Saturday, January 5, 2013

UWAIS AL QARNI DIHORMATI OLEH PENDUDUK LANGIT

Uwais Al Qarni termasuk salah satu tokoh ahli zuhud dan panutan utama dalam kezuhudan serta sebaik-baik tabi’in, hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais, ia mempunyai seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, ia juga mempunyai tanda putih, suruhlah ia untuk memintakan ampun bagi kalian”

Dalam kitab Shahih Muslim, juga disebutkan dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman dari Kabilah Murad dari golongan Qorni. Dulu ia pernah terkena penyakit belang lalu sembuh kecuali yang tersisa tempat sebesar ukuran satu dirham, ia memiliki ibu dan ia sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia memohon do’a dengan nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya, bila kamu bisa, mintalah ia mohon ampun kepadamu, maka lakukanlah” 

Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai dari golongan makhluknya orang-orang yang bersih, tersembunyi dan terbebas dari dosa, rambut mereka berantakan, wajah mereka berdebu, perut mereka kelaparan, bila mereka meminta izin untuk menghadap pada pemimpin mereka tidak diberi izin. Bila mereka meminang wanita yang kaya tidak akan diterima, bila mereka pergi tidak dicari, bila mereka muncul tidak ada yang gembira dengan kedatangan mereka, bila mereka sakit tidak dikunjungi, bila mereka wafat tidak diantar jenazahnya, “ para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, tolong sebutkan kepada kami salah seorang dari mereka, Rasulullah menjawab : itulah Uwais Al Qarni, mereka bertanya, Siapakah Uwais Al Qarni itu? 

Beliau SAW menjawab: “Seseorang yang bermata biru, berambut merah, berdada lebar, berukuran sedang, berkulit kemerahan, kepalanya selalu tertunduk, pandangannya terarah ke tempat sujud, bersedekap, selalu menangisi dirinya, penampilan compang- camping, selalu diabaikan, memakai sarung dan selendang dari kulit domba, tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit, seandainya ia memohon kepada Allah pasti Allah akan mengabulkan doanya, ketahuilah bahwa di bawah ketiak sebelah kiri terdapat kulit yang putih, dan ketahuilah bahwa kelak di hari kiamat diserukan kepada para hamba: masuklah ke dalam surga lalu dikatakan Uwais : berhentilah, berilah syafaat, lalu Allah memberinya syafaat untuk orang- orang sebanyak kabilah Rabiah dan kabilah Mudhor. Wahai Umar dan Ali bila kalian bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya agar ia memintakan ampun bagi kalian berdua niscaya Allah akan mengampuni kalian.”

Ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya.Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kesetiaannya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Pada suatu kesempatan Ia pergi mengunjungi Nabi Muhammad SAW di Madinah. Namun sampai di Madinah ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang (kemungkinan kisah ini sedang terjadi dalam masa Ekspedisi Tabuk). Ia akhirnya terpaksa mohon pamit kepada ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke Yaman.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa yang mencarinya adalah pemuda yang taat kepada ibunya bernama Uwais al-Qorni. Dia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Rasulullah SAW, ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi dari ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qorni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah2 telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Ali bin Abi Thalib r.a. dan Umar bin Khattab r.a. lalu bersabda : “Suatu saat apabila kalian bertemu dgn dia mintalah do’a dan istighfarnya, karena dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah dan akhinya bertemu dengan Umar ra dan Ali bin abi Thalib. Saat itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah meninggal dunia. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang tak dikenal yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika masyarakat pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika itu aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya. Lalu aku bermaksud kembali ke tempat penguburannya untuk memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat lagi adanya bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.

Riwayat diatas mengandung beberapa hal yang menyiratkan tentang “Penduduk Langit” terutama dari ciri2 fisik Uways yang disebutkan oleh Rasulullah. Ada hadist begini bunyinya : Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah, MalaikatNya, serta penduduk langit dan bumi, hingga semut yang ada di dalam lubangnya, dan ikan-ikan di lautan, (semuanya) bersalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia” (HR. Tirmidzi). Dari hadis ini terlihat bahwa Rasulullah membedakan antara “Malaikat” dan “Penduduk Langit”. Banyak pendapat yang mengatakan kalau Rasulullah saw menyebut Uways ini penduduk langit karena ketaatannya pada sang ibu. Tapi berhubung banyak sahabat2 yang ketaatannya pada ibu tak kalah dengan Uways, namun Rasullullah tidak menyebut mereka dengan sebutan ini. Mungkinkah orang2 misterius yang datang dan mengurus penguburannya itu adalah kawan2 nya sesama “penduduk langit”? Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta . (Al Anbiyaa’ : 107)

