Tingkatan pertama dzikrullah adalah bil-lisaan, dzikir dengan lisan atau lidah, karena hati yang belum terhubungkan. Tingkatan ini dianggap sebagai “Maqam Ghaflah (Kelalaian),” karena hatimu tidak dapat terbuka dan tingkatan ini disebut pula sebagai Maqaam al-Awwaam, “Tingkatan orang-orang kebanyakan, maqaam ghaflah, kelalaian.” Karena dengan lidah kalian, kalian dapat mengucapkan, “Allah, Allah” sambil menonton TV! Berapa banyak di antara kalian menonton TV ketika melakukan dzikir? (Banyak jamaah yang mengangkat tangannya). Kalian lihat, jika saya tidak mengangkat tangan saya, mereka pun tak akan pernah mengangkat tangan mereka! (Syaikh tertawa) Dan dzikir seperti itu juga disebut pula sebagai dzikr ul-’adah, “Dzikir kebiasaan.” Seperti ketika kita melakukan sholat kita semata karena kebiasaan, tetapi ini bukanlah ibadah yg sesungguhnya. Dan kita memohon, “Yaa Allah! Ubahlah dzikr al-qalb kami menjadi dzikr yg sejati”.
Tingkatan kedua dzikrullah adalah untuk berdzikir dengan lisan dan berdzikir dengan hati. Dalam Tariqah Nasybandi, mereka melatih kalian untuk berdzikir dengan lidah dan dengan hati, dengan menyuruh kalian membaca setiap hari 2500 kali Allah, Allah dengan lisan (ucapan jahar) dan 2500 kali Allah, Allah dengan hati (secara khafi, diam). Begitu kalian melakukannya, kalian akan merasakannya. Ambillah tasbih kalian atau lakukan tanpa tasbih; letakkan lidah kalian di langit-langit mulut kalian dan kalian akan dapati hati kalian melakukan dzikr, Allah, Allah. Ini adalah dzikr ul-khawwaas, “Dzikir orang-orang pilihan,” yang diperintahkan bagi beberapa murid oleh Syaikh mereka. Ini adalah dzikr ul-’ibaadah, “Dzikr Ibadah Sejati” dan buahnya adalah ‘wa ladzikrullahi akbar,’ “Allah akan mengingatmu di suatu Hadirat yang lebih baik dari hadiratmu.”
Kemudian, tingkatan ketiga dzikrullah adalah, dzikr al-khawwas al-khawwas, “Dzikr oleh Yang terpilih dari orang-orang terpilih,” atau dzikr al-Mahabbatullah, “Dzikir Cinta pada Allah,” di mana seluruh bagian dari tubuh ikut melakukan dzikir. Dzikir ini hanya bagi Awliyaullah. Ketika dzikir hati dan lisan bersatu, siapa yang mampu melakukan dzikir seperti ini akan memasuki Hadirat Ilahi, sebagai dzikir terbaik, sebagaimana firman Allah (SWT):
ﻭَﺍﺫْﻛُﺮ ﺭَّﺑَّﻚَ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻚَ ﺗَﻀَﺮُّﻋﺎً ﻭَﺧِﻴﻔَﺔً ﻭَﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﺠَﻬْﺮِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝِ ﺑِﺎﻟْﻐُﺪُﻭِّ ﻭَﺍﻵﺻَﺎﻝِ ﻭَﻻَ ﺗَﻜُﻦ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﻐَﺎﻓِﻠِﻴﻦَ
“Wadzkur rabbaka fii nafsika tadharru’an wa khiifatan wa duun al-jahri min al-qawli bi ‘l-ghuduwwil wa ‘l-aashaali wa laa takun min al-ghaafiliin”. (“Dan sebutlah [nama] Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai)” (QS. Al-A’raaf 7:205)
Artinya, jangan melakukan dzikir secara terbuka, tetapi lakukanlah dalam dirimu sendiri. Jangan tunjukkan bahwa tasbihmu tengah berputar; itu adalah “riya’/pamer,” yang berasal dari ego. Salah seorang khalifah Grandsyaikh, Syaikh Husayn (q.s.), seperti Syaikh Nazim (q.s.), saya tak pernah melihat beliau membawa tasbih di tangannya di siang hari. Beliau berkata, “Kita tak suka pamer. Lakukan dzikir di malam hari, hingga Isyraaq.” Mereka tidak menunjukkan bahwa diri mereka tengah membawa tasbih. Hari ini kita melihat orang-orang menunjukkan 500 biji tasbih atau malah 1000 biji-tasbih, begitu panjang!
