Monday, June 27, 2016

MAKNA MENDALAM DARI ALIF, LAM DAN MIM

Jadi, Awliyaullah (para Kekasih Allah) dapat melihat para pengikut (murid) mereka dengan melihat bintang-bintang mereka. Setiap orang memiliki suatu bintang yang selalu berada di hadirat Nabi (SAW), karena ilayhi yantahi ‘l-amr, segala sesuatu bermuara kepada beliau. Sebagaimana kami mengatakan kemarin tentang “Alif. Lam. Miim.” Penciptaan bermula dengan Alif, namun ia tersembunyi di dalam Muhammadun Rasuulullah. 

Rahasia Nama-nama dan Sifat-sifat Indah (Al-Asma’u l-Husna wa ‘s-Shifatu ‘l-’Ulya) adalah proyeksi penampilan dari haqiqat Yaa’ yang berada di antara dua Miim (pada pembacaan huruf Miim, red.). Alif. Lam. Miim: Alif adalah Allah (SWT), ia mengacu kepada Allah (SWT), Lam menunjuk kepada Jibril (‘alayhissalam), dan Miim menunjuk kepada Nabi (SAW). Jadi huruf terakhir dibaca “Miiim”, kalian tidak dapat membacanya sebagai ‘maa’, karena dalam daftar abjad, kalian mesti mengucapkannya “Miim”. Dan “Miim” dieja sebagai Miim, Yaa, Miim.

Jadi Miim pertama mengambil dari Jibril, dan Miim kedua mengambil dari Miim pertama. Namun apa yang diambil tadi akan direduksi, dikurangi agar dapat diterima oleh orang-orang. Jadi, Miim pertama mewakili Nabi (SAW), sebab beliau berada di Hadirat Ilahi untuk menerima Wahyu. Miim kedua mengambil dari Miim pertama, tetapi ia seperti suatu kondenser atau suatu transformator yang menurunkan tegangan listrik dari jaringan listrik, masuk dengan tegangan 360 Volt, untuk diturunkan menjadi tegangan yang lebih rendah ke rumah-rumah sehingga kawat/kabel listrik di rumah dapat membawa listrik itu. Tidak semua orang dapat memegang listrik bertegangan 360 Volt, (kalau tidak percaya) coba pegang kabel listrik tegangan tinggi itu!

Jadi di antara kedua Miim tadi ada Yaa’, yang dalam gramatika bahasa Arab ekuivalen dengan Alif. Kalian belajar hal ini? Yaa’ adalah Alif dalam tata bahasa Arab. Jadi dalam Yaa’ segala sesuatunya tersembunyi karena dari Miim pertama yang wajahnya menerima (wahyu) di Hadirat Ilahi, dan selalu dalam keadaan ‘ubudiyyah (penghambaan), sebagaimana tecermin dalam kalimat “Laa ilaaha illa-Llaah Muhammadun Rasuulullah,” sejak permulaan, Muhammadun Rasulullah berada di sana, menerima dari Hadirat Ilahi dan meneruskannya ke Yaa’. Di antara kedua Miim ini, seluruh pengetahuan tersembunyi di dalam Yaa’. Apa-apa yang perlu untuk diketahui, akan muncul seperti tetesan-tetesan air dari sebuah samudera, muncul dari Yaa’ yang tersebunyi dalam Miim di Muhammadun Rasuulullah, dan semua berasal dari rahasia-rahasia Nama-nama dan Sifat-sifat Indah Allah yg Allah kehendaki utk diketahui Nabi (SAW) dan untuk muncul bagi alam semesta ini.

