Khamisul Quran dan Aulia’ullah Mawlana Shaykh Hisham Kabbani (Dari catatan Suhbat Grandsyaikh ‘Abdullah Daghestani). A’uudhu billahi minash shaythanirrajiim. Bismillahirrahmanir rahiim. Nawaytul Arba’in, nawaytul I’tikaf, nawaytul khalwah, nawaytus suluk, nawyatul uzlah, nawaytur riyadah, lillahi ta’ala l-‘azhiim fi hadzal majlis. Athi’ullaah wa athi’ur Rasul wa ulil amri minkum! Ini adalah catatan dari suhbat Grandsyaikh 40 tahun yang lalu. Saat itu, Mawlana Syaikh Nazim menerjemahkan suhbat beliau dari bahasa Turki ke bahasa Arab di Damaskus. Shaykh Sharif: “Apakah ini tulisan tangan Anda?” Mawlana Shaykh Hisham: “Ya”. Saya punya kira-kira 40 buku catatan seperti ini. [Allah Allah]. A’uudhu billahi minash shaythanirrajiim. Bismillahirrahmanir rahiim
Kita telah menjelaskan sebelum ini bagaimana Allah SWT mengundang Nabi kita Muhammad s.a.w. pada malam Laylatul Isra’ wal Mi’raj untuk suatu tujuan tertentu. Allah berkehendak untuk memberikan sesuatu sebagai hadiah bagi beliau. Sebagaimana Allah SWT berdialog dengan Nabi s.a.w, maka saat itu terdapat tiga macam tingkatan yang beliau lalui:
1. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke bawah
2. Tingkatan Jibril ‘alayhissalam
3. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke atas
Pada malam Mi’raj itu, Nabi s.a.w mencapai suatu tingkatan di mana Jibril ‘alayhissalam pun berkata pada beliau, “Yaa Rasulallah, aku tak dapat pergi lebih dari batas ini”. Kalian tahu tentang ini ‘kan. Itu artinya ada tingkatan di bawah tingkatan ini, dan ada pula tingkatan di atas tingkatan ini. Jadi, ada tiga tingkatan yang berbeda. Apa-apa yang berada dari tingkatan tersebut, yaitu maqam Jibril ke bawah, apa-apa yang berada di bawah Sayyidina Jibril, dikaruniakan kepada seluruh ummat ini, Ummat Muslim, bagi setiap orang.
Dan Nabi s.a.w pun, membacakan Al Quran dari tingkatan itu ke bawah. Karena (Al Quran) yang kita dengar saat ini, kita tidaklah mendengarnya langsung dari bacaan Nabi s.a.w. Bacaan siapakah yang kita dengar? Bacaan Imam. Kita tidak mendengar langsung dari Nabi s.a.w. Siapakah yang mendengar Nabi s.a.w secara langsung? Hanya para Sahabat. Artinya, bacaan Quran itu dibacakan oleh Nabi s.a.w kepada para Sahabat, kemudian para Sahabat membacakannya kepada para Imam, dan para Imam membacakannya kepada [pengikutnya… ] dan seterusnya. Kita pun mendengarkan bacaan imam, setelah bertahun-tahun kemudian. Apakah kemudian kalian mengira bahwa apa yang dibacakan Nabi kepada para Sahabat sama dengan apa yang dibacakan para Imam kepada kita?
Apa yang keluar dari mulut suci Sayyidina Muhammad s.a.w dipenuhi dengan cahaya berkilau, penuh dengan kekuatan, penuh dengan mu’jizat, dengan segala penafsirannya, dengan segenap rahasia-rahasianya dari tingkatan Jibril ke bawah. Jadi apa yang para Sahabat dengar secara langsung dari Nabi berbeda dengan apa yang kita dengar. Sekalipun kata-kata atau susunan kalimatnya mungkin sama, tapi penafsirannya berbeda. Karena itulah mengapa Ibn ‘Abbas, salah seorang sahabat yang juga adalah salah satu mufassir (penafsir) Quran terbesar, dapat menjelaskan bagaimana ayat-ayat tersebut diwahyukan.
