Assalamu’alaikum WRH wbkt A’uzubillah. Bismillah. Maulana mengatakan bahwa kita hidup di dunia yang penuh dengan kemungkinan, dunia di mana semuanya terjadi untuk sebuah alasan dan kerana sebuah alasan, hukum sebab dan akibat. Itu adalah salah satu karakteristik dari kehidupan di dunia yang benar-benar berbeda dengan karakteristik alam surgawi. Di dalam kehidupan ini, Allah menempatkan pilihan di hadapan kita. Kita harus membuat pilihan yang tepat untuk memperoleh manfaat dari kehidupan ini. Maulana mengatakan ibarat sebuah meja besar yang dipenuhi dengan segala macam hidangan, dan kita bebas untuk memilih dan mengambil apa yang ingin kita makan.
Di salah satu sisi meja, dihidangkan makanan surgawi, makanan untuk jiwa kita, segala asupan yang dibutuhkan oleh rohani kita tersedia disana, tanpa ada satupun yang hilang. Para Nabi dan para Pembimbing rohani (Awliya Allah) mengisyaratkan dan menyambut kita di sisi meja yang satu ini, sehingga kita bisa mengambil kebaikan dan manfaat darinya. Namun, banyak juga yang menolak undangan surgawi yang disebarkan oleh para Awliya Allah, hal ini disebabkan perjalanan ke sisi meja tersebut sangat sulit, ada banyak syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi sebelum kita bisa menyantap hidangan. Maulana mengingatkan kita, jika kita ingin meperoleh kebaikan, kita harus siap untuk mengambil rute yang sulit (melakukan perbuatan baik, menolak burukan, munsucikan hati, melawan ego dll), kerana hal-hal tersebut akan memberikan kesegaran untuk rohani kita.
Sedangkan, di sisi meja yg lainnya penuh dengan makanan cepat saji, atau makanan instan, dan Syaitan memangil-manggil kita untuk datang ke sisi yang satu ini. Perjalanan ke sisi meja yang satu ini sangat singkat dan mudah, sehingga disukai oleh hampir semua orang. Kita semua tahu bahwa makanan cepat saji dan makanan instan memiliki nilai gizi rendah dan memiliki banyak zat tambahan yang berbahaya – jadi jenis makanan rohani ini yang Syaitan memanggil kita untuk memakannya, adalah makanan rohani tanpa keberkahan. Manusia cendrung kepada kemalasan, mereka selalu ingin cepat mendapatkan hasil, mereka ingin cepat merasakan kepuasan, mereka ingin mendapatkan kesenangan yang maksimal dari usaha yang minimal. Mereka mengatakan, “Kenapa harus melalui pelatihan spiritual yang panjang untuk dapat mensucikan hati? Mengapa tidak bisa hanya membaca buku Sufisme dan menjadi seorang guru dalam waktu semalam! Peningkatan rohani dalam sekejap!”
Mengapa Manusia bisa menjadi begitu malas? Itu kerana teknologi modern di sekitar kita! Teknologi telah menjadikan kita makhluk yang malas, kita cukup menekan tombol untuk melakukan segala sesuatunya – mulai dari mengganti saluran tv hingga menerbangkan pesawat terbang. Sebahagian orang mungkin berpendapat lain, dengan mengatakan bahwa teknologi merupakan anugerah yang besar bagi umat manusia. Misalnya, saat ini kita hanya memerlukan sekian detik untuk mengirimkan Subah Maulana ke seluruh penjuru dunia, yang sebaliknya akan memakan begitu banyak waktu bila menggunakan cara tradisional, tanpa internet. Jadi mengapa Maulana mengatakan bahwa teknologi adalah perangkat syaitan?
