Artikel ini adalah bersumber dari Ebook Rahasia Makrifat Haji Ruh. Rahasia Makrifat Haji dan Ruh.
Labaika Allahumma Labaika, labaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wanni’matalaka walmulka, laasyariika laka (Aku taati panggilan Mu Ya Allah, aku penuhi, aku penuhi dan tidak ada sekutu/serikat bagiMu dan aku taat kepadaMu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan Kerajaan itu kepunyaanMu, Tidak ada sekutu bagi Mu)
Haji adalah adalah rukun Islam yang kelima, diwajibkan bagi umat Islam yang mampu, mempunyai kesanggupan, ongkosnya cukup, dalam arti yang dibawa untuk bekal, ONH nya cukup dan keluarga yang menjadi tanggungannya pun telah dipenuhi, selama perjalanan Haji hingga pulangnya dan juga harus sehat jasmani dan sehat rohani. Ibadah haji baru dilaksanakan pada tahun ke 6 Hijriyah, sesudah Nabi Muhammad saw hijrah ke Medinnah. Nabi Muhammad saw sendiri hanya sekali mengerjakan ibadah haji. Ini menandakan bahwa melaksanakan ibadah haji hanya diwajibkan satu kali dalam seumur hidup manusia, sedangkan berangkat haji sesudah itu adalah sunah, sebagaimana sabda Rasullulah saw: “Hai Manusia, Allah telah mewajibkan haji kepadamu, maka laksanakanlah haji”, seorang laki-laki berkata,”Apakah setip tahun ya Rosullulah?” lalu Nabi menjawab: “ Andai ku katakan wajib setiap tahun, maka ia menjadi wajib dan kamu tidak akan mampu mengerjakannya”. (HR Muslim, Ahmad, Nasa’i)
Panggilan untuk pergi melaksanakan ibadah haji, panggilan dari Nabi Ibrahim as, atas dasar perintah Allah swt, yang dijelaskan dalam Firman Allah surat Al Hajj ayat 27-28: “Dan berserulah (engkau Ibrahim) kepada manusia agar berhaji, niscaya mereka akan datang (memenuhi panggilan) kamu dengan berjalan kaki dan menaiki yang kurus: datang dari segenap penjuru yang jauh; supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.”
Melaksanakan keterpanggilan ibadah haji bukan semata-mata ibadah secara fisik saja namun segenap hati dan jiwa, untuk ditempa serta sekaligus berjuang agar mempunyai semangat yang tinggi. Berkaitan dengan itu diperlukan daya tahan tubuh yang kokoh, kesabaran yang tinggi, kedisiplinan, akhlak, mental, serta spiritual. Perjalanan melaksanakan ibadah haji tidak semata-mata perjalanan jasmaniyah saja, tetapi difokuskan sebuah perjalanan Ruhaniyah yang disetir dan dituntun kepada Yang Maha Kuasa, Keterpanggilannya juga telah Terpanggil olehNya.
Manusia bersama jiwa/ruhnya terpanggil untuk menghadap kepada Allah swt dengan melaksanakan Sholat lima waktu, itu yang wajib, harus bersuci lebih dahulu dengan cara berwudhu, akan tetapi Manusia bersama jiwa/ruhnya untuk datang menghadap ke Baitullah, yaitu Ka’bah, dengan hati yang suci dan jiwa yang tenang. Serta dijalankan dengan hati yang ikhlas dan ridho, agar Allah swt meridhoi dan memberkahi kepada diri dan kepada orang lain.
Datang ke Baitullah dengan jiwa yang tenang dan hati yang ridho atau ikhlas tanpa dibarengi keinginan-keinginan yang lain kecuali hanya menjalankan haji sebagai rukun Islam yang ke lima hanya karena Allah swt semata, Lillahi Ta’ala. Dengan mengikhlaskan harta yang cukup untuk pulang serta pergi, berbadan sehat, kuat menjalankan semua rukun haji dengan semua persyaratan dan lainnya.
Di dalam keterpanggilan jiwa dan raganya untuk berangkat haji, ketika 40 hari sebelum keberangkatan, Jiwa sudah merasakan Keterpanggilan olehNya. Mereka yang pernah merasakan Keterpanggilan olehNya atas jiwa untuk menghadap, dan jiwa mempengaruhi diri, sehingga diri tidak merasakan capek walau kerja dengan keras, tidak mengantuk walau kurang tidur, tidak lapar walau kurang makan, badan tetap tegar dan segar. Semua tidak terasakan yang dirasa hanya senang dan senang yang didasari rasa ikhlas dan tenang. Inilah pengaruh jiwa kepada diri terhadap keterpanggilan jiwa utk haji ke Baitullah menjadi “Tamu Allah” di Makkah Al Mukaromah.
No comments:
Post a Comment