Jadi Grandsyaikh, semoga Allah SWT memberkati ruhnya, mengatakan bahwa apa yang diberikan Allah SWT kepada Sayyidina Muhammad s.a.w, kita tidak mendengarnya. Bahkan sebelum ini, para Imam pun tidak mendengarnya. Kita (termasuk para Imam) mendengar apa yang dibacakan oleh para Sahabat bagi diri kita. Para Imam, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah (mendengarnya dari Sahabat). Imam Syafi’i dan Imam Hambali datang kemudian. Mereka pun tidak mendengar langsung dari sahabat, melainkan mendengarnya dari para tabi’in yang datang setelah para Sahabat. Dan saat ini, apa yang kita dengar di masjid-masjid hanyalah tinggal kata-kata, bukan makna sejatinya.
Jadi, inilah yang disampaikan oleh Nabi s.a.w bagi setiap orang. Pada tingkatan Sayyidina Jibril a.s, tak seorang pun mengetahuinya kecuali Nabi s.a.w, dan beliau menyampaikannya pada Aulia’ullah. Beliau s.a.w memberikannya kepada para pewarisnya. Sebagaimana beliau memberikannya kepada para Sahabat, beliau memberikannya pula kepada para pewaris beliau. Karena itulah Nabi s.a.w bersabda dalam suatu hadits terkenal, “Ashaabii kan Nujuum, bi ayyika ihtadaytum, ihtadaytum” “ Para sahabatku adalah bagaikan bintang-gemintang. Pada siapa pun dari mereka, kau berusaha untuk mengikutinya, maka kau pun akan terbimbing”
Auliaullah juga bagaikan bintang gemintang. Tidak hanya ada satu orang wali. Ada 124.000 Wali Allah yang Allah SWT tunjuk dan karuniakan bagi Sayyidina Muhammad s.a.w. Saat Nabi s.a.w melakukan perjalanannya di Laylatul Isra’ wal Mi’raj, Allah SWT menunjukkan pada beliau, seluruh ummat, dan berfirman, “Yaa Rasuulallaah, Yaa Muhammad s.a.w, inilah ummatmu.” Dan saat Allah menunjukkan pada Nabi s.a.w, Ummah beliau, Ia SWT menunjukkan keadaan mereka yang suci, sebagaimana keadaan saat Ia menciptakan mereka.
Karena itulah disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi s.a.w bersabda, “Yuuladul insaanu ‘alal Fitrah” “Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan murni”. Mereka tak memiliki dosa apa pun. Saat seorang anak dilahirkan, ia dilahirkan dengan Iimaan. Setiap anak dalam keadaan beriman, tak peduli apa pun latar belakangnya. Latar belakangnya baru muncul kemudian, ketika ia menjadi beragama ini, atau beragama itu, dan ini bukan di saat permulaan. Pada saat permulaan, ia dilahirkan dalam keadaan suci dan murni.
Sebagaimana keadaan masa kini, saat mereka beranjak berumur 12, 13 atau 14 tahun, mereka mulai tidak menyukai orang tuanya. Mereka akan berkata padamu, “Oh, kamu terbelakang!” . Mereka mengatakan seperti itu pada setiap orang. Mereka tak mau mendengar siapa pun. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Mereka melakukannya di jalanan. Tetapi, sebenarnya saat mereka masih muda belia, mereka masih murni. Iya ‘ kan ? Saat mereka mulai tumbuh dewasa, mereka melarikan diri. Tetapi, setelah beberapa saat kemudian, mereka menjadi makin matang, dan berkata, “Ooh, kami berbuat kesalahan”, lalu mereka pun kembali.
Serupa dengan itu, saat kita diciptakan, kita diciptakan dalam keadaan suci dan murni, di saat hari Perjanjian, saat Allah SWT menciptakan arwah seluruh manusia dari cahaya Sayyidina Muhammad s.a.w, yang muncul dari Cahaya Allah SWT. Allah SWT menciptakan Nabi dari Cahaya Langit, Nur Surgawi. Karenanya, semua orang adalah suci dan murni. Tak seorang pun, melainkan ia dalam keadaan suci. Karena itulah, ketika di Hari Perjanjian, Allah SWT berfirman (kepada arwah seluruh manusia), “Bukankah Aku adalah Tuhan kalian?” Setiap orang pun menjawab, “Benar, Yaa Rabbii, Engkau adalah Tuhan kami!” Setiap orang menerimanya.
