Masalah amal terbagi kepada dua macam, yaitu amalan lahir dan amalan bathin, di kenal juga kajian jasad dan ruh yang mana uraiannya sangat luas dan mencakup kepada rangka dan nyawa. Mengenai amal ini menurut kajian pada tasawwuf bisa di katakan laksana buah, yakni ada kulit ada isi, bathin di sini maksudnya ruh dan nyawa, dalam beramal maka di kenal dengan Ruh Amal, yakni ruh ketika beramal, ruh ketika berpikir, ruh ketika melaksanakan sesuatu, ruh ketika berjuang dan berjihad menegakkan syari’at dan ruh pada segala usaha secara ikhtiar lahiriah dan secara bathin yang bekerja sama dengan jasmani ketika pelaksanaan secara luar atau dzahir. Ruh amal inilah yang mesti kita jaga dengan sungguh-sungguh, karena ia merupakan nyawa dari segala ibadah secara bathin atau rohani, di samping kita tidak juga menafikan amal lahir atau syari’at lahir, yakni perkara-perkara yang dapat di kerjakan dengan pelaksanaan lahir.
Ruh amal juga sebagai sarana tempat pandangan pembuktian akan segala kebesaran Allah pada alam semesta ini dengan segala isinya, karena ini merupakan inti amal yang dapat di saksikan oleh pandangan bathin melalui ‘ainul basyirah yang di ridhai Allah, ruh amal ini sangat besar nilainya di sisi Allah, sebab ia bersih dan terbebas dari amalan yang riya’, sebagaimana yang di maksudkan oleh Rasulullah Saw, ia bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat gambaran lahir amalan kamu dan rupa kamu tapi Allah melihat hati kamu.” (H.R. Muslim).
Yang bermaksud bahwa, amalan lahir yang kita buat seperti ruku’, sujud, berdiri dan bacaan2 dalam shalat, semuanya tidak di pandang oleh Allah jika ruh amalnya tidak ada, arti kata mesti bersih dari selain-Nya (bebas dari riya’), jadi dengan penekanan yang kuat pengertiannya adalah Allah tidak melihat dan memandang gambaran lahir, tetapi Allah melihat kepada hati kita ketika melakukan amal ibadah. Ruh amal kita itu yang Allah pandang, terutama ruh amal pada ibadah-ibadah yang wajib yang di tambalkan dengan ibadah sunnat, karena ini bersumber dari keinginan seseorang hamba dalam beribadah kepada-Nya melalui perjuangan melawan hawa dan nafsunya, begitu juga misalnya dengan ruh amal puasa, yang mana maknanya merupakan tumpuan sandaran kehidupan toleransi sesama muslim, kesemua amalan ini pandangan Allah tertuju kepada dzahir dan bathinnya seseorang hamba dalam beramal ibadah tersebut. Apa yang di maksud dgn ruh amal? berikut kami berikan beberapa contohnya serta penjelasan singkat, yaitu:
Ruh Shalat: Jika seseorang hamba shalat, maka ruh shalat itu adalah “Khusyu’, mengerti apa yang kita baca, merasa hina dan kecil di hadapan tuhan, serta merasakan kebesaran dan kehebatan Allah, apabila ruh kita bisa begini, maka muncullah pemahaman akan ruh amal shalat, ini terbit dari hati yang bersih, yang sedemikian adalah shalat paling utama, artinya ladzimkan atau usahakanlah shalat itu sebaik dan sekhusyu’ mungkin sedaya kempampuan, agar dapat pahalanya menjadi ruh yang taat dan beriman, jika tidak sedemikian apalah artinya ruku’ dan sujud tetapi hatinya selain dari Allah dan hal ini berlaku berkepanjangan dalam kehidupan di dunia ini, ini akibat tidak mau sungguh-sungguh dalam beramal ibadah.