Tadharru’an wa khiifatan wa duun al-jahri min al-qawl, “Sebutlah Tuhanmu dalam dirimu sendiri.” Berlarilah kepada-Nya meminta ampunan, bergeraklah dalam hatimu, takutlah akan kehilangan Cinta-Nya bagimu, dan dengan senyap, tanpa mengeluarkan suara yang dapat didengarkan orang sekelilingmu sehingga mereka tahu kau tengah berdzikir. Berserah dirilah dan jangan pamer untuk orang lain dengan kebanggaan dan keangkuhan.
ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: " ﺧﻴﺮ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻟﺨﻔﻲ “
Wa qauluhu shollAllahu ‘alayhi wasallam, “Khayru ‘dz-dzikr al-khafiy.” Nabi s.a.w bersabda, “Sebaik-baik dzikr adalah dzikr senyap (tak bersuara).” (Hadits Riwayat Ibn Hibban). “Dzikr al-qalb sab’a dhi’fan bi sab’a dhi’f.” “Dzikir Hati adalah 70 kali (dha’f) lebih baik.”
Jika kalian mengalikan 2 x 2 sama dengan 4, dan 4 x 4 adalah 16, maka perkalian itu hasilnya akan meningkat secara eksponensial. Artinya, jika kalian melakukan 1000 kali dzikir hati, nilainya 70 kali secara eksponensial lebih banyak daripada dzikir lisan. Seribu kali seribu adalah satu juga, dan satu juta kali satu juta adalah satu trilyun; ini makna dua dha’f. Tiga dha’f berarti satu trilyun kali satu trilyun sama dengan satu septiliun (10 pangkat 24). Lihatlah berapa tinggi yang kalian akan peroleh dengan 70 dha’f! Wa la-dzikrullahi akbar! Ini adalah suatu angka yang besar sekali; memang ia ada batasnya, tetapi kalian bahagia dengan angka yang besar itu karena ingatan Allah akan dirimu adalah tanpa batas! Akankah Ia SWT melemparkan seseorang yang berdzikir seperti itu ke Api Neraka?
(Mawlana berdiri) Maka ucapkan, Yaa Allah, Yaa Rabb! Jika kalian menyebutkan “Allah” satu kali, Ia SWT akan menyebut kalian dan itu sudah cukup untuk seluruh umur hidup kalian. (Mawlana duduk kembali).
ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: " ﻟﻔﻀﻞ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻟﺨﻔﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺴﻤﻌﻪ ﺍﻟﺤﻔﻈﺔ ﺳﺒﻌﻮﻥ ﺿﻌﻔﺎً ، ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﺟﻤﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺨﻼﺋﻖ ﻟﺤﺴﺎﺑﻬﻢ ، ﻭﺟﺎﺀﺕ ﺍﻟﺤﻔﻈﺔ ﺑﻤﺎ ﺣﻔﻈﻮﺍ ﻭﻛﺘﺒﻮﺍ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﻢ: ﺍﻧﻈﺮﻭﺍ ﻫﻞ ﺑﻘﻲ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺷﻲﺀ؟ ﻓﻴﻘﻮﻟﻮﻥ: ﻣﺎ ﺗﺮﻛﻨﺎ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻤﺎ ﻋﻠﻤﻨﺎﻩ ﻭﺣﻔﻈﻨﺎﻩ ، ﺇﻻ ﻭﻗﺪ ﺃﺣﺼﻴﻨﺎﻩ ﻭﻛﺘﺒﻨﺎﻩ ، ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ: ﺇﻥ ﻟﻚ ﻋﻨﺪﻱ ﺧﺒﻴﺌﺎً ﻻ ﺗﻌﻠﻤﻪ ، ﻭﺃﻧﺎ ﺃﺟﺰﻳﻚ ﺑﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻟﺨﻔﻲ " ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺪﻭﺭ ﺍﻟﺴﺎﻓﺮﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻳﻌﻠﻰ ﺍﻟﻤﻮﺻﻠﻲ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ، ﻛﻤﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ .
Wa ‘dz-dzikr al-qalb illadzii laa yasma’u al-hafazha a’laa min dzikr ul-lisaan. Dzikr hati yang tak dapat didengar oleh Malaikat Hafazhah lebih tinggi nilainya daripada dzikir lisan. (Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah dalam Bayhaqi). (Mawlana Syaikh Hisham Kabbani).
No comments:
Post a Comment