Hal ini kerana Manusia telah menjadi begitu bergantung pada teknologi, sehingga keimanan dalam rohaniah mereka telah hilang. Maulana mengatakan agar kita melihat para sahabat. Mereka tidak memiliki teknologi modern, namun kerana rohaniah mereka yang tinggi, mereka dapat melakukan berbagai hal mencakup ruang dan waktu, yang jauh melebihi apa yang teknologi masa kini dapat lakukan. Mereka bisa melihat Kitab Lauful Mahfuzh dan melaksanakan apa yang telah tertulis di sana. Maulana bertanya, mampukah kita melihat Kitab Lauful Mahfuzh? Tidak, kerana kita buta! Jawab maulana. Maulana kembali bertanya, apakah pada saat ini Manusia memiliki teknologi yang mampu melihat melihat Kitab Lauful Mahfuzh? Sekali lagi, jawabannya adalah tidak!. Jadi, kekuatan rohani seseorang jauh lebih unggul dibandingkan dengan teknologi saat ini, Maulana mengatakan: seratus kali lebih unggul!
Nabi (saw) melakukan Mikraj, tanpa bantuan sebuah roket atau pesawat ruang angkasa. Bagaimana beliau melakukannya? Bahkan, Maulana mengatakan, jika memang Nabi bergantung pada teknologi duniawi untuk terbang ke sana (menggunakan roket), beliau akan membutuhkan miliaran tahun untuk mencapai langit ke tujuh. Namun Rasulullah (saw) mencapainya dalam sekejap mata. Lihatlah bagaimana kekuatan rohani jauh lebih unggul lebih dari apapun apa yang kita sebut penemuan ‘modern’.
Teknologi mampu membuat hal-hal menjadi lebih mudah bagi fisik kita, tetapi teknologi tidak akan mampu meningkatkan rohaniah dalam jiwa kita. Lihatlah orang sudah mati, mampukah teknologi menghidupkannya kembali dari kematian? Tidak, sehingga jelas bahwa Manusia harus mengembangkan rohaninya, untuk mendekat kehadirat Ilahi. Maulana mengatakan bahwa Anda tidak akan bisa naik bahkan satu kaki dari tanah untuk mendekat hadirat Ilahi dengan menggunakan semua teknologi yang ada di bumi, jadi tinggalkanlah sisi meja yang penuh dengan hidangan keburukan dari Syaitan, dan beralilah ke sisi meja yang lainnya untuk mengikuti bimbingan surgawi menuju hidangan ynag dibutuhkan rohani kita. Jika Anda pergi ke sisi meja yang berisi keburukan Syaitan, Anda akan menjadi seseorang yang tidak memiliki keyakinan terhadap kekuatan rohani, Anda bergantung sepenuhnya pada teknologi duniawi, Anda akan terpuruk menjadi seseorang yang identitas dan kepribadiannya telah terselubungi oleh kemalasan dan ketidakberdayaan.
Lihatlah berapa banyak pemalas yang hanya duduk menonton tv dan bermain game, mengemil dan membiarkan waktu yang berharga lewat begitu saja, lalai akan tujuan hidup mereka yang sesungguhnya. Apakah itu suatu kehormatan, Maulana bertanya? Manusia adalah mahluk yang spesial, mereka membawa rahsia Allah, satu kaki mereka berada di bumi dan yang satu lagi berada di surga, selain makhluk fisik yang membutuhkan makanan duniawi dan diberkahi dengan kekuatan duniawi, Manusia juga juga merupakan mahluk rohani yang memerlukan makanan rohani dan dianugerahi dengan kekuatan rohani dalam jiwanya yang keunggulannya jauh melebihi kekuatan fisik nya. Setiap orang memiliki kekuatan rohani yang luarbiasa, sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
Hai orang-orang yang beriman, undang ke meja yang sarat dengan hidangan rohani selalu terbuka, Anda tidak pernah terputus dari itu, dan setiap hari Tuhanmu Yang Maha Kuasa menambah makanan baru yang lebih menyegarkan dibandingkan makanan sebelumnya. Para Awliya Allah mengundang kita untuk memiliki keimanan dalam kekuatan rohani di jiwa kita, dan mereka tidak pernah lalai dari apa yang kita butuhkan, mereka tahu persis makanan apa yang harus mereka berikan kepada kita, takaran yang harus mereka berikan dan kapan saat yang tepat untuk memberikannya. Para Awliya Allah telah ditugaskan untuk membimbing masing-masing kita sejak di hari perjanjian, mereka memegang kunci rohani kita, mereka akan membawa kita dari tingkatan yang satu ke tingkatan selanjutnya, supaya pemahaman kita meningkat hingga kita mampu menemukan rahsia dalam diri kita.
