“Orang yang hatinya sakit tidak akan bisa mengenakan baju ketakwaan. Jika hatimu terbebas dari segala penyakitnafsu dan syahwat, engkau dapat memikul beban takwa. Orang yang tidak merasakan manisnya taat, berarti hatinya sedang sakit akibat syahwat. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut syahwat sebagai penyakit. Dia berfirman, “Orang yang di dalam hatinya ada penyakit pastilah menginginkannya.” (QS Al-Ahzab [33]: 32). (Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj Al-‘Arus).
Muhammad Najdat menjelaskan, ada dua cara untuk mengobati hati yang sakit. Pertama, mempergunakan sesuatu yang bermanfaat dan memberi kita kemaslahatan, yakni ketaatan kepada Allah. Kedua, menghindari segala sesuatu yang membahayakan dan merusak diri kita, yaitu pengingkaran dan kemaksiatan.
Jika engkau melakukan dosa, lalu engkau segera bertobat dan menyesali atas semua dosa, maka itu akan menjadi sebab tersambungnya dirimu kepada Allah. Namun, jika engkau melakukan ketaatan disertai dengan ujub, bangga diri, dan sombong, itu bisa menjadi sebab terputusnya dirimu dari Allah.
Sebagaimana juga tubuh, hati juga dapat terserang penyakit. Penyakit hati adalah segala sesuatu yang dapat merusak pandangan dan kehendak. Pandangan rusak karena berbagai hal yang syubhat sehingga ia tidak dapat melihat kebenaran atau melihatnya dalam keadaan berbeda. Sedangkan kehendaknya sakit karena membenci kebenaran yang bermanfaat dan mencintai kebatilan yang membahayakan dirinya”. (Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj al-‘Arus, syarah oleh Dr. Muhammad Najdat).
No comments:
Post a Comment