Jadi, Ummah ini yang dikaruniakan Allah SWT bagi Sayyidina Muhammad s.a.w adalah suci bersih. “Inilah Ummatmu! Apakah kau menyukai mereka?” “Yaa Rabbii, aku bahagia dengan mereka.” Maka, kemudian setelah Nabi s.a.w menerima mereka, Allah SWT pun menaruh mereka dalam ‘perangkap’-Nya, dan berfirman, “Aku akan memberikan mereka (padamu) setelah Aku mengambil mereka (darinya)”. Dan Ia SWT pun memperlihatkan betapa banyak dan betapa beragam dosa yang akan mereka perbuat di dunia ini. Tak seorang pun bersih, setelah ia melewati dunya. Setiap orang mulai melakukan sesuatu yang Allah tak menyukainya. Mereka tidak salat, mereka tidak berpuasa, mereka tidak mengatakan yang benar, mereka menipu, berbuat konspirasi di sana, dsb. Allah SWT menunjukkan pada Nabi s.a.w, apa yang akan mereka lakukan (di dunia).
Nabi s.a.w pun memohon, “Yaa Rabbii, karuniakan padaku penolong-penolong! Mereka yang akan membantuku melakukan apa yang mesti kulakukan.” Dan Grandsyaikh berkata bahwa Allah SWT pada malam Laylatul Mi’raj itu memberikan bagi Nabi s.a.w, 124.000 Wali. Tidak hanya seorang Wali, tapi 124.000. Dan mereka berada pada tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi, semuanya adalah Wali. Dan (Alhamdulillah) kita mempunyai Wali pada tingkatannya yang tertinggi, Sulthanul Aulia’, Grandsyaikh ‘Abdullah Faiz Daghestani, semoga Allah memberkati ruh beliau, dan saat ini, Sulthanul Aulia’ Sayyidina Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil Al-Haqqani, semoga Allah mengaruniakan bagi beliau umur panjang.
Tetapi, ada banyak Aulia’, dan sesuai dengan tingkatannya, Allah pun menempatkan mereka pada tempat-tempat yang berlainan di segenap penjuru dunia ini, agar mereka dapat menjaga Ummah ini tetap suci dan bersih dalam 24 jam. Allah SWT membagi-bagi Ummat ini pada mereka. Wali yang itu memiliki 100.000. Wali yang lain punya 1 juta, wali yang satunya lagi…., dst. Sekalipun kalian mungkin tidak mengenali mereka. Mereka tidak hadir pada majelis ini, misalnya. Mereka tidak berada di sini. Mereka tidak mengikuti majelis ini.
Tapi melalui ruh-ruh, ada orang yang diperuntukkan bagi Wali yang dapat menghubungi mereka lewat mimpi-mimpi, atau menjalin kontak dengan mereka lewat penampakan atau wujud yang berbeda, lewat bentuk-bentuk yang berlainan. Sang wali dapat saja berada di sini, dan dapat pula berada di Cina. Kalian tak tahu tentang itu. Aulia’ullah dapat berada di beberapa tempat berbeda pada waktu yang sama. Kalian pernah melihatnya?
Suatu waktu, Mawlana Syaikh Nazim tengah berada di Lebanon. Perdana Menteri Lebanon saat itu mengunjungi beliau, dan juga walikota Tripoli. Saat itu saya berada di sana . Sang gubernur dan perdana menteri hendak berangkat pergi Haji, dan mereka berkata, “Wahai Syaikh Nazim, mari berangkat bersama kami.” Beliau menjawab, “Tidak, mungkin saya tidak dapat berangkat.” Saat itu mereka tiba di Tripoli , dan berada di situ 2-3 hari untuk (persiapan) Haji. Mawlana berkata, “Tidak, saya tidak pergi.” Mereka pun berangkat menunaikan ibadah Haji mereka hingga pulang kembali. Saat mereka pulang kembali ke Lebanon , mereka tahu bahwa Syaikh Nazim masih berada di Tripoli . Mereka pun memutuskan untuk mengunjungi beliau. Dan mereka berkata, “Wahai Syaikh, Anda datang (ke Tanah Suci) sebelum kami datang.”