Maulana mengaitkannya dengan sebuah kisah indah yang beliau dengar dari Grand Syaikh, kisah tentang seorang Wali besar bernama Ahmad Al-Badawi, yang mampu mendengar suara Ilahi. Satu saat beliau berkata, “Ya Allah, saya ingin melihatMu, saya telah mendengar suara manisMu, biarkanlah aku melihatMu Ya Allah”, dan Allah mengaktakan kepadanya,” Persiapkan dirimu, dan datanglah! “Ahmad kemudian didatangi oleh sesorang yang memiliki penampilan sederhana dan asing baginya, orang tersebut kemudian berkata kepadanya, “Ahmad, kamu telah meminta kedudukan surgawi, aku menyimpan kunci rohanimu, datang dan ambilah dariku”, kemudian Ahmad menjawab, “Tidak, aku tidak akan mengambilnya darimu, aku tidak membutuhkan kunci darimu, aku akan mengambil kuncinya langsung dari Allah”, Ketika Ahmad kembali memohonan (ber-do’a) kepada Allah, Allah berkata kepadanya, “Aku telah mengirim kunci untuk mu melalui hamba-Ku, tetapi kamu menolaknya, itu merupakan adalah adab yang sangat buruk “Ahmad kemudian pergi mencari pemegang kunci tersebut dan ketika ia menemukannya, sang pemegang kunci yang kemudian menjadi Gurunya mengambil semua pengetahuan yang ia miliki bahkan sampai ia tidak bisa lagi membaca Alquran.
Akhirnya, setelah mengalami banyak cobaan dan melalui berbagai kesulitan, kunci spiritual diberikan kepadanya. Kalau saja Ahmad menerimanya dengan rendah hati sejak awal ia tidak perlu menghadapi berbagai kesulitan yang telah ia lalui! Oleh kerana itu, ikutilah Wali Allah yang memegang kunci spiritual Anda, ikutilah ia ke jamuan hidangan ilahi, tumbuh kembangkanlah pengetahuan dan pemahamanmu (melalui makanan rohani), maka kamu akan diberikan kunci untuk membuka rahsia kekuatan rohani dan hakikat. Jika kamu mengikuti Syaitan ke sisi meja yang lain, kamu akan menyangkal rohaniahmu dan menjadi hamba teknologi. Manusia di abad ke duapuluh satu memiliki keyakinan terhadap kekayaan materi dan teknologi, mereka tidak memiliki keyakinan dalam spiritualitas. Kekuatan jiwamu terletak dalam spiritualitas, bukan dalam hal-hal yang bersifat materi!
قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلۡ عَلَيۡنَا مَآٮِٕدَةً۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدً۬ا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً۬ مِّنكَۖ وَٱرۡزُقۡنَا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٲزِقِينَ (114) قَالَ ٱللَّهُ إِنِّى مُنَزِّلُهَا عَلَيۡكُمۡۖ فَمَن يَكۡفُرۡ بَعۡدُ مِنكُمۡ فَإِنِّىٓ أُعَذِّبُهُ ۥ عَذَابً۬ا لَّآ أُعَذِّبُهُ ۥۤ أَحَدً۬ا مِّنَ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (115)
Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit [yang hari turunnya] akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezki Yang Paling Utama”. (114) Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah [turun hidangan itu], maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia”. (115) (Surah Al-Ma'idah 5:114-115).
No comments:
Post a Comment