UWAIS AL-QARNI, DIALAH HAMBA YANG DICINTAI ALLAH

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi mencintai di antara makhluk-Nya orang-orang pilihan, tersembunyi, taat, rambut mereka acak-acakan, wajah mereka berdebu dan perut mereka kelaparan. Jika meminta izin kepada pemimpin ditolak. Jika melamar wanita cantik tidak diterima. Jika mereka tak hadir tak ada yang kehilangan dan jika hadir tak ada yang merasa bahagia atas kehadirannya. Jika sakit tak ada yang mengunjunginya dan jika mati tak ada yang menyaksikan jenazahnya.”

Para sahabat bertanya: “Wahai Rasûlullâh, contohkan pada kami salah satu dari mereka?” Beliau menjawab: “Itulah Uwais Al-Qaraniy.” Para sahabat bertanya kembali: “Seperti apakah Uwais Al-Qaraniy?” Beliau menjawab: “Matanya berwarna hitam kebiru-biruan, rambutnya pirang, pundaknya luas, postur tubuhnya sedang, warna kulitnya kemerah-merahan, selalu menundukkan dagunya hingga ke dada, pandangannya tertuju pada tempat sujud, selalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, menangisi dirinya, bajunya compang-camping tak punya baju lain, memakai sarung dan selendang dari bulu domba, tidak dikenal di bumi namun dikenal oleh penduduk langit, jika bersumpah atas nama Allah pasti akan dikabulkan. Sesungguhnya di bawah pundak kirinya terdapat belang putih. Sesungguhnya kelak di hari kiamat, diserukan pada sekelompok hamba, “Masukklah ke dalam surga!” Dan diserukan kepada Uwais, “Berhenti, dan berikanlah syafaat!” Maka Allah memberikan syafaat sebanyak kabilah Rabi’ah dan Mudhar.” “Wahai Umar, wahai `Ali!” Jika kalian berdua menemuinya, mintalah padanya agar memohonkan ampun bagi kalian berdua, niscaya Allah akan mengampuni kalian berdua.”

Maka mereka berdua mencarinya selama sepuluh tahun tetapi tidak berhasil. Ketika di akhir tahun sebelum wafatnya, Umar Radhiallahu anhu berdiri di gunung Abu Qubais, lalu berseru dengan suara lantang:” Wahai penduduk Yaman, adakah di antara kalian yang bernama Uwais?” Bangkitelah seorang tua yang berjenggot panjang, lalu berkata: “Kami tidak tahu Uwais yang dimaksud. Kemenakanku ada yang bernama Uwais, tetapi ia jarang disebut-sebut, sedikit harta, dan sesuatu yang paling hina untuk kami ajukan kehadapanmu. Sesungguhnya ia hanyalah penggembala unta-unta kami, dan orang yang sangat rendah di antara kami. Demi Allah tak ada orang yang lebih bodoh, lebih gila, dan lebih kelaparan darinya”.

Maka, menangislah Umar r.a, lalu beliau berkata: Hal itu ada padamu, bukan padanya. Aku mendengar Rasûlullâh SAW bersabda: “Kelak akan masuk surga melalui syafaatnya sebanyak kabilah Rabi`ah dan Mudhar.” Maka Umar pun memalingkan pandangan matanya seakan-akan tidak membutuhkannya, dan berkata: “Dimanakah kemenakanmu itu!? Apakah ia ada di tanah haram ini?” “Ya,” jawabnya. Beliau bertanya: ” Dimanakah tempatnya” Ia menjawab: “Di tanah Arafah.” Kemudian berangkatelah Umar dan Ali r.a dengan cepat menungganggi kendaraannya menuju Arafah. Tiba-tiba mereka mendapatkannya dalam keadaan Solat di dekat pohon dan unta yang digembalakannya disekitarnya.

