(Shuhba Mawlana Syekh Muhamaad Hisyam Kabbani QS, May 28). A’uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim. Bismillaahir rahmaanir rahiim. Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma’iin.
Yang menjadi judul dari setiap pelajaran adalah “Ati’ullaha wa ati’ur rasula wa ulil amri minkum” (An-Nisaa’ [4]: 59). Kalian harus mematuhi Allah SWT, patuh kepada Rasulullah SAW, dan kalian harus mematuhi para pemimpin kalian. Dengan mematuhi Rasulullah SAW, berarti kalian mematuhi Allah SWT.
Kemarin kami mengatakan bahwa Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS dan Mawlana Syekh Nazim QS berkata bahwa ketika Rasulullah SAW lahir, para malaikat mengambil jiwanya dan membasuhnya dengan Cahaya Ilahi, dengan Air Kehidupan.
Salah satu Nama Allah SWT adalah ‘al-Hayy’, Yang Maha Hidup. Dari Atribut Nama itu, Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk membasuh jiwa Rasulullah SAW.
Kemudian Allah SWT menyandangkan jiwa Rasulullah SAW dari Samudra Kekuatan dan memberinya kekuatan yang berasal dari lima tingkatan hati, yang juga dapat ditemukan dalam hati setiap orang, yaitu:
1. Level Hati (qalb),
2. Rahasia (sirr),
3. Rahasia dari Rahasia (sirr as-sirr),
4. Yang Tersembunyi (khafa), dan
5. Yang Paling Tersembunyi (akhfa).
Ketika kelima tingkatan ini dibukakan kepada Rasulullah SAW, mereka datang dengan dukungan Cahaya Ilahi, “an-nur al-ilahi,” suatu cahaya yang istimewa yang terus-menerus mengalir, seperti yang dijelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 7, “Ketahuilah bahwa Rasulullah SAW berada di dalam dirimu,” karena jika bukan karena Cahaya Ilahi yang berada dalam diri setiap orang, kita tidak akan bisa hidup. Maksud dari ‘kekuatan yang di sandangkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW’ adalah bahwa Rasulullah SAW berada dalam diri setiap orang di antara kita.
Pengetahuan mengenai hal ini tidak ditemukan dalam syariat (hukum Islam), namun demikian syariat harus tetap dilaksanakan dengan seksama di seluruh aspek kehidupan. Jangan berbicara seperti yang dikatakan oleh kelompok lain, “Kita tidak memerlukan syariat,” jangan. Syariat adalah suatu keharusan dalam menjalani Sufisme. Insya Allah kita sekarang akan melanjutkan apa yang kita bicarakan kemarin.
Mawlana Syekh Nazim QS berkata bahwa Rasulullah SAW tidak mengalami mi’raj (kenaikan) menuju ke Hadirat Ilahi pada tanggal 27 Rajab saja, tetapi sejak beliau lahir dan sejak jam pertamanya, beliau telah diambil oleh para malaikat untuk disandangkan dengan Samudra 99 Nama oleh Allah SWT, setiap Nama adalah satu Samudra. Beliau disandangkan dengan segala pengetahuan ini sejak awal kelahiran beliau.
Dengan menyandangkan beliau dengan Nama-Nama itu, Allah SWT telah memberi Rasulullah SAW suatu kekuatan yang istimewa yang tidak bisa diraih oleh manusia. Inilah sebabnya walaupun beliau buta huruf dan berasal dari padang pasir di mana tidak ada seorang pun yang mengetahui cara membaca dan menulis, tetap saja beliau mempunyai segala macam pengetahuan ini.
Suatu hal yang sangat menakjubkan, membawa sesuatu seperti al-Qur’an yang suci, di mana tak seorang pun bisa menirunya, bahkan satu ayat saja, tidak ada yang bisa menandingi keindahannya yang melebihi puisi paling murni yang pernah didengar.
Mawlana Syekh Nazim QS berkata bahwa Allah SWT telah memberi Rasulullah SAW kekuatan bukan untuk dirinya saja, melainkan untuk seluruh umatnya, untuk kita. Kekuatan dan pengetahuan yang diberikan kepada Rasulullah SAW adalah untuk umatnya. Dan siapa yang termasuk umatnya? Apakah kalian pikir bahwa itu adalah kita? Seluruh umat manusia adalah umat Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT kepada Adam AS, ayah dari seluruh umat manusia, “Jika Muhammad SAW datang di masamu, niscaya engkau akan menjadi pengikutnya.”