Dan setiap orang, yang tengah duduk di situ pun terkejut. Kami semua terkejut. Mawlana Syaikh Nazim tak pernah meninggalkan Tripoli . Dan mereka pun bercerita, bahwa ketika mereka tiba di Tanah Suci, dan hendak menunaikan Thawaf, mereka menjumpai Mawlana Syaikh Nazim tengah melaksakanan Thawaf. Mereka pun mendatangi Mawlana, dan menunaikan Thawaf mereka bersama Mawlana. Kemudian mereka melanjutkan menunaikan sa’i, yaitu Sa’i Qudum dengan beliau. Sa’i di antara Safa dan Marwa. Lalu Mawlana berkata, “Aku akan pergi dengan orang-orangku.”
Beliau pun meninggalkan mereka. Padahal Mawlana tak pernah beranjak dari Tripoli saat itu. Jadi, ada Auliaullah yang seperti itu. Mereka dapat bergerak menembus waktu dan mereka pun dapat muncul dengan citra yang berbeda, dan masih ada pula citra atau penampakan lain yang muncul di tempat yang berbeda. Mereka harus membersihkan seluruh Ummah ini dalam 24 jam. Dan ke-124.000 Wali ini, jika salah satu di antaranya wafat, akan ada orang lain yang akan menggantikannya. Jadi, sebenarnya tidak hanya terdapat 124.000 Wali. Pada kenyataannya, ada lebih daripada jumlah itu. Tapi, dalam suatu waktu tertentu, ada 124.000 Wali yang hidup di masa itu. Jadi, pada malam itu (malam Mi’raj), Allah SWT mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad s.a.w, para penolong ini. Kemudian Allah pun berkata, “Yaa Muhammad s.a.w,….”
Ini terjadi di atas maqam Sayyidina Jibril ‘alayhissalam, saat Nabi s.a.w pergi sendiri, ketika Jibril mengatakan pada beliau, “Aku tak dapat menyertaimu lagi.” Nabi s.a.w pun melaju terus, dan pada malam itu, malam Mi’raj, setelah melewati maqam Sayyidina Jibril, setelah Allah membukakan bagi beliau apa-apa yang berasal dari tingkatan Jibril, dari rizqi / bagian Sayyidina Jibril ke bawah, berupa Al Quran Suci; setelah itu pun, Allah SWT mengaruniakan pada beliau keseluruhan dari Al Quran Suci. Saat beliau s.a.w mulai bergerak dari maqam Sayyidina Jibril ‘alayhissalam dan seterusnya, Allah SWT memberikan bagi beliau s.a.w, apa yang Ia sebut bagi beliau, “Khamisul Quran”. Khamisul Quran, apa itu artinya? “Bagian kelima dari Quran.”
Apa makna Khamisul Quran? Bukan berarti suatu buku/kitab yang diberikan Allah SWT. Ia SWT telah mewayukan pada beliau Quran Suci, tapi... sebagaimana kita ketahui ada empat kitab suci: Zabur (Psalms), Taurat, Injil (Bible), dan Al Quran. Benar? Jadi, Khamisul Quran, bagian kelima, adalah Rahasia dari Al Quran Suci. Allah membukakan bagi Sayyidina Muhammad s.a.w, seluruh Samudera-Samudera dan Rahasia-Rahasia dari Quran Suci. Karena tak seorang pun mampu memahaminya selain Sayyidina Muhammad s.a.w.
Inilah yang cita rasanya para Aulia’ullah usahakan untuk diberikan pada kita, ya dari Khamisul Quran tadi. Sayyidina Muhammad s.a.w mewariskan pada para Sahabat beliau, rahasia tersebut. Beliau s.a.w mewariskan pula rahasia tersebut pada Auliaullah, tetapi tidak ada izin untuk membukanya hingga masa munculnya Sayyidina Mahdi ‘alayhissalam. Beliau (Sayyidina Mahdi) akan muncul di Akhir Zaman nanti dengan sesuatu…eeh, bukan makna baru, tetapi pemahaman-pemahaman baru, dengan rahasia-rahasia yang berada di balik ayat-ayat Al Quran yang suci.