Semua ini tersembunyi pada tempatnya di dalam Yaa’ di antara kedua Miim. Dari Yaa’ itu, tajalli-tajalli (manifestasi, pengejawantahan) di sini dan di sana dikaruniakan pada manusia, setelah dikurangi dan disesuaikan oleh Nabi (SAW) agar mereka mampu memikul tajalli-tajalli ini, sedangkan Haqiqat dari Dzat (Esensi) tetap tersembunyi di sana. Tak seorang pun mengetahuinya kecuali Nabi (SAW), dan itu pun sebanyak apa yang Allah SWT telah wahyukan bagi beliau. Itulah sebabnya mengapa beliau dibawa ke maqam “Qaaba Qawsayni aw Adna” (QS. An-Najm, 53: 9) secara fisik (dalam peristiwa Mi’raj, red.), karena secara spiritual beliau sudah ada di sana. Beliau (SAW) berada di Hadirat Ilahi, dalam maqam ‘ubudiyyah (penghambaan). Sekarang menurutmu, apakah beliau berada di sana sendirian ataukah menurutmu beliau membawa seluruh Ummah ini bersama beliau? Beliau membawa seluruh Ummah bersama beliau.

Yang kedua, apa-apa yang Allah karuniakan pada beliau di sana tersembunyi dalam Yaa’. Tak seorang pun tahu. Seluruhnya milik Allah (SWT). Apa yang Allah SWT perintahkan Nabi (SAW) untuk katakan, beliau akan mengatakannya. Karena itulah, tak seorang pun pernah mendengar Jibril (‘alayhissalam) dan bagaimana ia menyampaikan wahyu Al Quran Suci dan dengan suara apa. Apakah Jibril membuka suatu kitab dan membacanya? Tidak, ia menuangkannya ke dalam qalbu. Awliyaullah menerima dari Miim kedua. Tak seorang pun dapat menyentuh Miim pertama. Apa yang datang dari Yaa’, Allah telah meletakkan seluruh rahasia itu di sana, sehingga karena itulah Ia SWT memanggil Nabi-Nya (SAW), “Yaa Siin”. Yaa’ dan Siin. Siin selalu digunakan sebagai indikasi masa depan, di dalam Hadits maupun Qur’an Suci. Misalnya, “Sa-takuunu fitanun”, akan muncul fitnah; “sa-yakuunu dzaalik”, hal itu akan terjadi. Siin adalah indikasi masa depan. Artinya, apa pun yang berada di dalam Yaa akan dibuka di masa depan.

ﺳَﻨُﺮِﻳﻬِﻢْ ﺁﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﻓَﺎﻕِ ﻭَﻓِﻲ ﺃَﻧﻔُﺴِﻬِﻢْ

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda [kekuasaan] Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri. (Quran Surat al-Fushshilat, 41:53)

“Kami akan perlihatkan kepada mereka Ayat-Ayat Kami di segenap ufuk.” Karena itulah, Yaa muncul lebih dahulu, dan Siin muncul kemudian. Artinya, “Kami akan tunjukkan kepada mereka”, ‘Sa’, kami akan perlihatkan kepada mereka Tanda-Tanda Kami. Saat ini, semua tersembunyi dalam Muhammadun Rasuulullah. Ketika Ayat-Ayat itu dilepaskan, pengetahuan yang tersembunyi di antara dua Miim akan diperintahkan utk muncul, Nabi (SAW) diperintahkan untuk mengirimkan kepada Ummah, tajalli-tajalli Nama-nama dan Sifat-sifat Indah Allah ini.

Sekarang kita berada di bawah tajalli Nama al-Khaaliq, sedangkan Nabi (SAW) berada di bawah keseluruhan 99 Nama-Nama dan Sifat-sifat Indah. Tapi, 99 Asmaul Husna ini bukanlah sekedar Nama-nama, melainkan mereka adalah kelompok-kelompok 99 Nama-nama, bukan hanya satu kelompok 99 Nama. Ada tak terbatas jumlahnya kelompok 99 Nama-nama yang melalui mereka muncul tak terhingga jumlahnya proyeksi-proyeksi ciptaan, melalui kelompok yang satu atau kelompok yang lain dari Nama-Nama Ilahiah. (Mawlana Syaikh Hisham Kabbani).

No comments:

Post a Comment