Wednesday, May 11, 2016

MAQOM TAJRID DAN ASBAB

Maqom Tajrid dan Asbab di dalam Kitab Al Hikam dari Syaikh Ibnu Aththoillah, pada hikmah no 2 tertulis: “Keinginanmu untuk tajriid pada saat Allah menegakkan engkau di dalam asbaab merupakan syahwah khafiyyah (syahwah yang tersembuni/ tersamar). Dan keinginanmu kepada asbaab pada saat Allah sedang menegakkan engkau di dalam tajriid merupakan suatu kejatuhan dari himmah al-‘aliyyah (himmah yang tinggi).” (Kitab AlHikam Hikmah ke 2).

Tajrid adalah pemurnian batin seorang hamba oleh Allah swt., sehingga ketika si hamba beribadah serta mengagungkan Allah dengan kondisi keyakinan yang kuat terhadap jaminan Allah terhadap kebutuhan hidupnya. Contoh tajrid: Solat, tahajjud, dzikrullah, shadaqah, dll.

Syahwat khoffiyah adalah tarikan pada selain Allah yang tersembunyi/tersamar. Sedangkan himmah al-‘aliyyah adalah semangat tinggi berma’rifat yang Allah anugrahkan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia pilih.

Tajrid di khususkan oleh Allah untuk beribadah saja di muka bumi, segala kebutuhan dan keperluannya Allah telah mencukupinya. Ketika mereka mempunyai kebutuhan Allah mendatangkan kepada mereka rizki yang tak diduga duga.

Sedangkan yang dimaksud masih dalam asbaab adalah semua perbuatan kita masih dalam wilayah hukum kausalitas/sebab-akibat.

Tajrid Tapi ingin Asbab Dan Sebaliknya: Orang yang maqomnya ditetapkan pada Asbab punya keinginan untuk tadjrid yang tidak dikehendaki Allah maka itu timbul dari syahwat yang samar sebaliknya yang maqomnya sudah tadjrid ingin menjadi maqom asbab maka terjatuhlah dari cita cita yang luhur.

Contoh orang yang seharusnya tajrid tapi ingin asbab : seorang kakek yang sudah berumur 70th yang sudah dipenuhi kebutuhannya oleh anak anaknya tapi masih mau bekerja, atau orang yang masih muda, yang seharusnya  belajar giat di pesantren karena seluruh biaya hidupnya sudah dipenuhi orang tuanya. Contoh orang yang dari maqom asbab ingin ke tajrid : Pedagang toko yang tak mau lagi berjualan, sebab  katanya mengganggu Solat.

Ibnu Atha'illah,Ibnu Attho'illahDan tanda bahwa Allah menempatkan diri kita dalam golongan Al-asbab (golongan yang harus berusaha kasab/bekerja adalah bila terasa ringan bagi kita mengerjakan pekerjaan/kasab tersebut, dan hal itu tidak menyebabkan kita meninggalkahn kewajiban-kewajiban agama. Juga dengan hasil kerja itu tidak menambah ketamakan kita pada dunia serta melupakan hak orang lain.

Sebaliknya, tanda bahwa Allah SWT telah mendudukkan seseorang dalam golongan Ahli tajrid (hamba yang tidak berkewajiban kasab karena keyakinannya bahwa Allah adalah Ar-Raazak sedemikian kuat Dia tancapkan ke dalam qalb-nya) adalah bila Allah memudahkan baginya kebutuhan hidupnya dari jalan yang tak disangka (min ghairu laa yahtasib), kemudian sekiranya terjadi kekurangan jiwanya tetap tenang karena bersandar kepada ketawakalannya kepada Allah dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya.

Syaikh Ibnu Aththoilah diriwayatkan pernah berkata: “Beberapa kali aku telah meninggalkan pekerjaan kasabku tetapi terpaksa kembali berkasab, sehingga akhirnya akulah yang ditinggalkan kasab itu, maka tiadalah aku kembali kepadanya lagi. Seorang murid merasa, bahwa tak mungkin sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para kekasih Allah dengan cara sibuk dengan ilmu-ilmu syariat lahir serta bergaul dengan masyarakat, lalu ia menghadap Syaikh-nya. Tapi sebelum ia bertanya,Sang Syaikh bercerita,’Ada seorang yang terkemuka dalam ilmu syariat lahir, ketika ia mulai dapat merasakan sedikit dari perjalanan suluk ini, ia datang menemuiku dan berkata,’Aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu Guru.’ Syaikh kemudian berkata,’Bukan itu yang harus kamu lakukan, namun tetaplah dalam kedudukanmu semula, sedang apa yang yang akan Allah berikan kepadamu pasti sampai (tercapai) kepadamu.

Semoga kita dikaruniai kemudahan dalam ngaji kitab al hikam Ibnu Aththoillah.

No comments:

Post a Comment