Muhyiddin Ibn ‘Arabi, Abu Yazid al-Bisthami, Sulayman as-Saqathi, Sari As-Saqthi, Junayd al-Baghdadi, semua Aulia’ ini, juga Sayyidina Shah Bahauddin an-Naqshabandi, yang dapat kalian hitung semua…. Juga para Sahabat Nabi s.a.w. Keseluruhan dari mereka, berusaha memberikan cita rasa ini, dan orang-orang pun tak dapat menerimanya. Sayyidina Abu Hurayrah r.a. apa yang beliau pernah katakan?
Beliau adalah seorang Muhaddits [‘Aalim Ahli Hadits, periwayat Hadits Nabi] terbesar. Beliau meriwayatkan lebih dari 3000 hadits dari Nabi s.a.w. Apa yang pernah beliau katakan? Beliau pernah berkata, “Hafiztu min Rasuulillaahi s.a.w wi’a-ain. Fa-ammaa ahaduhumaa fabatstsatstuhuu bil khalq, wa ammal aakhar, law batstsatstuhuu la-quthi’a haadzal bul’uum.” “Aku mengingat dari Nabi s.a.w dua jenis pengetahuan. Yang satu kusebarkan pada setiap orang. Yang lain kusimpan sendiri, karena seandainya aku mengatakannya, tentulah mereka akan memenggal leherku.”
Mengapa mereka akan memenggal lehernya? Siapakah yang akan memenggal leher Abu Hurayrah? Para Sahabat (lainnya)! Itu artinya, Nabi s.a.w memberikan hal yang berbeda-beda bagi setiap orang. Apa yang beliau s.a.w berikan bagi Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq berbeda dengan apa yang beliau berikan bagi Sayyidina ‘Ali, dan berbeda lagi dengan apa yang beliau s.a.w berikan bagi Sayyidina ‘Umar. Kepada setiap orang, Allah SWT mengaruniakan cita rasa yang berbeda dari Rahasia itu. Jadi Auliaullah, kini, mereka membawa cita rasa itu. Tapi, ini bergantung dari orang yang mendengarkan merka, bergantung pada siapa yang menghadiri majelis mereka.
Jika orang-orang yang menghadiri majelis mereka masih di bawah kendali ego mereka, rahasia atau cita rasa semacam ini tak akan pernah dibukakan bagi mereka. Sang Wali tak akan membuka rahasia itu. Karena itulah,kita dapat melihat perbedaan antara Suhbat/pengajaran Mawlana Syaikh Nazim yang diberikan sebelum ini, dengan yang beliau berikan saat ini. Sebelum ini, Mawlana Syaikh Nazim biasa memberikan kuliah-kuliah yang amat dalam. Saat ini, kuliah Mawlana Syaikh Nazim sebagian besar hanya berbicara masalah ego.
Beliau berusaha untuk meluruskan orang-orang, untuk membimbing mereka menuju jalan yang benar, menuju Shirathal Mustaqiim, ke Jembatan yang Lurus. Karena beliau dapat melihat dan mengamati bahwa qalbu-qalbu yang ada di depan beliau tidak siap untuk memikul rahasia-rahasia ini. Sebelumnya, beliau biasa berbicara dari tingkatan dan maqam yang tinggi. Terkadang, saat beliau duduk dengan beberapa orang tertentu, dan Allah membukakan untuk… adanya izin, kalian dapat melihat pengetahuan macam apa yang beliau ucapkan. Kalian akan tertegun mendengarnya.