Keduanya mengikat keledai mereka, lalu mendatanginya, dan berkata: “Assalamualaika warrahmatullah wabarokatuh”. Uwais mempercepat Solatnya dan menjawab salam mereka. Mereka berdua bertanya: “Siapa engkau?” Ia menjawab: “Penggembala unta dan buruh suatu kaum”. Mereka berdua berkata: “Kami tidak bertanya kepadamu tentang gembala dan buruh, tetapi siapakah namamu?” Ia menjawab: “Abdullâh (hamba Allah)”. Mereka berdua berkata: “Kami sudah tahu bahwa seluruh penduduk langit dan bumi adalah hamba Allah, tetapi siapakah nama yang diberikan oleh ibumu?”

Ia menjawab: “Wahai kalian berdua, apakah yang kalian inginkan dariku?” Mereka berdua menjawab: “Nabi SAW menyifatkan kepada kami seseorang yang bernama Uwais Alqaraniy. Kami sudah mengetahui akan rambut yang pirang dan mata yang berwarna hitam kebiru-biruan.Beliau SAW memberitahukan kepada kami bahwa di bawah pundak kirinya terdapat belang putih. Tunjukkanlah pada kami, kalau itu memang ada padamu, maka kaulah orangnya”. Maka ia menunjukkan kepada mereka berdua pundaknya yang ternyata terdapat belang putih itu. Mereka berdua segera menghampirinya dan mengecupnya seraya berkata: “Kami bersaksi bahwasannya engkau adalah Uwais Alqaraniy, mintakanlah ampunan untuk kami, semoga Allah mengampunimu”.

Ia menjawab: “Aku tidak pernah mengkhususkan istighfarku untuk diriku atau siapapun dari anak cucu Adam, tetapi doaku untuk mereka yang ada di daratan dan lautan, baik laki-laki maupun wanita yang beriman dan Islam. Wahai kalian berdua, Allah telah membongkar dan memberitahukan keadaaanku pada kalian berdua, lalu siapakah kalian berdua?” Berkatalah `Ali Radhiallahu anhu: “Ini adalah Umar amir al-mu’minin, sedangkan aku adalah `Ali bin Abu Thalib”.

Lalu Uwais bangkit dan berkata: “Kesejahteraan, rahmat dan keberkahan Allah bagimu wahai amir al-mu’minin, dan kepadamu pula wahai anak Abu Thalib, semoga Allah membalas jasa kalian berdua atas umat ini dengan kebaikan”. Lalu keduanya berkata: “Begitu juga engkau, semoga Allah membalas jasamu dengan kebaikan atas dirimu”. Lalu Umar ra berkata kepadanya :” Tetaplah di tempatmu hingga aku memasuki kota Mekah dan aku akan membawakan untukmu bekal dari pemberianku dan penutup tubuh dari pakaianku, ini adalah tempat pertemuanku denganmu”. Ia berkata: “Tidak ada lagi pertemuan antara aku denganmu wahai amir al-mu’minin. Aku tidak akan melihatmu setelah hari ini.

Apakah kau mengetahui apa yang akan aku perbuat dengan bekal dan baju darimu? Bukankah kau melihat dua lembar pakaianku yang terbuat dari kulit domba? Kapan kau melihatku merusakkannya ! Bukankah kau mengetahui bahwa aku mendapatkan bayaran sebanyak empat dirham dari hasil gembalaku? Kapankah kau melihatku menghabiskannya? Wahai amir al-mu’minin, sesungguhnya dihadapanku dan dihadapanmu terdapat bukit terjal dan tidak ada yang bisa melewatinya kecuali setiap hati yang memiliki rasa takut dan tunduk, maka takutelah semoga Allah merahmatimu”.

Ketika Umar mendengar semua itu, ia menghentakkan cambuknya di atas tanah. Kemudian ia menyeru dengan suara lantang: “Andai Umar tak dilahirkan oleh ibunya! Andai ibuku m4ndol tak dapat hamil! Wahai siapa yang ingin mengambil tampuk kekhilafahan ini?” Kemudian Uwais berkata: “Wahai amir al-mu’minin, ambillah arahmu lewat sini, hingga aku bisa mengambil arah yang lain”. Maka Umar berjalan ke arah Mekkah, sedangkan Uwais menggiring unta-untanya dan mengembalikan kepada kaumnya. Lalu ia meninggalkan pekerjaan sebagai penggembala dan menghadapkan dirinya beribadah hingga menemui Allah.

No comments:

Post a Comment