Imam Al-Ghazali dalam Kitab At-Taubah, Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa ada 6 jenis perbuatan yang membuat dosa kecil berubah menjadi dosa besar:
1) Mengerjakan dosa kecil secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Tidak disebut dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus. Dan, tak ada dosa besar jika seseorang segera bertobat dan tak mengulangi lagi perbuatannya. Satu kali melakukan perbuatan dosa besar, lalu berhenti melakukannya maka harapan untuk diampuni dosanya oleh Allah lebih besar daripada melakukan dosa kecil yang dilakukan terus menerus. Seperti tetes-tetes air yang terus menerus menjatuhi sebuah batu dalam waktu yang sangat lama. Tentu kelak akan dapat membekas dan melubangi batu tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal adalah yang dilakukan terus-menerus walau hanya sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim). Orang yang beramal shaleh, meski sedikit demi sedikit namun jika dilakukan terus menerus maka kelak menjadi amal yang besar. Hadis ini juga dapat berlaku sebaliknya. Dosa kecil yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus kelak akan menjadi besar.
2) Menganggap remeh dosa kecil. Setiap dosa yang dinilai besar oleh pelakunya, lalu disertai dengan penyesalan sesudahnya secara mendalam, maka dosa itu menjadi kecil di mata Allah. Sebaliknya, jika ia menganggap kecil suatu dosa, hal itu dapat menjadi besar di mata Allah. Dosa itu menjadi besar disebabkan oleh karena hati pelakunya tidak menolak dan tidak membencinya. Padahal, perasaan inilah yang sebenarnya dapat mencegah pengaruh burukyang ditimbulkannya. Sedangkan, sifat meremehkan suatu dosa berasal dari rasa suka hatinya terhadap perbuatan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Mukmin melihat dosanya laksana gunung di atas dirinya, dan ia khawatir gunung itu akan runtuh menimpanya. Sedangkan seorang munafik melihat dosanya laksana seekor lalat yang lewat di depan hidungnya, lalu diusirnya.” (HR Bukhari)
3) Merasa gembira, senang dan bangga terhadap dosa kecil. Jika seseorang terdorong melakukan dosa, dan setan berhasil menyeretnya untuk melakukan dosa itu lagi, seharusnya ia insyaf bahwa sejatinya ia sedang berada dalam musibah. Seharusnya ia merasa menyesal karena ia telah dikalahkan oleh musuh hingga dijauhkan dari rahmat Allah. Seorang pasien yang merasa gembira atas pecahnya botol berisi obat untuk penyakitnya hanya karena alasan ia terbebas dari rasa pahit obat tersebut, maka ia tidak perlu berharap dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya.
4) Tidak menghargai anugerah Allah yang selalu menutupi aibnya. Salah satu yang membuat nilai dosa kecil menjadi dosa besar adalah tidak adanya sikap menghargai anugerah Allah yang telah menutupi aib-aibnya dan menangguhkan siksa-Nya. Orang tersebut tidak menyadari bahwa sebenarnya dia telah diberi tangguh/tempoh waktu bertobat, tapi justru membuatnya semakin menambah dosa dan membuat murka Allah pun semakin besar kepadanya. Bahkan, yang lebih parah lagi, orang jenis ini menjadikan kesempatan yang diperolehnya itu untuk berbuat maksiat yang lainnya, dia menganggap bahwa Allah telah memerhatikannya dan meridhainya sehingga dia merasa aman dari makar-Nya.
5) Melakukan dosa dengan terang-terangan dan mengumumkan pada orang lain. Dosa kecil akan menjadi besar jika dilakukan secara terang-terangan, di hadapan orang lain, atau bahkan menceritakan perbuatannya kepada orang lain tanpa menyesal. Sikap semacam ini sama saja dengan merobek-robek tabir Allah yang telah ditutupkan padanya. Rasulullah SAW bersabda, “Semua manusia diampuni, kecuali orang-orang yang mengumumkan perbuatan dosanya kepada orang lain (dengan tanpa penyesalan). Salah seorang dari mereka melakukan suatu dosa di malam hari, dan Allah menutupi perbuatannya itu (agar tak diketahui orang lain). Tapi, pada pagi harinya, ia justru membuka sendiri tabir Allah itu, dan menceritakan tentang dosanya pada orang lain.” (HR Bukhari dan Muslim).
6) Dosa-dosa para ulama yang dijadikan anutan. Seorang ulama yang menjadi anutan masyarakat jika sampai melakukan dosa secara sadar, maka dosanya lebih besar daripada dosa orang biasa. Seperti misalnya dosa seorang ulama yang suka menghujat dan menyerang orang lain di depan umum dengan lisannya, menerima rasuah dari penguasa, suka bermegah-megah dengan kehidupan duniawi, maka dosanya lebih besar daripada orang biasa.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang pertama kali mengadakan tradisi buruk, ia akan menanggung dosanya dan dosa-dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa mereka.” (HR Muslim).
No comments:
Post a Comment