Karena, Rahasia-rahasia tersebut, yang Allah karuniakan bagi Sayyidina Muhammad s.a.w, pada Laylatul Mi’raj, Grandsyaikh berkata bahwa Allah membukakan pada beliau s.a.w, Rahasia-Rahasia Al Quran, manifestasi- manifestasi, dan tajalli (penampakan) dari 99 Nama (Asmaul Husna, red.) yang tak seorang pun menyamai beliau dengan apa yang Allah SWT bukakan bagi beliau, Sayyidina Muhammad s.a.w. Hanya bagi Nabi s.a.w. Tapi, apa yang telah Nabi sedikit berikan, itu bukan berarti menyamai beliau, melainkan itu berarti beliau mewariskannya. Dari tajalli 99 Nama, itu berarti Allah SWT mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad s.a.w, Samudera-Samudera Nama-Nama ini, yang tak seorang pun mengetahui awal maupun akhir dari setiap Samudera Satu Nama!
Seluruh Alam Semesta ciptaan ini hanyalah berada di bawah tajalli satu nama: Ar-Rahman! Seluruh alam semesta ini, yang kita tengah hidup di dalamnya, sejak penciptaannya hingga Hari Pembalasan berada di bawah tajalli ar-Rahman! Bagaimana menurutmu dengan 98 Nama-Nama yang lainnya? Mereka bahkan belum terbuka, belum termanifestasikan! Tidak hanya itu! Grandsyaikh berkata pula bahwa Allah SWT mengaruniakan pula bagi beliau s.a.w, Ismullah al-A’dzam, Nama Teragung, yang meliputi seluruh Nama-Nama itu. Itu dikaruniakan bagi Sayyidina Muhammad s.a.w pada Laylatul Mi’raj. Para ilmuwan mengatakan bahwa keseluruhan alam ini tercipta milliaran tahun yang lalu. Benar?
Semua galaksi yang kalian saksikan ini, 6 milliar galaksi, yang mereka katakan ada sekarang. Dan setiap galaksi memiliki 80 milliar bintang, minimal. Kalian melihat Milky Way, Bima Sakti, juga galaksi-galaksi yang ada di Alam Semesta ini, keseluruhannya bergerak dalam satu arah di ruang angkasa ini. Kalian tak mengetahui ke mana mereka bergerak. Mereka bergerak dengan kecepatan 300.000 km/detik (kecepatan cahaya, red.). Sangat cepat. Dan ruang angkasa ini tanpa batas. Sejak mereka diciptakan, mereka bergerak. Ke mana mereka bergerak? Semua pengetahuan ini Allah SWT karuniakan bagi Sayyidina Muhammad s.a.w pada malam Laylatul Isra’ wal Mi’raj. Semua ini diberikan pada Nabi s.a.w pada malam itu.
[Manifestasi] Satu Nama, ya, seluruh alam ini berada di bawah Ismullahir Rahman, dan alam semesta ini tak pernah berakhir meluas, dan melebar. Bagaimana pula dengan 98 Nama-Nama lainnya? Yang belum pernah dibukakan. Grandsyaikh berkata, bahwa saat Mahdi ‘alayhissalam muncul, Allah SWT akan membukakan cita rasa ini bagi Ummat. Dan karena itu pula pada saat itu, ilmu pengetahuan akan ditransfer dan dipindahkan dari orang satu ke orang lainnya lewat mata. Kalian tak perlu lagi saat itu membaca atau mempelajari pengetahuan dan mengingatnya.
Itu semua terbatas. Untuk berusaha membaca dan menghafal adalah terbatas. Tapi, dengan menuangkannya melalui kedua mata kalian ke qalbu kalian, dari orang yang satu ke yang lain, melalui pantulan-pantulan (refleksi). Dengan memantulkannya secara sempurna. Apa pun yang dimiliki seseorang, ia akan memantulkannya, dan orang yang lain akan menerimanya, dan memantulkannya kembali, untuk diterima orang yang lain lagi, yang juga akan memantulkannya. Demikian seterusnya, layaknya suatu reaksi nuklir berantai, dari orang yang satu ke yang lain, tanpa henti. Allah SWT akan mengaruniakan seperti itu nanti. [yaitu, pada masa Imam Mahdi ‘alayhissalam, red.].
