Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada Utsman bin Affan. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dgn seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. ‘Utsman berkata kepada laki-laki itu, “Aku melihat ada bekas zina di matamu.” Laki-laki itu bertanya, “Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah Saw wafat?” `Utsman menjawab, “Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin.” `Utsman bin Affan r.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.
Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bersih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti ‘Utsman r.a. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, Utsman bin Affan dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan. Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al- Ghifari mendekati ‘Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat ‘Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan).
No comments:
Post a Comment