Dan dalam al-Qur’an yang suci, “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin,“ “Kami tidak mengutus kalian kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (al-Anbiya’ 107).
Allah SWT tidak mengatakan “untuk umatmu,” tetapi “untuk seluruh umat manusia.” Oleh sebab itu Rasulullah SAW diberi kekuatan dari Allah SWT untuk seluruh ras manusia. Ciptaan Allah SWT yang kita tidak ketahui sangat banyak, tidak terhingga jumlahnya. Ketika kalian meninggal dunia, pada saat itu kalian terjaga dan kalian akan mengetahui apa yang Allah SWT ciptakan di alam semesta yang lain.
Di kehidupan ini kalian tidak bisa mengetahui ciptaan Allah SWT yang lainnya, di mana mereka tinggal, dan apa yang mereka lakukan, kecuali jika kalian sanggup membuka mata hati kalian. Hal ini dilakukan secara terus-menerus melalui jalan guru kita, Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani QS. Itu adalah jalur yang kita yakini, dan hanya satu yang dapat kita ikuti untuk menemukan realitas tersebut. Tanpa mengikutinya, tidak ada yang bisa ditemukan.
Ketika energi dialirkan, bola lampu hanya akan berhenti memberikan cahaya bila ia terbakar. Jika hati kita terbakar dan berhenti bekerja, cahaya tidak bisa ditemukan lagi dalam hati. Oleh sebab itu seseorang harus menjaga mata hatinya agar selalu terbuka sehingga bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat mata mata fisik ini. Baru kemudian kerusakan ini dapat dicegah.
Allah SWT berfirman di dalam al-Qur’an yang suci, “wa laqad karramna bani adam,” “Kami telah memuliakan anak-anak Adam AS” (al-Isra’ 70). Bagaimana Allah SWT memuliakan mereka? Dan sekali Dia memuliakan mereka, apakah Dia akan mencabutnya kembali? Jika seorang yang murah hati memberimu sesuatu, apakah ia akan mengambilnya kembali? Allah SWT berseru kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul-Ku yang tercinta, Aku telah menciptakan umat manusia dari tiga cahaya. Ketiganya tidak akan menjadi gelap.”
Mawlana Syekh Nazim QS bertanya bagaimana Allah SWT memuliakan umat manusia ini, jawabnya dengan memberi mereka ketiga cahaya tersebut. Ketiganya tidak akan menjadi gelap karena dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Yang pertama adalah Cahaya Ilahi: Ketika Allah SWT menciptakan umat manusia, Dia memerintahkan malaikat Jibril AS untuk pergi ke bumi dan membawa segumpal tanah liat. Ketika Jibril AS kembali, Allah SWT melihat tanah liat itu dengan Cahaya Ilahi-Nya, dan mencampurkan tanah liat itu dengan Cahaya Ilahi-Nya.
Yang kedua adalah Cahaya Rasulullah SAW, yang namanya tertulis di samping Nama Allah SWT pada masa “sebelum kejadian” penciptaan, ketika Allah SWT memerintahkan pena untuk menulis “La ilaha illAllah SWT Muhammadun Rasulullah SAW.” Mawlana Syekh Nazim QS berkata bahwa pengetahuan ini berasal dari hati Imam Mahdi AS. Pengetahuan ini nanti akan dibuka ketika beliau datang, sekarang kalian hanya bisa menciumnya, seperti halnya mencium wangi parfum dari kejauhan.
Yang ketiga adalah cahaya dari ayah kita, Adam AS: Allah SWT mencampurkan cahaya Adam AS dengan tanah liatnya, itulah sebabnya mengapa seluruh generasi manusia berasal darinya, dan Allah SWT berkata kepadanya, “Wahai Adam AS, jika Rasulullah SAW lahir di masamu, engkau akan menjadi pengikutnya. Oleh sebab itu, jangan katakan bahwa kau adalah ayahnya, karena secara spiritual beliau adalah ayahmu.”