Cita rasa itu, yang Allah karuniakan pada Sayyidina Muhammad s.a.w tak dapat dibayangkan sama sekali. Sebagaimana kalian tak dapat membayangkan Keagungan Allah SWT. Bagaimana pun kalian berusaha memikirkannya, maka Allah SWT tetap Lebih Agung (daripada yang kalian pikirkan, red.). Artinya, apa pun yang kalian pernah bayangkan atau renungkan mengenai pengetahuan yang dimiliki Nabi s.a.w, maka apa yang diberikan Allah SWT bagi beliau, jauh lebih besar dari itu.
Setiap ‘saat’ Ia SWT memberikan (bagi beliau). Allah SWT berfirman, “Kullu yawmin Huwa fii sya’nin” “”Setiap saat ada suatu tajalli atau manifestasi/ penampakan yang baru”, dari manifestasi- manifestasi Nama-Nama Indah itu [Al-Asmaul Husna]. Jadi, saat penampakan-penampak an ini terjadi, lebih banyak lagi yang berdatangan. Artinya, sesuai dengan Keagungan Allah SWT, tak suatu apa pun dapat kalian batasi. Selalu berkembang. Dan semua pengetahuan ini selalu berkembang dalam diri Nabi s.a.w, dan dari Nabi kepada Auliaullah. Di manakah pengetahuan ini? Mengapa Auliaulah tidak membicarakannya sekarang?
Tak ada lagi bahasa ruhaniah yang diajarkan kepada para murid. Sangat dibatasi. Karena itulah Mawlana Syaikh Nazim, semoga Allah mengaruniakan bagi beliau umur panjang, berkata bahwa Allah SWT memerintahkan pada Nabi s.a.w untuk memerintahkan Mahdi ‘alayhissalam, untuk mengambil kekuatan dari setiap Wali, dan mengambilnya ke tangan beliau, untuk menjaga kekuatan itu berada pada tangan beliau. Karena tak ada lagi para pengganti untuk Auliaullah yang kini tengah berwafatan.
Pada saat ini, Mawlana Syaikh Nazim berkata, bahwa hampir sebagian besar Para Syuyukh Tariqah wafat, dan Mahdi ‘alayhissalam mengambil kekuatan mereka. Hanya pada Naqshbandi, kekuatan itu belum diambil, masih berada di tangan seorang Wali Besar, Sulthanul Aulia’, Sayyidii Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil Al-Haqqani. Grandsyaikh berkata, bahwa rahasia tariqah itu [Naqshbandi] akan selalu hidup hingga Mahdi ‘alayhissalam, tak pernah berhenti. Dan insya Allah, kita berharap agar Mahdi ‘alayhissalam segera datang, agar kita dapat melihat apa yang Allah SWT karuniakan bagi diri kita. Grandsyaikh berkata, bahwa yang paling penting adalah agar manusia mengetahui bahwa Allah SWT telah memerintahkan pada Nabi s.a.w, “Yaa Muhammad, kau bertanggung jawab.
Aku tidak bertanggung jawab pada Ummah. Kau mengambil mereka dalam keadaan bersih dan suci, maka kau pun mesti mengembalikan mereka pada-Ku dalam keadaan bersih dan suci. Maka, berbicaralah pada mereka menurut apa yang dapat mereka terima.” “Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa” “Allah tidak membebani seseorang lebih daripada apa yang dapat ia pikul” “Hanya sesuai dengan apa yang dapat mereka terima, berikanlah pada mereka. Lebih dari itu, jangan kau tuntut dari mereka!”
Karena itulah kalian melihat saat ini, begitu banyak orang lari. Bahkan ketika mereka melarikan diri, Auliaullah tetap melakukan amal mewakili diri mereka. Setiap Wali bertanggung jawab atas kelompoknya. Ia bertanggung jawab melakukan apa yang murid-murid mereka tidak lakukan. Bahkan tidak hanya murid-murid yang mengambil bay’ah secara fisik. Tapi, juga bagi mereka yang tidak mengambil bay’ah secara fisik, yang telah dibagikan bagi sang Wali itu di Hari Perjanjian, hingga Sang Wali mengetahui siapa-siapa yang menjadi pengikutnya. Ia pun mesti membersihkan mereka dan mempersembahkan mereka dalam 24 jam, dalam keadaan suci bersih, ke hadirat Sayyidina Muhammad s.a.w. Berbahagialah! ! Dan berapa kali kami mengatakan, “Berbahagialah!” Kita akan melanjutkan tentang ini insya Allah.