Ruh Jihad: Maksudnya di sini senantiasa berjuang untuk melawan kehendak hawa dan nafsu dan segala maksiat di tinggalkan secara bersamaan dan di tunjukkan gerak diri kita atas segala perbuatan, hijrahlah dari maksiat kepada ketaatan, senantiasa menegakkan hukum-hukum Allah dan menjaga syari’at-Nya berdasarkan sunnah Rasul-Nya, ini mesti di ikuti dengan niat yang ikhlas serta selalu istiqamah berdzikir kepada-Nya secara dzahir dan bathin, beramal tanpa jihad atas perjuangan melawan hawa dan nafsu juga kurang tepat, sebab mengakibatkan naik turunnya grafik keimanan kepada-Nya, seseorang hamba yang selalu berjihad akan hal ini akan mendapatkan pandangan ruh amal jihad yang di ridhai oleh Allah.
Salah satu contoh ruh amal jihad adalah selalu melaksanakan ibadah berdasarkan niat karena Allah, berjuang menetapkan niat hanya kepada Allah adalah termasuk jihad bathin dan besar nilainya di sisi Allah, meninggalkan hal yang hukumnya mubah, makruh dan teguh menegakkan syari’at adalah juga jihad, selalu merasa takut kepada kebesaran Allah juga jihad yang utama, ini sangat penting dalam beramal ibadah yang mengharapkan rahmat dan rahim serta ridha Allah.
Ruh amal pada ilmu
Belajar hingga mendapat ilmu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya, sebab beramal tanpa adanya ilmu maka akan sesat dan malah cenderung kepada syirik akibatnya, sedangkan berilmu tanpa mengamalkan juga akan mendapat murka Allah, sebab ia sudah mengetahui dengan jelas hukumnya melanggar perintah Allah, dengan ilmu kita tahu betapa besar nikmat yang Allah berikan, jika tanpa beramal ibadah maka neraka adalah ancamannya, seseorang hamba yang beramal dengan ilmu maka ia mendapatkan karunia cinta kasih dan keridhaan dari Allah, cukupkan dunia hanya untuk sarana beribadah kepada-Nya, dengan rajinnya seseorang hamba yang berilmu dalam beribadah kepada Allah, maka Allah akan menambah ilmu hamba tersebut dari perbendaharaan ilmu dari Allah yang maha mempunyai ilmu.
Amal ibadah harus di padukan dengan ilmu syari’at yang shahih, jika tidak maka amal ibadah tersebut akan sia-sia saja karena tanpa adanya tuntunan ilmu, akibatnya sangat fatal kepada kesesatan yang selalu di tiupkan oleh iblis, jin dan syaithan. Demikianlah sebagian kecil contoh ruh amal, kalau kita belajar tetapi tidak ada ruhnya (ibadat), maka berarti kita belajar dalam keadaan lalai, sebab yang di katakan ruh itu adalah sarana sesuatu yang mendukung dzahir akan ingat kepada Allah, kalau tidak di sertai dengan ruh ingat kepada Allah, maka itu adalah suatu amalan dunia semata, sebab hanya dzahirnya saja yang beramal, sementara bathinnya (ruh) tidak alias di pengaruhi oleh syaithan, maka ibadah ini adalah sia-sia.
Oleh sebab itu, setiap usaha dan ikhtiar mesti di sertakan ruh, sebab ruh itulah tempat penilaian Allah akan amal ibadah seseorang hamba, sesuai dengan makna hadist: “Hendaklah kamu takut kepada Allah di mana saja kamu berada dan hendaklah kamu ikuti kejahatan itu dengan kebaikan, niscaya (kebaikan) itu akan menghapuskannya. Dan hendaklah kamu berakhlak yang baik sesama manusia.” (H.R. Imam Ahmad, At-Tarmizi dan Al-Baihaqi). Maka kita mesti berjihad pada segala hal, selalu merasa takut kepada Allah, begitu juga ketika shalat, beramal ibadah, bergaul dan amal ibadah lain sebagainya, mesti ada rasa takut kepada Allah, meladzimkan hal ini akan menumbuhkan ruh amal yang bersih dari karunia Allah atas hamba-Nya yang ikhlas, dengan adanya rasa takut dalam segala tindakan yang kita kerjakan, maka inilah bagian sifat-sifat ketaqwaan, itulah dengan ruh-ruh amal dan dapat di saksikan berdasarkan musyahadah dan mukasyafah dari limpahan karunia-Nya, bagi hamba yang beramal melalui ajaran sufi atau tasawwuf, maka akan sangat mengerti akan hal ini….insha Allah.
No comments:
Post a Comment