Umat manusia tersusun dari ketiga cahaya itu, satu dari Cahaya Ilahi, satu dari cahaya Rasulullah SAW, dan satu lagi dari cahaya Adam AS. Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, karena tidak ada perubahan dalam Kebesaran-Ku, maka tidak akan ada perubahan bagi kemuliaan yang telah Kuberikan kepada umat manusia.”
Oleh sebab itu seluruh umat manusia mempunyai level dan posisi yang sama di Hadirat Ilahi. Hal ini berasal dari rahasia ayat al-Qur’an yang suci, “Kami telah memberi kemuliaan kepada umat manusia.” Bahkan, jika sekarang kita mengakui adanya perbedaan, dengan mengatakan, bahwa ini adalah orang yang beriman, sedangkan itu adalah orang-orang kafir, penilaian ini sesungguhnya milik Tuhanmu.
Jangan bicara mengenai perilaku buruk seseorang, atau mengenai kekafiran, atau bid’ah, itu semua bukan urusanmu. Urusan kita adalah menjaga agar ketiga cahaya tersebut tetap bersih. Kita tidak suka bila ketiga cahaya itu ternoda seperti halnya pakaian, sebab kalian akan menjadi malu di hadapan Tuhanmu kelak.
Kita harus sangat bersyukur karena memiliki Tuhan yang penuh kasih sayang. Jika rahasia ini disebarkan, mereka akan menganggap hal ini suatu omong kosong. Ini adalah satu tetes dari samudra pengetahuan yang dimiliki seorang wali, yang juga merupakan tetesan dalam samudra pengetahuan Rasulullah SAW.
Pengetahuan Rasulullah SAW bagaikan setetes air jika dibandingkan dengan Samudra Pengetahuan Allah SWT. Ini adalah setetes pengetahuan dalam samudra pengetahuan Mawlana Syekh Nazim QS. Jangan terlalu banyak berpikir tentang apa yang kalian dengar. Bila Mawlana Syekh Nazim QS mau membuka setetes pengetahuan dari samudra pengetahuan hatinya ke dalam hatimu, niscaya kalian akan terbang.
Itulah sebabnya Imam Mahdi AS berkata di tengah hadirat para Aulia bahwa jika tidak ada dukungan dari Allah SWT, beliau tidak akan muncul dengan pengetahuan ini, karena setiap orang akan menentangnya ketika beliau melepaskan pengetahuan ini.
Oleh sebab itu para Aulia menunggu kedatangan Imam Mahdi AS karena mereka membutuhkan pedangnya untuk mendukung mereka ketika melepas pengetahuan ini. Jika seseorang menolak apa yang mereka bawa, pada saat itu Imam Mahdi AS akan berurusan dengannya.
Pengetahuan dari Tarekat Naqsybandi adalah pengetahuan tertinggi yang bisa kalian bayangkan. Pengetahuan ini berasal dari hati Sayyidina Abu Bakar bin ash-Shiddiq RA. Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau meletakkan segala yang diberikan oleh Allah SWT ke dalam hatinya kepada hati Abu Bakar RA, dan seluruh Wali Tarekat Naqsybandi mengambil pengetahuan itu dari hati Sayyidina Abu Bakar bin ash-Shiddiq RA.
Mawlana Syekh Nazim QS berkata, “La’anallahu azh-zhalimin, la’anallahu al-kafirin, la’anallahu al-musyrikin.” Allah SWT telah mengutuk orang yang zalim, dan orang-orang kafir. Sekarang kita akan membicarakan sesuatu yang besar, berhati-hatilah.
Mawlana bertanya, “Dalam situasi bagaimana kutukan yang dikatakan oleh Allah SWT kepada orang zalim dan orang-orang kafir datang? Kutukan itu datang melalui kitab suci, tetapi lidah siapa yang mengucapkan? Siapa yang membawa al-Qur’an yang suci? Siapa yang membacanya? Dari siapa para sahabat mendengarnya? Dari Allah SWT? Tidak, tetapi dari Rasulullah SAW.
Oleh sebab itu, kutukan itu sesuai dengan level Rasulullah SAW, yaitu bahwa Allah SWT mengutuk orang-orang zalim dan kafir.
