Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pulalah akhlaknya dan jika ia tidak baik maka tidak baik pula akhlaknya. Ia adalah qalbu atau biasa kita kenal dengan namanya hati. Allah telah berfirman dalam hadits qudsi, “Qalbul mukmin Baitullah.” “Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah Allah”. “Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang”. (HR Abu Dawud ).
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”( QS. Ar Rahmaan : 33 )
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً
“Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (سُلْطَاناً نَّصِيراً )“( QS. Al Israa’ : 80)
Diriwayatkan oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa suatu hari ketika Syaikh Abu Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau mengunjungi seorang sufi di Bashrah. Secara langsung dan tanpa basa-basi, sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan: “Apa yang anda inginkan hai Abu Yazid?”. Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, kerana aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”. “Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi. “Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid. “Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi. “200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali”. Ternyata Syaikh Abu Yazid masih saja tenang, bahkan patuh dan menyerahkan 200 dirham itu kepada sang sufi tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Selanjutnya sang sufi itu mengungkapkan: “Wahai Abu Yazid, hatiku adalah rumah Allah, dan ka’bah juga rumah Allah. Hanya saja perbezaan antara ka’bah dan hatiku adalah, bahwasanya Allah tidak pernah memasuki ka’bah semenjak didirikannya, sedangkan Ia tidak pernah keluar dari hatiku sejak dibangun oleh-Nya”. Syaikh Abu Yazid hanya menundukkan kepala, dan sang sufi itupun mengembalikan uang itu kepada beliau dan berkata: “Sudahlah, lanjutkan saja perjalanan muliamu menuju ka’bah” perintahnya
Dalam bahasa ilmu Tasawuf, Kiblat kita itu ada 4 yaitu :
Ka’bah (syariat),
Qalbu (Thariqat),
Mursyid (hakikat) dan
Allah SWT (makrifat)
Dari kompilasi banyak sumber di atas, bagaimana kita memahami tentang Baitullah yang tepat? Jelas dan nyata bahwa belajar agama selalu berlanjut dari menata lahiriah dan menata batiniah. Keduanya saling berhubungan. Sebagai rukun Islam yang kelima, menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi yang mampu. Hati harus sentiasa dijaga kesuciannya agar Allah selalu ridho memberi petunjuk, Nur dan Cahaya serta Dzat-Nya sentiasa dapat kita saksikan. Jihad akbar adalah menaklukkan nafsu sehingga hati menjadi sentiasa berzikir kepad Allah SWT. Makrifatullah adalah cita-cita tertinggi seorang mukmin.
No comments:
Post a Comment