Ada beberapa cara untuk mengenali sesuatu, diantaranya dengan mengenali kebalikannya. Demikian pula dengan istiqamah, termasuk jalan-jalan untuk menuju ke sana.Kita dapat mengidentifikasinya dengan mencoba meneliti kebalikannya, yakni apa yang membuat orang gagal untuk istiqamah.
Para ulama telah menulis banyak karya yang mengulas kedua sisi ini sekaligus. Sebagian mereka berfokus menguraikan jalan-jalan menuju keistiqamahan,dan sebagian lagi mengulas penyebab-penyebab seseorang terjatuh dalam kondisi sebaliknya. Al-Hafizh Ibnul Jauzi menyusun kitab Talbis Iblis dimana di dalamnya beliau menulis trik-trik yang biasa dipakai setan untuk menggelincirkan Bani Adam.
Hujjatul Islam al-Ghazali menulis risalah Ashnaful Maghrurin yang menganalisis tipuan-tipuan iblis terhadap setiap kelompok manusia. Adapun di antara karya modern yang mirip dengannya adalah Min Akhbaril Muntakisin (kisah orang-orang yang berbalik haluan), disusun Shalih bin Muqbil al-‘Ashimi. Berikut ini adalah beberapa penyebab kegagalan dalam meniti keistiqamahan. Dan kegagalan kegagalan ini kita bisa menemukan kiat agar bisa beristiqamah.
TIDAK MEMPERHATIKAN PENTINGNYA DOA
Ketika menafsirkan surah Hud: 112, Imam al-Qurthubi menukil pernyataan As-Suddi, bahwa yang Dirnaksud dengan istaqim adalah "mintalah dan mohonlah keteguhan beragama (al-iqamah 'ala ad-diin) kepada ALLAH SWT. Di sini,tambahan alif-sin-ta' pada kata "istaqim" dimaknai seperti "istaghfir"yang artinya minta ampun.
Doa memiliki kekuatan yang tak terhingga, sebab ia terhubung langsung kepada Allah SWT Sang Pemilik kekuatan sejati. Rasulullah SAW sendiri sangat sering mengulang-ulang doa ini: "Wahai Zat yang membolakbalikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu”. Dalam shalat, kita pun diingatkan untuk memohon shirathal mustaqim (jalan lurus), yakni di penghujung surah al-Fatihah. Maka, bila seseorang lalai memohon keistiqamahan kepada Allah SWT. ia berada dalam bahaya yang entah kapan mendatanginya.
KALAH OLEH BUJUK RAYU SYAHWAT
Rasulullah SAW menegaskan, "Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka itu dikelilingi hal-hal yang menarik syahwat." (Riwayat Muslim dari Anas). Menurut Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (XVII/165), Hadits ini menunjukkan bahwa surga tidak bisa dicapai kecuali dengan melewati hal-hal berat, sulit dan tidak menyenangkan seperti bersungguhsungguh dan kontinyu dalam beribadah, bersabar melakoni kesulitan-kesulitannya, menahan amarah, memaafkan, santun, bersedekah,dan lain-lain.
Sebaliknya, pintu neraka akan terbuka manakala syahwat-syahwat yang mengelilinginya diterjang. Hanya saja, sudah menjadi tabiat manusia untuk tertarik kepada syahwat nafsunya (Ali Imran [3]: 14), padahal nafsu suka mendorong kepada keburukan (Yusuf [12]: 53). Oleh karenanya, setiap kali seseorang mengalah kepada bujukan syahwatnya, jalan-jalan menuju keistiqamahan pun menjadi suram baginya, bahkan gelap dan tidak dikenali lagi.
MALAS DAN TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH
Allah SWT menggambarkan salah satu sifat Adam dalam Al-Qur' an, yang pada hakikatnya juga menjadi sifat anak cucunya: Yang artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (Thaha [20]: 115).
Di antara kecenderungan laten dalam jiwa manusia adalah bersantai dan mencari enaknya saja. Inilah yang mendorongnya untuk malas menempuh jalan-jalan yang sukar, padahal sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya surga itu dikeliling hal-hal yang berat dan tidak menyenangkan.
Oleh karenanya pula, Rasulullah SAW sangat sering memohon perlindungan kepada Allah ~ dari empat hal, yaitu malas, pengecut, pikun, dan pelit (Riwayat al Bukhari, dari Anas). Sebab, manakala kemalasan telah mendorninasi seseorang, hal-hal paling ringan dan mudah sekalipun akan menjadi mustahil untuk ditunaikan.