Mawlana bertanya, apakah kalian pikir bahwa di atas level itu, yaitu pada level Kemuliaan dan Hadirat Ilahi, apakah kutukan itu ada? Mustahil, karena Allah SWT telah memuliakan umat manusia—bagaimana mungkin Dia mengutuk mereka? Tetapi Allah SWT berfirman, melalui al-Qur’an, kepada kita, dan melalui lidah Rasulullah SAW, sebagai seorang manusia.
Rasulullah SAW adalah seorang manusia, oleh sebab itu, beliau berasal dari manusia juga. Tetapi di atas level itu, di Hadirat Ilahi, ketika Allah SWT telah memuliakan umat manusia dengan ketiga cahaya tersebut, apakah kalian pikir, Dia dapat mengutuk ketiga cahaya itu?
Tubuh fisik ini bukanlah apa-apa. Tidak ada yang bisa dipertimbangkan dari tubuh fisik ini. Yang paling penting adalah bahwa Cahaya Ilahi telah menyelubungi tubuh ini. Apakah kalian pikir kutukan terhadap cahaya itu ada? Jika ada, berarti Allah SWT telah disakiti, seorang manusia akan mengutuk orang yang telah menyakitinya. Tetapi Allah SWT Maha Besar. Dia tidak akan merasakan sakit atau merasa terhina sebagaimana yang dialami manusia, oleh karena itu untuk apa mengutuk kalian?
Dia memuliakan kita dengan kehormatan ini, dan Allah SWT berfirman bahwa Kebesaran-Nya tidak akan berubah, kemuliaan kita pun tidak akan berubah. Oleh sebab itu, kutukan itu berasal dari lidah Rasulullah SAW, untuk mencoba agar sebisa mungkin kita tetap berada di jalur yang benar dalam kehidupan ini.
Mawlana Syekh Nazim QS berkata bahwa pengetahuan itu berasal dari hati Rasulullah SAW dan diturunkan dalam suatu asosiasi dengan para Aulia. Itu adalah pengetahuan kedua yang diberikan kepada para sahabat dan yang telah disinggung oleh Sayyidina Abu Hurayra RA, ketika beliau berkata, “Jika Aku menyebarkannya, mereka akan memotong leherku.”
Sekarang kita mulai mengupas pengetahuan itu sedikit demi sedikit. Rahasia ini akan dibuka sedikit demi sedikit secara lambat. Insya Allah, sampai Mawlana memberi izin untuk membuka pengetahuan rahasia lebih banyak lagi.
Mawlana berkata, “Jika Allah SWT mengutuk orang-orang kafir, Dia tidak akan menjadi Tuhan, karena semuanya diciptakan dari Cahaya Ilahi, dari cahaya Rasulullah SAW, dan dari cahaya Adam AS. Bagaimana mungkin Dia mengutuk mereka? Tidak mungkin mengutuk mereka.
Di lain pihak mengapa Dia berfirman, “Qalbul mu’min baytullah,” “Hati orang-orang yang beriman adalah rumah Allah SWT”? Jika Allah SWT telah menetapkan bahwa hati orang-orang yang beriman adalah rumah-Nya, bagaimana mungkin, pada saat yang bersamaan Dia mengutuk seorang manusia? Tidak mungkin, tetapi Allah SWT mengutuk umat manusia, yang tergolong orang-orang kafir, hanya di lidah Rasulullah SAW dan pada level kita, sehingga kita bisa mengerti.
Seperti halnya kadang-kadang kita menanamkan rasa takut kepada kita dalam diri anak-anak untuk mendidik agar mereka tidak mengalami kegagalan, begitu pula dengan Allah SWT, melalui al-Qur’an yang dibawa melalui lidah Rasulullah SAW, berusaha agar orang tetap berada di jalur yang benar dan mengikuti jalan hidup yang benar.