Berbahagialah, dan jangan khawatir tentang orang ini melakukan ini, orang itu melakukan itu, ada fitnah di sini, fitnah di sana . Siapa yang peduli? Tak usah pedulikan! Jangan berikan telingamu! Di mana pun terjadi fitnah. Fitnah selalu terjadi. Apakah syaitan pernah berhenti bekerja? Sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam Quran suci, bahwa syaitan berkata, “… berikan bagiku, umur panjang. Aku ingin agar Engkau, Yaa Rabbii, memberiku umur panjang agar dapat kusesatkan mereka semua.” Allah pun menjawab, “Ya, Aku memberimu umur panjang.” Allah SWT bahkan menerima (du’a) dari Iblis. Kenapa? Apakah Allah tak mampu mengatakan, “Tidak, Aku tak mau memberimu hal itu, dan Kulempar ruhmu ke Neraka!”? Mengapa Allah memberinya hal itu? Ia SWT menerima darinya, saat ia (syetan) memohon pada-Nya. Allah menerima dari ia yang berdosa? Allah menerimanya. Karena Ia SWT ingin menaikkan derajat Ummah ini dan mengaruniakan pahala bagi Ummah ini, saat mereka membantah (bujukan) Iblis.
Jadi, Auliaulah bertanggung jawab atas pengikut-pengikut mereka untuk membersihkan diri mereka. Jika tidak, tentu mereka akan menjadi tawanan di tangan Syaitan, dan Syaitan akan menang. Di Hari Perhitungan, ia akan berkata, “Yaa Rabbii, ooh, aku menang, aku memiliki lebih banyak dari yang Kau mesti miliki.” Grandsyaikh biasa berkata bahwa jika Iblis dapat menawan satu saja ke sisinya, itu adalah tanda kemenangannya.
Karena seorang jenderal dalam suatu pertempuran tak akan membiarkan seorang pun dari pasukannya untuk jatuh ke tangan musuh. Jadi, Allah tak akan pernah membiarkan Iblis untuk menang. Apa pun yang diperbuat Iblis, akan dilemparkan Allah SWT ke mukanya. “Wa qadimnaa ilaa maa ‘amiluu faja’alnaahaa habaa-an manthuuran” “Kami lemparkan apa yang mereka perbuat ke muka mereka”
Yang pertama-tama adalah Iblis. Allah akan melemparkan seluruh perbuatannya, saat ia mengejar-ngejar manusia untuk menghancurkan hirup mereka, menyuruh mereka menghisap ini, atau menghisap itu, mengambil hashish, atau apa lagi? Heroine… [Ecstasy] Apa itu? [Obat gaya baru] Gaya baru? Kau pernah mencobanya? Siapa pernah mencobanya? Semoga Allah SWT melindungi diri kita. [Aamiiin. Insya Allah]
Karena kita adalah lemah. Kita memohon Allah untuk melindungi diri kita. Dan Allah Ta’ala melindungi orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan yang tulus. Lihatelah, masya Allah, seluruh wanita di sini, mereka amat tulus, memakai hijab/jilbab dengan baik. Tapi, justru laki-lakinya yang tidak tertutup. Beberapa di antara mereka tidak memakai peci. Saya tidak tahu kenapa mereka hanya menekan wanita, dan tidak menekan laki-laki. Haah? Aah, kau di sini [berbicara kepada seorang saudara yang tidak mengenakan peci, red.].
Kau dengar tadi? [Ya, saya mendengarnya] Apa yang saya baru katakan? [Mengapa hanya menekan wanita]. Iya ‘ kan? Mengapa hanya memberikan tekanan pada wanita dan tidak pada pria? Pria pun mesti memakai turban. Tapi, kalian tidak memakai turban supaya kalian bisa pergi ke disco. [Hahaha]. Wa min Allah at-Tawfiq. Semoga Allah mengampuni diri kita. Bihurmatil Fatihah!
No comments:
Post a Comment