ISTI'JAL DAN TATHARRUF
Meniti jalan Allah SWT tidak pernah mulus. Sudah menjadi ketentuan Allah SWT bahwa setiap pernyataan iman akan disertai ujian-ujian (Al-'Ankabut [29]: 2-3). Disaat lain, jiwa manusia memiliki tabiat untuk tergesa-gesa,mudah bosan, gampang terpengaruh situasi, dan bahkan berputus asa (al-Isra' [17]: 11 & 68; Al-Ma'arij [70]: 1921;Hud [11]: 9-10; Al-Hajj [22]: 66). Akibatnya, banyak manusia yang tidak sanggup bersabar dan menginginkan hasil cepat (istijal), sehingga tindakan-tindakannya pun menjadi ekstrim (tatharruj).
Oleh karenanya, Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya agar bersikap pertengahan, tidak berlebihan, dan bersabar meniti proses yang diminta. Setiap kali kita menaikkan amal melebihi takaran yang wajar, kita pasti kalah dan futur. Beliau juga menunjukkan bahwa amal saleh yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang paling kontinyu, meskipun kadarnya hanya sedikit (Riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari 'Aisyah). Alhasil, jika seseorang beramal dengan disertai sikap ekstrim dan terburu-buru, hampir dipastikan ia akan terjerat dalam kejenuhan dan kelelahan. Akhirnya, ia justru beralih ke dalam kondisi kosong dari amal saleh sama sekali. Pada saat ini, jika tidak terjerumus ke dalam maksiat, kemungkinan besar ia akan berkubang dalam hal yang sia-sia meski tidak termasuk dosa.
KALAH OLEH PENGARUH LINGKUNGAN (YANG BURUK)
Tekanan lingkungan bisa datang dari lingkaran Keluarga batih, keluarga besar, tetangga, rekan kerja, bergaul, dan lain-lain. Ada sebagian orang yang meninggalkan jalan iman dan amal saleh setelah menikah, atau ketika mulai bekerja dan masuk pada lingkungan tertentu. Begitu pula sebaliknya, ada sebagian orang yang menemukan jalan hidayah berkat orang-orang disekitarnya.Oleh karenanya, dalam Islam diajarkan konsep hijrah. Kita juga diajari untuk memilih orang-orang saleh dan bertakwa untuk dijadikan teman, pasangan hidup, mitra kerja, guru, dan sebagainya.
Manakala seseorang tidak bisa lagi menegakkan diennya di suatu lingkungan tertentu, dan bahkan agamanya terancam rusak, Allah SWT memberinya pilihan untuk lari menyelamatkan imannya. Allah SWT bahkan mencela orang-orang yang enggan berhijrah padahal mampu, sementara agama mereka berada dalam bahaya (An-Nisa'[4]: 97-99). Rasulullah SAW juga mencela sikap plin-plan dan tak berpendirian, kalah oleh lingkungan, tidak beramar ma'ruf nahi munkar meski dalam kadar paling ringan sekalipun. Diriwayatkan bahwa beliau bersabda: "janganlah kalian menjadi orang yang plin-plan." (Riwayat at-Tirmidzi dari Hudzaifah; Hadits hasan-gharib).
TIDAK WARA' DAN ZUHUD
Di antara penolong terbesar untuk mengokohkan hati menghadapi gempuran syahwat, godaan setan, dan lelahnya perjalanan iman adalah memakan makanan yang halal clan bersikap zuhud dalam kehidupan dunia. Setiap kali seseorang memasukkan makanan yang haram ke dalam dirinya, maka ia akan memberi pengaruh negatif terhadap daya tahan jiwanya dalam ketaatan. Segala yang haram pasti merusak kenikmatan berislam; baik haram dari segi zatnya maupun sumber pendapatannya. Makanan haram menjadikan tubuh memberontak bila diajak menaati Allah SWT sebaliknya akan menurut ketika dibawa bermaksiat. Sahl al-Tustari berkata, "Siapa memakan yang haram niscaya organorgan tubuhnya akan bermaksiat, entah dia mau atau tidak, tahu atau tidak." (Ihya' 'Ulumiddin, II/91).
Begitu pula ketika seseorang mulai tergila-gila oleh dunia dan tidak zuhud, maka agamanya berada di tepi jurang kebinasaan. Bukankah kegilaan kepada harta, tahta, dan lawan jenis yang telah menceburkan banyak orang dalam rentetan penipuan, rnenghalalkan segala cara, memfitnah, berbohong, ingkar janji, bahkan membunuh, berzina, dan aneka dosa besar lainnya?
ENGGAN BERMUHASABAH DAN MENOLAK NASEHAT
Tidak ada manusia yang sempurna dan bebas dari cacat, sehingga kita dianjurkan untuk mengintrospeksi diri, hidup berjamaah,dan saling menasehati satu sama lain. Hanya Iblis yang merasa dirinya hebat dan kemudian menolak saran kebailkan, sehingga dilaknat oleh Allah SWT Untuk itulah kita dinasehati oleh Allah SWT dalam surah Al-'Ashr. Wallahu a'lam bis-shawab.
No comments:
Post a Comment