“Satu-satunya orang yang telah mendengar al-Qur’an yang asli adalah Rasulullah SAW. Hanya beliau yang telah mendengar al-Qur’an yang sebenarnya dari Allah SWT. Namun, seluruh umat manusia telah mendengar al-Qur’an dari Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW mendekati Tuhannya, bahasa apa yang disampaikan Allah SWT kepadanya? Apakah ada bahasa tertentu di sana? Apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW adalah apa yang telah didengarnya dari Allah SWT dan beliau memberikannya kepada kita, tetapi rahasia sesungguhnya yang diberikan Allah SWT kepada beliau, tiada seorang pun yang tahu.
Di Hari Pembalasan nanti, Allah SWT sendiri akan membaca Surat al-An’am—pada saat itu, seluruh umat manusia, termasuk para Aulia, dan bahkan Rasul, akan jatuh tidak sadarkan diri mendengar manisnya suara Allah SWT. “Wahai manusia, perhatikanlah hati kalian, sebagai sepotong daging, pada kenyataannya ia terbuat dari lima maqam.
Nabi Musa AS berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengetahui Nama Allah SWT Yang Terbesar (al-ism al-‘adzam). Dengan memohon agar bisa “melihat” Allah SWT, Nabi Musa AS bermaksud untuk mengetahui Nama Allah SWT Yang Terbesar. Hal seperti ini tidak akan diketahui di dunia. Bagaimana mungkin Tuhan mendatangi sesuatu yang diciptakan-Nya? Sesuatu yang diciptakan tidak mungkin bisa mencakup Pencipta-Nya, karena mereka mempunyai batas sedangkan Sang Pencipta tidak mempunyai batas. Bagaimana mungkin yang terbatas bisa mencakupi yang tak terbatas?
Itulah sebabnya Allah SWT tidak tampak di dunia ini, dan tidak ada yang bisa melihat-Nya. Tetapi seseorang bisa mengetahui rahasia dari Nama-Nya Yang Terbesar. Namun demikian Nabi Musa AS tetap saja tidak bisa.
Allah SWT berfirman bahwa hal itu mustahil, Dia menyuruh Nabi Musa AS untuk memandang ke arah gunung ketika Pandangan-Nya tertuju ke sana, jika gunung itu tetap utuh, Nabi Musa AS akan mengetahui Rahasia Allah SWT, jika tidak, beliau tidak akan mengetahuinya. Dan ketika Nabi Musa AS memandangnya, gunung itu hancur lebur.
Nama Allah SWT Yang Terbesar terpatri dalam dada manusia. Namun demikian, diperlukan seseorang yang mempunyai kekuatan dan rahasia dari Nama Allah SWT Yang Terbesar untuk mengeluarkannya. Selain itu juga diperlukan dukungan dari pedang Imam Mahdi AS. Tanpa dukungan tersebut, para Aulia tidak diizinkan untuk membuka rahasia Nama tersebut. Di masa Imam Mahdi AS tidak akan ada lagi keamanan di seluruh dunia kecuali di satu tempat, yaitu Syam (Damaskus). Hanya di situ tempat yang aman. Rasulullah SAW bersabda, “Idza dzaharat al-fitan fal amnu fisy-Syam,” “Jika kebingungan dan kedengkian muncul, maka keamanan berada di Syam.” (Ibnu Hanbal, Musnad 5:33f., 198f., 249f., 270, 288, 6:457).
Perang akan tersebar di seluruh dunia, kecuali di Damaskus, karena lima kelompok makhluk spiritual (budala’, nujaba’, nuqaba’, awtad, akhiar) akan membuat barikade di seputar Damaskus agar semua yang berada di dalamnya selamat. Mereka menunggu Imam Mahdi AS yang akan memberi tanda bagi mereka.
“Apa yang kita bicarakan sekarang adalah persiapan untuk menyambut hari tersebut. Kalian semua akan mendapatkan dirimu berada di Syam dengan kekuatan Syekh kalian. Dengan mengucapkan “bismillahir rahmaanir rahiim” kalian langsung berada di sana. Tidak perlu pesawat terbang, mobil atau kapal, tetapi cukup dengan kekuatan spiritual.
Kalian harus diperingati, jangan coba-coba untuk mengevaluasi kata-kata dan pengetahuan para Aulia. Tidak ada seorang pun yang bisa mengevaluasi pengetahuan tingkat tinggi itu, dia mempunyai standar yang tidak akan pernah diraih.
