangkannya lagi menteri raja, dikatakan padanya, ‘Kembalilah dari agamamu.’ Tapi menteri menolak dan nasibnya pun sama seperti si rahib.
Setelah berbagai kejadian itu terjadi, kembali raja memanggil sipemuda dan dikatakan padanya, ‘Kembalilah kamu dari agamamu.’ tapi sipemuda tetap menolak.
Lalu raja memanggil orang-orangnya dan berkata, ‘Pergilah kalian dengan pemuda ini ke gunung anu, dan naiklah dengannya. jika kalian telah tiba pada puncaknya dan dia kembali dari agamanya kembalilah, namun jika tidak lemparkanlah dia.’ Si pemuda berdoa, ‘Ya Allah, peliharalah aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.’ Lalu berguncanglah gunung itu hingga mereka semua jatuh kecuali pemuda itu.
Selanjutnya si pemuda kembali pada raja. Berkata raja, ‘Apa yang terjadi pada orang-orangku? Dia menjawab, ‘Allah telah memeliharaku dari mereka.’
Lalu kembali raja menyerahkannya sipemuda pada sekelompok yang lain dan berkata, ‘Pergilah kalian dengannya dan bawalah dia dalam perahu kecil kemudian pergilah kalian ke tengah laut. Apabila dia tidak mau kembali dari agamanya, lemparkanlah dia.’ Kemudian pergilah mereka dengannya. Pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, peliharalah aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.’ Perahu itu lalu terbalik dan mereka semua tenggelam. Kecuali hanya sipemuda yang selamat.
Kemudian sipemuda kembali lagi pada raja dan raja kembali berkata: apa yang telah engkau lakukan terhadap orang-orangku? Sipemuda menjawab: ‘Allah telah memeliharaku dari mereka.’
Selanjutnya si pemuda itu berkata lagi, ‘Engkau tidak akan bisa membunuhku kecuali jika mengikuti perintahku!’ raja berkata, ‘Perintah apakah itu?’ sipemuda berkata, ‘Kumpulkanlah seluruh manusia di satu lapangan yang besar kemudian saliblah aku pada sebatang pohon, kemudian ambilkan panah dan pasangkan pada busurnya serta katakanlah, ‘Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini!’ kemudian panahlah aku. Hanya dengan itu engkau dapat membunuhku!’
Kemudian raja mengumpulkan manusia pada suatu lapangan yang luas. Lalu raja menyalip sipemuda itu pada sebatang pohon, diambilkannya anak panah beserta busur lalu raja berkata: ‘Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini,’ anak panahpun lalu melesat kearah pemuda itu. Anak panah itu mengenai pelipisnya, si pemuda memegang pelipisnya lalu ia pun mati.
Setelah peristiwa itu terjadi, orang-orang lalu berkata, ‘Kami beriman pada Tuhan pemuda ini, kami beriman pada Tuhan pemuda ini, kami beriman pada Tuhan pemuda ini!’
Lalu datanglah seseorang menghadap raja dengan berkata, ‘Tidakkah kau lihat apa yang engkau takutkan? Sungguh, apa yang engkau takutkan telah terjadi, manusia telah beriman.’
Lalu raja memerintahkan untuk menggali parit di tepi jalan dan dinyalakan di dalamnya api yang besar, kemudian ia berkata, ‘Siapa yang tidak kembali dari agamanya, akan dilemparkan pada lubang ini.’ Atau dikatakan, ‘Hinakanlah!’ Maka mereka mengerjakannya.
Hingga datanglah seorang ibu dengan membawa bayinya. Ibu itu berdiri di hadapan parit api, namun suatu keanehan terjadi, bayi itu berkata, ‘Wahai ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau ada dalam kebenaran.” (Shahih Muslim).
Sumber: Sumber: Buku Kisah-Kisah Al’Qur’an, Pelajaran dari Orang-Orang Terdahulu (Jilid-3), DR. Shalah Al-Khalidy, Penerbit: Gema Insani Press. [Syahida.com/ANW]
No comments:
Post a Comment