Oleh sebab itu jangan, mencoba untuk menembusnya dengan akal kalian, sebab kalian akan menjadi orang yang fasiq, pelanggar, seperti orang-orang yang mencoba menilai kata-kata Muhyiddin Ibn al-‘Arabi QS, mereka semua menjadi fasiq karena terus menyangkal. Beliau berbicara dari titik asal pengetahuan yang tinggi, seperti yang dilakukan oleh para Aulia ketika mereka ingin membuka sesuatu.
Kita tidak bisa melangkah lebih jauh lagi dari apa yang kita bicarakan sekarang karena akal kalian tidak bisa menahannya. Lalu orang akan menjadi fasiq. Itulah sebabnya wewangian ini kadang diberikan, kalian harus mengetahui bahwa ada pengetahuan rahasia yang tidak diketahui oleh kalian, sesuatu yang tidak pernah kalian dengar sebelumnya.
Rasulullah SAW memerintahkan Bilal RA untuk mengumandangkan azan untuk memanggil semua sahabat ke hadapannya. Ketika mereka berkumpul di tengah malam, mereka takut terhadap apa yang akan mereka dengar. Rasulullah SAW bersabda, “Malaikat Jibril AS datang kepadaku dan mengatakan bahwa, pada hari-hari terakhir umatku di dunia, terdapat sebuah lembah yang besar bernama ‘Umuq (antara Turki dan Syria), lembah yang dalam dan datar, di mana perang yang sangat besar akan terjadi. Darah akan mengalir deras sehingga dapat menghanyutkan kerbau dewasa berusia 2 tahun dalam alirannya.
Kalian akan melihat kejadian ini. (Ini adalah contoh bagaimana kalian dapat menjadi seorang yang fasiq jika kalian mengevaluasi perkataan para Aulia dengan akal pikiranmu.) Namun para sahabat tidak melihat kejadian itu. Tetapi kepada siapa Rasulullah SAW berbicara melalui para sahabat? Kita adalah anak-anak dari para sahabat, generasi ini. Rasulullah SAW berbicara kepada sahabat ketika melihat dan mengetahui bahwa dari tulang punggung mereka akan lahir anak-anak mereka dan melihat kejadian ini. Oleh sebab itu beliau berbicara kepada jiwa yang berada dalam sperma yang akan membawa generasi yang diturunkan dari para sahabat.
Rasulullah SAW mengetahui semuanya, bahkan nama-nama setiap individu, pada saat itu, siapa yang akan muncul dari tulang punggung mereka dan akan menyaksikan peristiwa ini atau tidak. Tidak semua akan menyaksikannya, tetapi hanya sebagian dari mereka saja. Insya Allah, kita berdoa agar kita termasuk orang yang melihat kejadian ini di masa Imam Mahdi AS.
Mawlana berkata, “Suatu malam, Saya berdoa kepada Allah SWT, ‘Ya Allah SWT, bukalah pintu bagi Imam Mahdi AS! Sekarang dunia ini adalah dunia yang mengerikan. Kelakuan buruk ada di mana-mana, setiap orang mempunyai sikap buruk. Tidak ada yang menjaga ketiga cahaya yang Engkau berikan sebagai kemuliaan bagi mereka. Setiap orang mengejar kesenangannya! Oleh sebab itu, Aku mohon dibukakan pintu untuk kedatangan Imam Mahdi AS.’
Saya melihat Imam Mahdi AS muncul di hadapan saya dan berkata, ‘Aku sangat berterima kasih atas doamu, wahai saudaraku, karena itu adalah kunci agar pintuku bisa terbuka. Aku akan muncul, pertama kali untuk para Aulia, berikutnya untuk semua orang.’” Peristiwa ini terjadi lebih dari 40 tahun lalu. Imam Mahdi AS sekarang berusia sekitar 47 atau 48 tahun. Beliau masih kanak-kanak ketika Mawlana Syekh Nazim QS mengucapkan doa tersebut. Beliau menunggu tanda dari Allah SWT yang akan memerintahkannya untuk muncul. Beliau akan muncul, pertama di Madinah, kemudian di Syam. Wa min Allah at tawfiq bi hurmat al-fatiha.
No comments:
Post a Comment